Mohon tunggu...
Dian Mandasari
Dian Mandasari Mohon Tunggu... Pegawai BUMN -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gak Sekadar jadi Blogger Kompasiana

23 April 2016   23:00 Diperbarui: 23 April 2016   23:33 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bersama dalam Akademi Menulis Kompasiana-PLN di Bentara Budaya Jakarta (21/4). (Foto: Pray)"][/caption]Empat hari untuk mempelajari sesuatu bisa dibilang cukup. Cukup singkat untuk mendalami hal tersebut. Itulah yang terjadi pada kami, peserta Akademi Menulis Kompasiana PLN. Namun, kesempatan tersebut tidak kami sia-siakan. Kami terus menggali kompetensi kamu dalam program ini agar bisa diaplikasikan untuk kebutuhan pekerjaan kami sebagai ‘pejabat’ Public Relations (PR) di salah satu BUMN bergengsi Indonesia, PLN.

Saya sendiri tidak menyangka bisa terjun langsung untuk mengikuti program ini. Program yang pesertanya adalah para senior yang sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun di BUMN setrum ini. Merupakan kehormatan dan kesempatan terbaik untuk bisa belajar bersama mereka yang sangat hebat.

Hari pertama kami disambut oleh Direktur Human Capital Management (HCM) PLN Muhamad Ali di PLN Pusdiklat Jakarta. Setelah Direktur HCM melepas kami, kami segera meluncur ke Kompasiana di Palmerah Jakarta. Di sana, kami disambut dengan hangat oleh para Kompasianer (sebutan untuk blogger Kompasiana sekaligus mentor kami). Terlebih oleh pendiri Kompasiana Pepih Nugraha.

[caption caption="Pepih Nugraha, sang COO Kompasiana, memberikan pemaparan mengenai "Menulis Berita" kepada para peserta Akademi Menulis Kompasiana PLN. (Foto: Dokumen Pribadi)"]

[/caption]

Pepih turut memberikan pemaparan materi mengenai “Menulis Berita”. Ia menyatakan bahwa dalam menulis berita terdapat nilai berita (news value), yakni berita tersebut memang penting dan/atau menarik. Tidak hanya menjelaskan prinsip menulis berita, teknik dasar pun tidak luput dijelaskan oleh Pepih. Pria asal Tasikmalaya ini membagi jenis berita ke dalam straight, feature, in-depth dan investigative news serta opini. Namun, yang paling ditekankan Pepih dalam pemaparannya kali itu adalah straight dan feature news serta penulisan opini.

Belum selesai dalam hari tersebut, kami mendapatkan pemaparan mengenai bagaimana cara membuat blog di Kompasiana oleh salah satu Kompasianer Nurulloh. Setelah itu, lebih detail Iskandar Zulkarnaen memberikan pemaparan mengenai bagaiamana menulis untuk media online, seperti blog.

Pelajaran pertama yang didapat pada hari pertama saat itu dan masih ada dalam benak adalah “Tulis saja apa yang ada di kepala kita. Apa yang kita pikirkan langsung ditulis, jika perlu langsung dalam notes di smartphone kita. Jangan hiraukan kata yang salah tulis ataupun tanda baca yang tidak sesuai. Urusan tersebut bisa belakangan, karena nanti akan muncul tahap writing is rewriting, yakni tahap di mana kita merevisi tulisan.”

Berlanjut hari kedua, kami mendapatkan pemaparan dari Hilman Fajrian (Digital Media for Business & Commerce Developer) mengenai “Cara Menjadi Key Opinion Leader (KOL)”. Bagi pribadi saya, KOL adalah hal yang baru terpikirkan. Ya, dunia ini sudah tidak ada batasnya lagi. Saat ini, dunia tidak hanya milik institusi belaka. Dunia ini milik kita, individu. Kita adalah agent of change. Tergantung bagaimana kita menggenggam dunia dan bagaimana publik menilai dan mempersepsikan kita baik dan buruknya. Saya sempat amazed sendiri, hebat benar seseorang bisa menjadi perhatian publik lewat media sosial. Padahal mereka bukan Presiden atau artis kawakan. Dukungan publik, terutama netizen (internet citizen), ternyata membawa dukungan yang lebih masif dari sekadar di dunia nyata.

[caption caption="Fikria Hidayat saat sedang menerangkan video sequence kepada para peserta Akademi Menulis Kompasiana PLN. (Foto: Dok Pribadi)"]

[/caption]

Setelah mempelajari hal baru dari Hilman. Kami beranjak ke sesi pemaparan photo&video blogging oleh Fikria Hidayat. Sebelumnya, saya juga pernah mengaplikasikan hal ini di kehidupan sehari-hari. Hanya foto-foto dan video-video sederhana yang diunggah ke media sosial pribadi. Tapi, lagi-lagi saya tercengang karena ternyata banyak cara untuk membuat foto dan video yang menarik, terlebih dari sisi teknologi yang digunakan dalam mengambil foto dan video. Namun, saya salut terhadap Fikria karena memfokuskan pemaparan mengenai cara mengambil foto dan video yang baik cukup dengan smartphone. Mulai dari sudut mana kita bisa mendapat hasil gambar yang apik hingga teknik mudah dan sederhana membuat video dengan video sequence, yakni cukup mengandalkan fitur pause di kamera smartphone hingga terkumpul suatu rangkaian cerita pada video tersebut.

Lanjut hari ketiga, di mana harinya kami praktek menulis berita. Berita yang ditulis saat itu berjenis feature dan opini. Bersama Mas Aguy dan Pak Arief, kami dimentori oleh Pepih Nugraha. Ia orang yang lugas dan tegas dalam membimbing kami. Kami belajar banyak darinya. Saat itu, kami benar-benar menulis dari nol. Pepih lah yang membantu kami menulis dengan metodenya yang bermanfaat sekali bagi kami.

[caption caption="Para peserta sedang dimentori oleh para ahli dari Kompasiana. (Foto:Tiara)"]

[/caption]

Metode mind mapping adalah andalan Pepih dalam menulis, yakni dengan menjabarkan permasalahan-permasalahan dari ide besar tulisan kita. Mind mapping bisa memudahkan kita untuk menulis dan kontennya dapat digunakan pula untuk sub-judul tulisan. Selain itu, teknik telling & typing atau mengetik apa yang teman kita sedang ceritakan juga menjadi perhatian bagi kami. Ini berarti hasil ketikan kami telah memberikan kontribusi tulisan untuk teman kami yang bercerita. Kami pun melakukannya secara bergantian. Sangat sederhana, namun ngena.

Hari terakhir di Kompasiana ditutup dengan aksi kami menelusuri jalanan di Palmerah. Tidak semata menelusuri, tetapi kami mencari berita foto dan video. Berita yang bisa dibungkus dengan menarik atau memiliki nilai berita. Saat itu, mentor kami adalah Adhyatmika. Ia mengajak kami menyusuri sekitar Pasar dan Stasiun Palmerah. Terik matahari tidak menyurutkan semangat kami untuk berburu berita.

[caption caption="Akan kutelusuri jalanan Ibukota ini. (Foto: Dok Pribadi)"]

[/caption]

Karena hari itu bertepatan dengan Hari Kartini, saya mengambil tema yang relevan. Beruntung saya bertemu dengan dua ojek wanita yang sedang mangkal di dekat Stasiun Palmerah. Langsung saja naluri jurnalis saya muncul. Dimulai dengan perkenalan serta menjelaskan maksud dan tujuan saya menemui mereka yang kemudian berlanjut memancing obrolan hingga diakhiri dengan harapan mereka untuk para perempuan di Indonesia sebagai penerus Kartini.

Masih di hari terakhir, kami diajak untuk merasakan pengalaman mengambil gambar dengan peralatan profesional. Yang paling berkesan adalah ketika saya mencoba mengoperasikan kamera DSLR yang telah dipasangi stabilizer yang beratnya seperti saya sedang angkat beban puluhan kilo. Tidak bermaksud berlebihan, tapi memang begitulah keadaannya karena durasi saya mengoperasikan kamera plus stabilizer itu cukup membuat keringat bercucuran dan lengan pegal. Tidak bisa dibayangi kalau cameraman menggunakannya untuk mengambil gambar dalam waktu yang lama.

Selain mencoba untuk mengambil gambar dengan tools di atas, kami juga mencoba drone yang saat ini sedang nge-hits. Walaupun hanya digunakan untuk mengambil foto bersama saja, namun kehadiran drone ini membuat kami cukup terhibur karena kameranya bisa diterbangkan dan terdapat controller untuk mengoperasikannya.

[caption caption="Adhyatmika sedang mensimulasikan cara mengambil video yang apik kepada peserta. (Foto: Dok Pribadi)"]

[/caption]

Bagi saya, semua hal di atas adalah pengalaman luar biasa untuk bisa belajar lebih dari sekadar menulis berita dan mengambil gambar. Untuk bisa memiliki kemampuan yang lebih memang kita dituntut untuk berguru pada ahlinya. Walaupun kami adalah angkatan pertama Akademi Menulis Kompasiana, namun pelaksanaannya sudah cukup baik dan berharap agar materi selanjutnya nanti bisa lebih variatif lagi. Semoga segala teori dan praktek yang kami pelajari di Kompasiana bisa dijadikan salah satu strategi komunikasi bagi PLN agar terwujud citra PLN yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun