Mohon tunggu...
dian kusumanto
dian kusumanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Revolusi Revitalisasi Industri Gula Aren Rakyat adalah Wajib

25 Agustus 2012   05:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Asap cair juga bisa jadi menjadi komoditi tambahan dari industry gula rakyat ini. Bahkan bisa jadi hasilnya lebih tinggi dari nilai gula yang dihasilkan. Sebagai gambaran, jika bahan bakarnya berupa tempurung kelapa maka rendemen asap cair dapat mencapai 35-50 %, arang tempurung mencapai sekitar 40 % dari berat tempurung kelapa. Hal ini sebenarnya sangat dahsyat dan revolusioner. Sebab dapat merubah kondisi dari industry rakyat yang kembang kempis menjadi industry rakyat modern yang sangat menguntungkan.

Jadi, selain memproduksi gula aren industry ini juga berpeluang untuk menghasilkan arang kayu dan asap cair. Asap cair sekarang ini menjadi alternative sebagai pengawet alami yang aman, menjadi pengganti obat-obatan pestisida untuk tanaman, untuk kolam, dll. Harga asap cair ini di pasaran cukup tinggi, yaitu antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 20.000 per liter. Kalau dalam sehari menggunakan 1 ton kayu, maka dapat juga dihasilkan arang sekitar 400 kg dan sekitar 350 liter asap cair.

Dengan teknologi yang baru ini maka akan terjadi peningkatan kapasitas alat. Oleh karena itu para perajin gula harusnya bisa disatukan dalam kelompok perajin. Banyaknya anggota kelompok tergantung dari kapasitas alat yang akan digunakan. Ini tidak mudah, karena perlu meyakinkan para perajin dari keadaan yang dulunya saling bersaing menjadi keadaan yang saling kerjasama dan saling mempercayai. Tantangannya adalah karena “permusuhan” ini memang kadang sengaja “diciptakan” untuk kepentingan bisnis segelintir orang.

Makanya upaya revitalisasi ini lebih pas kalau disebut sebuah revolusi, karena memang yang diubah adalah hampir semua aspek kebiasan dan perilaku dari mulai pemilik pohon (pekebun), perajin, pengepul, pedagang dan konsumen. Peluang ini akan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau dia tidak berpihak kepada ekonomi kerakyatan, maka tidak akan merubah nasib petani dan keluarganya yang selama ini hidup dari industry rakyat ini.
Maka diperlukan Pengusaha yang punya hati nurani dan humanism yang tinggi, tidak cukup hanya berorientasi keuntungan sesaat yang akhirnya menghancurkan sub-sub system lainnya. Namun seluruh system industry gula berbasis rakyat ini harus bisa maju bersama, sejahtera bersama agar terus berkelanjutan usahanya dan harmonis serta dirahmati Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun