Asap cair juga bisa jadi menjadi komoditi tambahan dari industry gula rakyat ini. Bahkan bisa jadi hasilnya lebih tinggi dari nilai gula yang dihasilkan. Sebagai gambaran, jika bahan bakarnya berupa tempurung kelapa maka rendemen asap cair dapat mencapai 35-50 %, arang tempurung mencapai sekitar 40 % dari berat tempurung kelapa. Hal ini sebenarnya sangat dahsyat dan revolusioner. Sebab dapat merubah kondisi dari industry rakyat yang kembang kempis menjadi industry rakyat modern yang sangat menguntungkan.
Jadi, selain memproduksi gula aren industry ini juga berpeluang untuk menghasilkan arang kayu dan asap cair. Asap cair sekarang ini menjadi alternative sebagai pengawet alami yang aman, menjadi pengganti obat-obatan pestisida untuk tanaman, untuk kolam, dll. Harga asap cair ini di pasaran cukup tinggi, yaitu antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 20.000 per liter. Kalau dalam sehari menggunakan 1 ton kayu, maka dapat juga dihasilkan arang sekitar 400 kg dan sekitar 350 liter asap cair.
Dengan teknologi yang baru ini maka akan terjadi peningkatan kapasitas alat. Oleh karena itu para perajin gula harusnya bisa disatukan dalam kelompok perajin. Banyaknya anggota kelompok tergantung dari kapasitas alat yang akan digunakan. Ini tidak mudah, karena perlu meyakinkan para perajin dari keadaan yang dulunya saling bersaing menjadi keadaan yang saling kerjasama dan saling mempercayai. Tantangannya adalah karena “permusuhan” ini memang kadang sengaja “diciptakan” untuk kepentingan bisnis segelintir orang.
Makanya upaya revitalisasi ini lebih pas kalau disebut sebuah revolusi, karena memang yang diubah adalah hampir semua aspek kebiasan dan perilaku dari mulai pemilik pohon (pekebun), perajin, pengepul, pedagang dan konsumen. Peluang ini akan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau dia tidak berpihak kepada ekonomi kerakyatan, maka tidak akan merubah nasib petani dan keluarganya yang selama ini hidup dari industry rakyat ini.
Maka diperlukan Pengusaha yang punya hati nurani dan humanism yang tinggi, tidak cukup hanya berorientasi keuntungan sesaat yang akhirnya menghancurkan sub-sub system lainnya. Namun seluruh system industry gula berbasis rakyat ini harus bisa maju bersama, sejahtera bersama agar terus berkelanjutan usahanya dan harmonis serta dirahmati Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H