Berasa sudah berada di kampung sendiri, anak saya mengatakan ingin melanjutkan perjalanan, tapi saya melarangnya. Mengingat kondisi fisiknya yang butuh istirahat, karena sudah mengemudi sekitar 26 jam, dipotong 4 jam pelayaran dari Merak ke Bakauheni. Akhirnya kami beristirahat semalam di Losmen Sigma, Lahat.
Minggu pagi 22 Desember. Selesai sarapan nasi dengan goreng yang disediakan oleh losmen Sigma, kami bergerak meninggalkan Lahat. Baru separo perjalanan yang kami tempuh dari Jakarta ke Lahat yang berjarak 697 km, seperti yang saya lihat di Google Maps. Masih ada sekitar 700 km lagi untuk mencapai kampung halaman istri saya di pinggir Danau Singkarak. Walau sedikit lebih jauh dibanding Jakarta-Lahat, kami lebih bisa menikmati perjalanan karena sudah merasa di kampung sendiri.Â
Sampai di Lubuk Linggau kami istirahat untuk shalat Zuhur dan sekalian makan siang. Kami berhenti di sebuah masjid yang berada di pinggir jalan Lintas Sumatera. Sayangnya kami tidak menemukan rumah makan di sekitar masjid yang berdekatan dengan sungai tersebut. Di samping masjid yang juga bersebelahan dengan sungai kami menemukan taman wisata yang nampaknya lebih didominasi area bermain anak-anak. Lumayan banyak warung disana, beruntung ada sebuah warung yang juga menjual nasi goreng. Maka jadilah makan siang kami dengan nasi goreng yang lumayan enak, sehingga kami tak harus mencari lagi rumah makan yang lain.Â
Setelah menempuh perjalanan sejauh 300 kilometer selama hampir 5 jam, kami sampai di Muaro Bungo. Istirahat parkir sejenak di halaman Masjid Assu'udiyah yang lokasinya strategis, karena berada persis di jalur Lintas Sumatera dan juga Pasar Muaro Bungo. Keluar dari halaman masjid, durian menantang kami di kaki lima depan masjid. Sebenarnya sejak dari Lampung kami sudah melihat banyak pedagang durian di sepanjang jalan Lintas Sumatera ini. Tapi karena tidak ingin mabok sepanjang jalan, niat makan durian terpaksa ditunda dulu.Â
Kami meninggalkan kota Muaro Bungo menjelang matahari terbenam. Perjalanan hampir 300 kilometer menyusuri beberapa kota serta perkampungan, maupun hutan Bukit Barisan di sepanjang jalur tengah jalan Trans Sumatera itu, akan kami lewati malam hari. Google Maps memberi kami perkiraan sekitar 5 jam, tapi saya kurang yakin dengan hal itu. Masalahnya kami jalan berombongan 3 mobil yang tentu saja dengan kecepatan yang tidak bisa maksimal, karena harus menjaga jarak dengan teman yang berada di belakang agar tidak tertinggal. Dugaan saya tidak meleset, kami memasuki kota Solok pukul 00.30 dini hari Senin.Â