Mengabadikan matahari tenggelam, inilah tujuan utama saya ikut acara traveling bersama komunitas Click Kompasiana ke Pantai Marunda ini. Walau agak sedikit kecewa karena matahari tertutup kabut, namun hal itu tidak menyurutkan hati saya untuk tetap mengabadikannya. Malah hal ini saya jadikan sebagai sebuah tantangan dalam berkarya, bagaimana hasilnya, itu urusan nanti.
Dari 30an jepretan khusus untuk memotret matahari ini, saya memakai dua lensa yaitu lensa vario standar Canon 18-55 dan lensa tele vario Canon 55-250 mm. Â Saat kami sampai di Marunda dan turun dari bus Transjakarta, sebenarnya hari masih terang, pukul 16 lewat hanya beberapa menit. Foto pertama yang saya ambil dengan handphone saat tiba di gerbang menunjukkan pukul 16.03. Foto tersebut ada di artikel saya sebelumnya yang berjudul: "Berkunjung ke Rumah si Pitung di Marunda"
Foto di bawah ini adalah foto pertama yang saya ambil dari mushalla yang juga berupa rumah panggung yang berada di samping rumah si Pitung. Foto ini saya ambil pukul 17.23. Kelihatan disini posisi matahari masih cukup tinggi di cakrawala. Tidak ada editing yang saya lakukan saat memposting foto ini. Trik yang saya lakukan adalah saat melakukan pemotretan dengan melakukan kompensasi pencahayaan -1 dari pencahayaan normal.
Foto ke-dua ini saya ambil berurutan dengan foto di atas. bedanya hanya pada posisi kamera, yang di atas mendatar atau landscape yang di bawah tegak atau potrait.
Foto ke-tiga saya ambil ketika kami sudah berada di komplek masjid Al-Alam. Masjid tua yang sudah berusia ratusan tahun dan dijadikan sebagai salah satu situs bersejarah yang juga dilindungi oleh Pemda DKI Jakarta. Koreksi pencahayaan yang saya lakukan saat memotret matahari ini adalah dengan melakukan kompensasi pencahayaan -2.
Foto ke-empat ini saya ambil dengan lensa 55 mm, terlihat disini matahari sangat kecil berupa bulatan merah di atas atap rumah yang berada di samping masjid Al-Alam.