Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Allah Langsung Menghukum Saya

26 Mei 2019   14:12 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:19 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selesai bertemu dengan teman yang punya toko di jalan Perniagaan, Jakarta Kota, kami bareng keluar dari tokonya, karena memang sudah pukul 17.00, saatnya dia tutup toko dan pulang ke rumah. Saat kami sampai di luar toko, anak buahnya sudah ngumpul, bersiap untuk pulang. Saat mobil sang teman bergerak meninggalkan jalan Perniagaan menuju arah Jembatan Lima, saya berjalan melawan arah menuju jalan Toko Tiga, kemudian belok kanan memasuki jalan Pancoran dan berjalan lurus menuju Harco Glodok, jalan Hayam Wuruk.  

Setelah sampai di depan Orion Glodok, jalan Hayam Wuruk, saya agak bingung mau naik  busway di halte Harco Glodok, atau di halte Stasiun Kota. Namun karena mengharapkan bisa mendapatkan tempat duduk di dalam bus, kaki saya bergerak ke arah utara, menuju stasiun Kota. 

Ketika berjalan menuju halte busway Stasiun Kota, timbul pikiran lain. Melihat angkot M 08 jurusan Tanah Abang bersileweran begitu rapat, datang lagi kebimbangan, bagaimana kalau saya naik angkot saja biar lebih cepat? Secara refleks tangan saya melambai saat sebuah angkot M 08 melaju dalam keadaan kosong, namun karena posisinya di tengah dan agak cepat, dia berhenti agak jauh dari posisi saya berdiri. Dalam posisi terdesak seperti itu, sebuah kebimbangan lain segera menyergap lagi, "bagaimana kalau dia nanti ngetem lama di beberapa persimpangan dan jalan santai mencari penumpang, sehingga saya tidak bisa tiba menjelang magrib?"

Dalam waktu sepersekian detik itu saya kembali melambaikan tangan kepada angkot yang sudah menepi sebagai pertanda saya tidak jadi naik dan saya justru mempercepat langkah menuju halte busway Stasiun Kota. 

Saat berjalan itulah sebuah kesadaran muncul, saya telah berdosa mengecewakan sang pengemudi yang mengharapkan rejekinya datang melalui saya. Mungkin sang pengemudi tengah mengomel atau setidaknya menggerutu dalam hati telah dipermainkan seorang calon penumpang yang batal naik ke angkot dia. Rasa berdosa itu kemudian mengiringi perjalanan saya menuju halte busway. Walau mulut beristigfar tanpa putus, namun hati tetap dipenuhi penyesalan.

Tiba di halte busway Stasiun Kota, tak menunggu lama menunggu bus datang. Sesuai dengan harapan, saya mendapatkan tempat duduk di dalam bus. Bayangan akan tiba tepat waktu di kost dan segera menuju masjid untuk berbuka bersama dan shalat magrib berjamaah sudah terbayang. Apalagi setelah bus berangkat dan memasuki jalan Hayam Wuruk, jalanan tidak begitu ramai.

Asyik fban setelah puasa fb 3 hari, tak terasa saya sampai di Harmoni, lihat jam di hp, pukul setengah enam lewat beberapa menit . Sudah terbayang dua halte lagi, saya akan tiba di halte Bank Indonesia, setelah itu nyambung naik ojek ke Kota Bambu. 

Busway melaju meninggalkan Harmoni Central Busway, mulailah keanehan itu datang. Biasanya busway akan meluncur lurus menuju jalan Majapahit dan kemudian nyambung ke Merdeka Barat melewati halte Monas dan lurus lagi masuk jalan Thamrin, tempat beradanya halte Bank Indonesia dimana nanti saya akan turun.

Dengan berbeloknya busway melalui jalan Juanda, saya memperkirakan busway sengaja menghindari jalan Merdeka Barat, dimana Mahkamah Konstitusi berada, mungkin disana masih ada demo, sehingga busway menghindar lewat disana. Saya masih punya harapan busway ini akan melewati jalan Thamrin, apakah itu melewati Merdeka Selatan, atau ada alternatif lainnya yang saya belum tahu.

Busway masih melaju normal melewati halte Pecenongan dan Juanda lalu belok kiri dan terus menuju Pasar Baru. Dalam perkiraan saya busway hanya akan lewat di setiap halte tersebut. Tapi rupanya tidak, karena bus yang saya tumpangi berhenti di setiap halte tersebut seakan bus ini tengah melewati jalur regulernya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun