Melihat antusias warga Jakarta dan sekitarnya maupun yang kebetulan datang dari daerah untuk menikmati bagaimana rasanya naik MRT, memperlihatkan bagaimana masa ujicoba MRT tersebut terlihat sukses dan kehadirannya memang sangat ditunggu-tunggu, sebagai salah satu alternatif angkutan warga yang bebas kemacetan dan memangkas waktu tempuh mereka yang selama ini membawa kendaraan sendiri, maupun yang naik angkutan umum lainnya dari arah selatan, menuju pusat kota Jakarta.
Terbuai dengan pujian warga yang menikmati fasilitas MRT tersebut, membuat manajemen operator MRT terlena dengan bayang-bayang kesuksesan sudah di depan mata. Sehingga mereka lupa dengan tujuan awalnya, yaitu melakukan "ujicoba" terhadap semua kelengkapan peralatan operasional proyek yang mereka tangani.
Sesuai dengan judulnya "ujicoba", maka seharusnya pihak operator MRT benar-benar melakukan uji dan coba, terhadap semua fasilitas atau kelengkapan yang ada.Â
Kapan perlu di coba dan diuji pada kemampuan maksimal dari semua peralatan yang ada, seakan-akan mereka berada dalam masa beban puncak pelayanan kepada penumpang.
Namun dari apa yang kita temui pada saat uji coba tersebut, terlihat jelas sekali, bahwa pihak manajemen operator MRT melakukan pekerjaan mereka dengan setengah-setengah. Seperti  yang saya tulis disini, ada 9 hal yang kurang memadai yang saya temukan. Â
Apa yang saya temui itu, hanya fasilitas yang ada di dalam kereta, belum fasilitas lainnya yang tak kalah pentingnya yang berada di luar kereta, seperti di peron, ticketing, gerbang check in dan check out tiket yang memakai scanner.Â
Bahkan lampu peneranganpun yang menyala penuh hanya di sekitar peron. Sehingga kami tidak tahu untuk apa saja ruangan atau fasilitas yang berada dalam cahaya remang-remang tersebut.
Saat turun di stasiun Fatmawati, untuk melihat fasilitas maupun kondisi yang ada, dan berencana baru akan naik lagi di kereta berikutnya, baru saja turun dan berjalan dua langkah, saya malah buru-buru disuruh agar segera naik lagi ke kereta.
Sebulan lebih masa ujicoba, yang kalau boleh saya katakan hanya sekadar mengajak warga untuk jalan-jalan santai naik kereta gratis antara stasiun Bundaran Hotel Indonesia ke stasiun Lebak Bulus pulang pergi.Â
Jadi bukan untuk menguji dan mencoba semua fasilitas yang ada, lalu meminta masukan kepada penumpang, apa yang kurang yang mereka rasakan dalam masa uji coba tersebut, atau pihak manajemen melihat dan merasakan sendiri apa yang masih kurang dari pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Kelalaian atas kurang tuntasnya melakukan uji coba peralatan, akhirnya berbuah kekecewaan dan juga kritikan dari para penumpang umum yang mulai memanfaatkan MRT sejak diresmikan oleh Presiden Jokowi. Fatalnya, bagian yang tidak bisa bekerja itu, kebetulan juga adalah peralatan vital gerbang check out tiket yang tidak bisa dibuka. Â