Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Akhirnya Esia Tamat Juga!

12 April 2016   08:24 Diperbarui: 4 April 2017   18:03 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dua HP Esia kami, kini tinggal jadi mainan (dok Pribadi)"][/caption]

Sebulan belakangan ini, handphone Esia saya tidak bisa lagi dipakai untuk berkomunikasi. Awalnya saya kira handphone saya yang rusak, tapi setelah mencoba dengan handphone anak saya Rizqy dan juga mengalami hal yang sama, dimana tidak ada sinyal sama sekali di dua handphone tersebut. Naluri saya mengatakan, apa yang selama ini saya cemaskan akhirnya datang juga.

Rontoknya satu persatu kerajaan bisnis Aburizal Bakri, bagaikan menunggu meledaknya bom waktu. Dan kini salah satu diantara matarantai bisnis Group Bakri itu yaitu Bakrie Telecom, menemui ajalnya. Bisnis komunikasi yang telah berlangsung  lebih dari 30 tahun, yang berawal  dari Ratelindo atau Radio Telephone Indonesia, sebuah sistem komunikasi telepon radio tak bergerak untuk rumahan.

Dengan sistem pemasaran yang mudah dan murah di mall-mall, hanya bermodalkan fotocopy KTP di  tahun 1993 itu, saya bisa menikmati komunikasi telepon rumah. Suatu hal yang sangat sulit saya dapatkan saat itu bila saya berurusan dengan Telkom.

Sistem pemasaran yang sederhana dan tidak menuntut macam-macam, membuat Ratelindo saat itu sempat mengguncang Telkom, hanya karena daerah operasinya yang masih terbataslah yang membuat Telkom tidak sampai kolaps. Hanya bermodalkan fotocopy KTP yang beralamatkan Kalideres, sementara saya tinggal di Tomang, dua hari kemudian saya sudah bisa berhalo ria dengan para pemakai telepon lainnya.

Bandingkan bila saya harus berurusan dengan Telkom dengan prosedurnya yang njelimet sebagaimana moto perusahaan BUMN atau kantor pelayanan pemerintah pada umumnya yang berbunyi “kalau bisa dipersulit, buat apa dipermudah” agar semakin banyak uang haram yang bisa dikeruk dari kantong mereka yang punya urusan.

[caption caption="Telepon rumah Ratelindo generasi kedua, sudah bisa menyimpan nomor yang sering dipanggil dan mengirim serta menerima SMS"]

[/caption]

Dua kali saya sempat menikmati migrasi sistem telepon Ratelindo ini, migrasi pertama saat telepon rumah kami yang hanya bisa buat menelpon itu, diganti dengan perangkat baru yang lebih canggih yang bisa dipakai untuk sms, bisa menyimpan sekian nomor yang sering dihubungi di memorinya, dan mutu suara yang semakin jernih.

Hanya dengan membayar 25 ribu rupiah perbulan selama setahun, dan membawa perangkat receiver lama ke kantor Ratelindo di Wisma Bakrie di Kuningan, kami sudah mendapatkan perangkat yang canggih yang lebih mobile bisa dibawa kemana saja ke sekeliling rumah. Pesawat yang diproduksi oleh LG ini juga sebenarnya bisa dibawa keluar rumah asal masih pada batas area jangkauan tower yang mensuply sinyal ke pesawat.

Migrasi kedua saya alami saat sistem mereka kembali upgrade ke sistem yang sudah full mobile. Bukan hanya systemnya saja yang berganti, tapi juga namanya. Mereka tampil dengan nama baru, esia. Esia yang baru memakai system CDMA dan sudah memakai simcard, sebagaimana telepon selular lainnya yang aktif di jalur GSM.

Seperti orang pacaran, saya sempat putus sambung dengan Esia. Hal ini disebabkan gagalnya Esia menyajikan saluran internet yang lancar melalui saluran telepon mereka, sementara satu-satunya saluran internet waktu itu hanya melalui saluran Telkom. Sering disaat baru mau bersilancar di internet, salurannya putus yang membuat kesal, sementara tagihan tetap membengkak. Beredarnya telepon seluler baik yang CDMA maupun GSM, membuat saya beralih ke versi selulernya Esia, hingga akhir hayatnya.

[caption caption="SMS tagihan pemakaian telepon bulanan terakhir yang dikirim Januari 2016"]

[/caption]

Terakhir menerima tagihan yang dikirim melalui sms dari Esia bulan Januari 2016, setelah itutidak pernah lagi. Mungkin sejak itu pegawai yang menangani billing sudah mundur atau kena PHK. Kalau melihat dari data panggilan yang ada di HP saya, pertengahan Maret tepatnya tanggal 9, saya masih bisa menelpon teman.

Kelihatannya itulah komunikasi terakhir saya memanfaatkan HP Esia saya. Mengenang lamanya saya memanfaatkan alat komunikasi dari Bakrie Telekom ini, ada juga rasa haru saat HP yang ada ditangan saya tidak lagi bisa dipakai untuk menelpon, padahal jasanya sudah cukup banyak bagi saya dan keluarga untuk berhubungan dengan pihak luar. Apakah itu pelanggan fotografi saya, atau keluarga yang jauh di kampung dan termasuk penyambung silaturrahim dengan para sahabat dunia maya maupun dunia nyata.

Terimakasih Esia, mudah-mudahan ada yang mau menampung dan menyambung lagi kehidupanmu. Kalaupun tidak, sedikit banyaknya Esia telah membantu ribuan orang yang membutuhkan komunikasi di saat Telkom masih bersombong ria sebagai pemain tunggal anak mas pemerintah, dengan prosedur mereka yang ribet dan motto yang telah ketinggalan zaman “kalau bisa diperlambat buat apa dipercepat?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun