Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berkelana di Ranah Minang (41): Lubuak Bangku yang Sepi dan Kelok Sembilan yang Telah Berubah

21 April 2011   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32 2521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan ucapan Bismillah Hendi mulai menjalankan mobil, menempuah jarak 215 kilometer menuju kota Pekanbaru. Kota pertama yang saya tuju, diawal saya pergi merantau. Diawal tahun 60an.

Mobil Suzuki APV yang kami tumpangi bergerak meninggalkan Biaro. Disebelah kanan saya Gunung Merapi yang puncaknya bersembunyai di balik awan, seakan seakan tak sudi melepas kepergian saya. Sementara di sebelah kiri kelihatan nun jauh di kampungku Batu Bajak yang bertengger di puncak Bukit barisan, melepaskan kepergianku dengan pasrah.

Dengan kecepan mobil yang konstan, tak sampai lima belas menit kami sampai di kota kecamatan Baso. Dibaso ini dulu terdapat stasiun kereta api dengan rela ganda. Tempat bersilangnya kereta api Bukittinggi - Payakumbuh. Tapi stasiun ini tinggal kenangan. Sebuah surau/mushalla tua yang  terletak di lingkungan stasiun, menjadi saksi sejarah  perkeretaapian  yang melintasi jalur Bukittinggi Payakumbuh.

Baso kami lewati, lalu meluncur laju menuruni penurunan Dama yang berujung di Labuah Luruih, jalan lurus yang di apit hamparan persawahan yang membentang di kiri kanan jalan. Lepas dari Labuah Luruih, kami sampai di Padang Tarok, terus menjelang PLTA Batang Agam berjalan melewati dinding Bukit Barisan yang terjal bergantiang di samping kanan dan kiri kami.

Sampai di Simpang Batu Ampa , penumpang mobil kami bertambah satu orang. Penumpang yang baru naik ini adalah penumpang yang mengambil tiket di agen Batusangkar. Penumpang terakhir yang naik dalam perjalanan kami ini.

Sampai di Payakumbuh, terjadi sedikit kegaduhan. Ada bau durian yang menyengat di dalam mobil, sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman diantara penumpang. Hendi lalu menanyakan siapa pemilik durian yang menimbulkan kegaduhan itu. Rupanya penumpang yang naik di Panampuang. Setelah sedikit bersitegang dan beradu argumentasi antara Hendi dan pemilik durian, akhirnya durian itu di pindahkan dan diikatkan di bagian luar mobil. Sebelum melanjutkan perjalanan, semua kaca jendela mobil dibuka, penyejuk udara di pasang dalam posisi maksimum, sampai aroma durian tak lagi tercium di dalam mobil.

Lepas dari kota Payakumbuh kami melewati Lubuak Bangku. Hingga akhir tahun enampuluhan, Lubuak Bangku adalah tempat berhentinya semua kendaraan yang akan menuju Pekanbaru. Disini semua penumpang dianjurkan makan atau membeli bekal untuk menempuh perjalanan panjang menembus jejeran hutan Bukit Barisan yang sepi serta kondisi jalan yang buruk.

Waktu itu, untuk menempuh jarak dari Bukittinggi ke Pekanbaru, bisa memakan waktu dua hingga tiga hari. Disamping jalanan yang rusak, juga karena belum adanya jembatan yang membentang di atas Sungai Kampar yang lebarnya lebih dari seratus meter. Untuk menyeberang dipakailah rakit kayu yang bisa memuat 2 hingga tiga kendaraan sekaligus.

Kini, semenjak membaiknya sarana dan prasarana transportasi dengan jalan yang semakin mulus, serta jembatan yang membentang di atas Sungai Kampar. Peran Lubuak Bangku semakin berkurang, walau tak mati sama sekali. Lubuak Bangku yang dulu ramai siang dan malam, kini telah kehilangan pamornya.

Karena alasan itu pulalah, Hendi tak menghentikan mobilyang dikemudikannya untuk singgah di Lubuak Bangku.

Lepas dari Lubuak Bangku, perjalanan menembuis hutan belantara Bukit Barisan pun dimulai dari mengikuti berlikunya jalan di kelok sembilan. Tapi kelok sembilan yang kami lalui kini tak lagi seperti kelok sembilan yang pernah saya lewati di awal tahun 60an dulu. Disamping jalannya yang sudah mulus, kini untuk mengurangi banyaknya tikungan serta sempitnya jalan yang dilewati, pemerintah Sumatera Barat tengah membangun jembatan layang yang lebar untuk memperlancar arus kendaraan, serta untuk mengurang kemacetan disaat puncak keramaian lalu lintas seperti lebaran dan natal serta tahun baru. Jembatan di Kelok Sembilan itu terdiri dari enam jembatan dengan total panjang hampir 10 kilometer.

Selain sebagai sarana transportasi, jembatan,jalan serta kawasan kelok sembilan ini nantinya juga akan di kembangkan sebagaidaerah tujuan wisata alam. Kawasan Bukit Barisan yang masih asli, akan menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan yang ingin menikmati suasana hutan raya Bukit Barisan dengan segala kekayaan hayatinya.

Lepas dari kelok sembilan perjalanan diteruskan melalui jalan yang berliku-liku didinding Bukit Barisan. Adakalanya di sebelah kanan kami tebing tinggi menjulang ke angkasa, sementara disebelah kiri jurang curam menganga dengan dalam ratusan meter, atau sebaliknya. Namun indahnya pemandangan alam di sekitarnya itu, meredam rasa takut kami pada jurang yang dalam, maupun tebing yang tinggi.

Ditengah asyiknya menikmati pemandangan alam yang menakjubkan itu, mobil kami melewati lokasi tempat jatuhnya bus Yanti Group beberapa hari sebelumnya yang menewaskan beberapa orang penumpangnya.

Bagai suatu skenario yang telah disusun olehNYA. Pada saat kami lewat, bus Yanti Group itu telah berhasil di angkat keluar dari jurang yang dalamnya lebih dari seratus meter. Tubuh bus yang sudah tidak utuh itu dinaikkan keatas sebuah trailer. Nama bus yang tertulis didinding telah di timpa dengan cat, sehingga tak terbaca lagi.

Saya menyuruh Hendi memperlambat jalan mobil yang kami tumpangi, saya lalu memanfaatkan kesempatan itu untuk mengabadikan bangkai bus yang sudah porak-poranda, serta lokasi jurang tempat jatuhnya bus Yanti itu.

Sejak melewati lokasi jurang maut itu, pembicaraan kami di dalam mobil langsung fokus kemasalah tragedi bus Yanti Group tersebut, hingga kami sampai di Rumah makan Rangkiang. Kecamatan paling timur di Kabupaten Limapulu Kota, yang berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Propnsi Riau.

Turun dari mobil, saya melihat jam menunjukkan beberapa menit menjelang setengah enam. Saya beserta beberapa orang penumpang lainnya langsung menuju mushalla, melaksanakan shalat ashar. Selesai shalat sebagian penumpang memesan makanan. Sebagian lain hanya sekadar minum kopi atau minuman lainnya. Sementara saya sendiri memesan nasi goreng, lalu menikmatinyadi meja khusus untuk para sopir, menemani Hendi yang sedang makan sendirian.

[caption id="attachment_104021" align="aligncenter" width="455" caption="Rudi, pengemudi mobil travel yang terpaksa dua kali menjemput saya ke Kamang Ilia."][/caption]

[caption id="attachment_104007" align="aligncenter" width="591" caption="Surau dengan arsitektur lama di dalam Komplek Stasiun Baso yang tak berbekas lagi, saksi sejarah perkeretaapian Bukitinggi - Payakumbuh"][/caption] [caption id="attachment_104009" align="aligncenter" width="591" caption="Pasar Baso yang menjadi pasar induk buah-buahan maupun sayur-sayuran untuk di bawa ke Pekanbaru"][/caption] [caption id="attachment_104010" align="aligncenter" width="591" caption="Pasar Baso"][/caption] [caption id="attachment_104012" align="aligncenter" width="591" caption="Labuah Luruih diapit sawah yang membentang dikiri kanan jalan"][/caption] [caption id="attachment_104014" align="aligncenter" width="591" caption="Sawah membentang luas hingga ke pinggir Bukit Barisan yang berdiri kokoh bagaikan benteng."][/caption] [caption id="attachment_104017" align="aligncenter" width="591" caption="Sawah yang baru di tanam, bagaikan memberi harapan pada masa panen mendatang."]

1303404992816587202
1303404992816587202
[/caption] [caption id="attachment_104019" align="aligncenter" width="591" caption="Lubuak Bangku yang sepi dengan jalan yang membentang membelah bukit barisan"]
1303405200499396901
1303405200499396901
[/caption] [caption id="attachment_104023" align="aligncenter" width="591" caption="Pembangunan jembatan Kelok Sembilan, untuk memperlancar transportasi antara Sumbar dan Riau"]
1303405620166324597
1303405620166324597
[/caption] [caption id="attachment_104024" align="aligncenter" width="591" caption="Sebagian jembatan Kelok Sembilan yang sudah selesai di beton, serta peralatan berat yang membantu mengangkat peralatan pada ketinggian."]
13034057361308048854
13034057361308048854
[/caption] [caption id="attachment_104032" align="aligncenter" width="591" caption="Jembatan Kelok Sembilan yang membentang dari bukit ke bukit."]
1303406530985445679
1303406530985445679
[/caption] [caption id="attachment_104034" align="aligncenter" width="591" caption="Bus Yanti Group yang mengalami kecelakaan dan menewaskan beberapa orang penumpangnya, awal Desember tahun lalu, diangkat dari jurang pada kedalaman lebih 100 meter, di naikkan ke atas truk trailer untuk di bawa ke bengkel."][/caption] [caption id="attachment_104036" align="aligncenter" width="591" caption="Bagian atap bus Yanti Group yang terlepas dari badannya, ikut di angkat dari dalam jurang."]
13034068961512008306
13034068961512008306
[/caption] [caption id="attachment_104037" align="aligncenter" width="591" caption="Jurang yang dalamnya lebih dari 100 meter, tempat jatuhnya bus Yanti Group, masih banyak di kunjungi para pemakai jalan yang lewat disana."]
13034070131245531085
13034070131245531085
[/caption] [caption id="attachment_104038" align="aligncenter" width="591" caption="Hendi, pengemudi mobil Travel yang saya tumpangi, tengah menikmatai makan sorenya di Rumah Makan Rangkiang, menjelang perbatasan Sumatera Barat - Riau."]
13034071231080100638
13034071231080100638
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun