Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berkelana di Ranah Minang (33): Inilah Kampung Saya, Ladang Darek, Kamang Ilia

2 Maret 2011   01:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi hari sebelum adik sepupu saya pergi mengajar di sekolah SMA di Pintu Koto, saya mengatakan bahwa saya akan berkeliling kampung seharian, lalu saya tanyakan siapa tukang ojek yang ada di Ladang Darek ini. Adik saya menyebut satu nama, tapi katanya dia bukan orang kampung kami, tapi orang Guguak Rang Pisang, kampung ayah saya, sekitar 4 kilometer dari kampung kami di Ladang Darek, Kamang Ilia.

Saya lalu minta tolong sekalian di panggilkan lewat teleppon genggamnya, dan menunggunya di Ladang Darek.

Tak lama kemudian Yet, nama panggilan adik saya. Menginformasikan bahwa tukang ojek yang bernama Ar akan datang sekitar jam sembilan, setelah itu Yet menaiki sepeda motornya berangkat ke sekolah.

Sambil menunggu Ojek datang saya mengajak adik ipar saya Eri, suami Yet mengabadikan suasana kampung saya Ladang Darek di pagi hari itu.Eri yang bekerja sebagai direktur BPR di Nagari Magek itu baru berangkat bekerja jam 09.00, jadi kami punya waktu sekitar dua jam untuk mengabadikan suasana pagi di kampung ini.

Pertama yang saya abadikan adalah lingkungan rumah kami disekitar dusun Buah Baurai. Cuma sayang rumah gadang keluarga kami kini sudah tidak ada lagi. Sudah di bongkar karena sudah lapuk, usia rumah gadang itu sudah lebih dari 50 tahun, tidak ada lagi yang berani menghuninya,takut roboh bila sewaktu-waktu terjadi gempa bumi, makanya dibongkar saja.

Berikutnya adalah Simpang Labuah, yaitu simpang empat yang berada tepat di tengah Jorong atau desa Ladang Darek. Simpang Labuah ini persis mengarah ke 4 mata angin, Utara menuju Jorong Solok, Selatan menuju Jorong Koto Nan Gadang, Timur menuju Jorong Binu dan Barat menuju Jorong Ampek Kampuang.

Setelah memotret ke empat penjuru angin Simpang Labuah, kami menuju ke utara. Sampai di Tabiang, saya mengambil foto mushalla Miftahul Ulum, mushalla tempat warga Ladang Darek melaksanakan shalat lima waktunya serta tarawih di bulan Ramadhan. Dibelakang mushalla ini juga terdapat sebuah surau kampuang, salah satu surau tempat saya belajar mengaji diwaktu kecil dulu.

Sesuai dengan nama tempatnya Tabiang atau Tebing, Mushalla ini memang terletak di atas tebing yang menjadi pinggir desa Ladang Darek, dimana setelah Tabiang ini, kita akan melhat hamparan sawah yang membentang yang oleh penduduk setempat di sebut Alahan. Dimana keluarga kami juga mempunyai sawah disana.

Miring sekitar 45 derajat kearah timur laut, kelihatanlah Jorong Solok yang berada persis di kaki Bukit Barisan. Dimana pada puncak dindingnya terdapat Batu Bajak, sejenis batu granit berwarna putih yang menjadi landmark atau penanda bagi rakyat Kamang Ilia, yang kelihatan dari kota Bukittinggi. Bila saya sedang berada di kota Bukittinggi bersama teman dan sempat bermain ke Benteng Fort de Cock, maka saya akan menunjuk kearah titik putih Batu Bajak itu, dan berkata: “Disanalah kampung saya, Kamang Ilia. Dibawah Batu Bajak, di kaki Bukit Barisan....”

Selesai mengabadikan hamparan sawah Alahan dan Jorong Solok dengan masjid yang berada di pinggir agam atau sungai, serta Batu Bajak dengan Bukit Barisannya, kami berbalik arah menuju Simpang Labuah.

Di Simpang Labuah kami belok kiri atau ke arah Timur, menuju Jorong Binu. Setelah Ujuang Ladang, bagian paling timur dari Ladang Darek, kami kembali melewati hamparan sawah. Satu hal yang unik yang saya temui disini adalah jalannya yang di beton, bukan di aspal seperti jalan yang kami lewati sebelumnya. Pembetonan jalan ini adalah murni hasil dari swadaya masyarakat Binu, yang kecewa terhadap pemerintah yang mengabaikan jalan yang menuju kampung mereka.

Selesai mengabadikan surau Binu, salah satu tempat saya belajar mengaji dulu. Kami kembali pulang, karena Eri harus mempersiapkan diri untuk berangkat bekerja.

[caption id="attachment_93852" align="aligncenter" width="551" caption="Inilah rumah keluarga kami, yang di bangun setelah rumah gadang di rubuhkan."][/caption] [caption id="attachment_93853" align="aligncenter" width="622" caption="Simpang Labuah, arah menuju utara, Jorong Solok di kaki Bukit Barisan"]

129902789429913548
129902789429913548
[/caption] [caption id="attachment_93854" align="aligncenter" width="622" caption="Menuju arah Selatan, dimana dusun Buah Baurai tempat rumah kami berada"]
12990276521034112001
12990276521034112001
[/caption] [caption id="attachment_93855" align="aligncenter" width="622" caption="Kearah Barat, sebuah kantor pemuda di bangun membentang di atas jalan yang menuju Jorong IV Kampung ini."]
12990282441644625975
12990282441644625975
[/caption] [caption id="attachment_93856" align="aligncenter" width="622" caption="Kearah Timur, menuju Jorong Binu. Karena tidak mendapat batuan pengaspalan jalan dari pemerintah Kabupaten Agam, penduduk Jorong Binu bergotong royong memperbaiki jalan ini lalu mengalasnya dengan beton. "]
12990284061515500062
12990284061515500062
[/caption] [caption id="attachment_93857" align="aligncenter" width="622" caption="Mushalla Miftahul Ulum dengan latar belakang Bukit Barisan, salah satu tempat saya belajar mengaji di waktu kecil"]
1299028613155400805
1299028613155400805
[/caption] [caption id="attachment_93858" align="aligncenter" width="622" caption="Jorong Solok di kaki Bukit Barisan, dengan batu granit berwarna putih di puncaknya, yang diberi nama penduduk setempat Batu Bajak, sebagai penanda bagi penduduk yang pergi merantau."]
1299029275798530983
1299029275798530983
[/caption] [caption id="attachment_93859" align="aligncenter" width="622" caption="Sebuah pemandangan dengan latar belakang Gunung Merapi, di jalan menuju Jorong Binu."]
12990291021681098793
12990291021681098793
[/caption] [caption id="attachment_93860" align="aligncenter" width="622" caption="Jalan beton menuju Binu."]
12990296521918547671
12990296521918547671
[/caption] [caption id="attachment_93861" align="aligncenter" width="622" caption="Bukit barisan di selimuti awan, diambil dari jalan menuju Binu."]
1299029920667153292
1299029920667153292
[/caption] [caption id="attachment_93862" align="aligncenter" width="622" caption="Mushalla atau Surau Binu, saya punya pengalaman tak terlupakan waktu mengaji di Surau ini."]
129903007066208643
129903007066208643
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun