Sebelum di temukannya minyak bumi di lapangan minyak Duri pada tahun 1940, Duri atau kecamatan Mandau hanyalah hutan bakau atau sebagai juga perkebunan karet, dan kini juga semakin berkembang dengan adanya perkebunan kelapa sawit .
Tapi begitu Caltex menemukan Duri sebagai ladang minyak dengan cadangan yang sangat besar di perutnya, dalam tempo singkat Duri bangkit menjadi sebuah kota.
Sama halnya dengan daerah-daerah lain sepertiRumbai, Minas Lirik, Pendopo, Plaju, Sungai Gerong serta banyak lagi daerah di Indonesia dimana minyak bumi di temukan, maka pertumbuhan penduduk dengan datangnya tenaga-tenaga yang bekerja di ladang pengeboran minyak bumi cepat sekali berkembang.
Dalam pengelanaan saya selama 4 hari di Duri hal itu terbukti. Duri atau kecamatan Mandau yang kalau di lihat dari Google map hanya seperti noktah di tengah hutan belantara, begitu di masuki tak obahnya sebuah kota kecil dengan fasilitas yang lumayan lengkap, kalau dilihat sebagai sebuah kota kecamatan ditengah belantara daratan Riau.
Sebelum pergi memancing dan menjala ikan di daerah Rokan, saya sempat mengabadikan beberapa tempat yang kami lewati. Perkampungan penduduk asli Mandau, walau telah bersentuhan dengan modernisasi namun tak kehilangan ciri khasnya. Rumah terapung, maupun perkampungan yang berdekatan pipa-pipa minyak mentah dari ladang pengeboran menuju stasiun pengumpul.
Pada awalnya saya agak ragu, foto seperti apakah yang akan saya dapatkan dari pemandangan alam di dataran rendah yang nanti akan saya hadapi. Tapi alam memang penuh rahasia, dari hutan bakau yang tak tertata, sebuah keindahan juga bisa muncul tak terduga.
Kita sering melihat foto-foto matahari terbenam yang diambil di pinggir pantai. Foto-foto yang diambil disana memang bisa menampilkan suasana dan nuansa yang mencekam perasaan keharuan dalam keindahan. Tapi bagaimana pula bila kita melihat matahari terbenam dari daratan dan dataran rendah daerah seperti Riau?
Diantara foto-foto ini tidak semuanya saya ambil dalam posisi diam, beberapa diantaranya saya jepret dari kendaraan yang sedang berjalan. Bahkan foto-foto matahari terbenam sepenuhnya diambil dari kaca belakang L 300 yang kami tumpangi yang sedang melaju membawa kami pulang.
[caption id="attachment_87317" align="aligncenter" width="622" caption="Sebuah pohon meranggas dan kemudian mati, di latar depan dua pipa minyak terbentang membawa sumber kemakmuran bagi orang lain"][/caption]
[caption id="attachment_87318" align="aligncenter" width="568" caption="Langit terbentang membiru tanpa polusi"]
[caption id="attachment_87319" align="aligncenter" width="605" caption="Rumah diatas air"]
[caption id="attachment_87320" align="aligncenter" width="622" caption="Rumah penduduk asli Mandau, didepan mereka mengalir uang dalam jumlah yang tak terpikirkan oleh mreka, semenara mereka hidup dalam kesederhanaan bahkan kemiskinan"]
[caption id="attachment_87321" align="aligncenter" width="622" caption="Sekolah ini pun di bangun diatas rawa"]
[caption id="attachment_87322" align="aligncenter" width="622" caption="Hutan bakau itu kini telah di sulap dan di tanami dengan kelapa sawit"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H