Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berkelana di Ranah Minang (10): Pantai Pariaman yang Tersembunyi di Balik Keteduhan

12 Desember 2010   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:48 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikmati malam pertama di Ranah Minang, di Ujung Betung, Pariaman. Berselimutkan keheningan malam yang membuat hati begitu terasa damai. Berbeda jauh dengan Jakarta yang baru saja saya tinggalkan, yang selalu hiruk pikuk 24 jam.

Badan rasanya cukup capek setelah mengitari kota Padang, sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Bandara Minangkabau. Cukup banyak yang saya dapatkan hari itu, dan itu membuat saya cukup beberbesar hati, karena perjalanan yang kami lakukan tidak percuma.

Rabu, 1 Desember 2010

Setelah menyelesaikan dan mempublikasikan postingan pertama saya Berkelana di Ranah Minang, Dolla Indra mengajak saya berkeliling kota Pariaman, dengan fokus utama kami pantai Pariaman. Namun sebelumnya kami menjemput Elses Mita, istri Dolla yang bertugas sebagai dokter Puskesmas Marunggi, masih dalam kota Pariaman yang lokasi Puskesmasnya tidak begitu jauh dari pantai.

Sebagai kota yang berada di tepi pantai, Pariaman mempunyai garis pantai yang cukup panjang. Keindahan pantai ini diperkuat dengan pantainya yang berceruk di beberapa tempat, sehingga tidak membosankan untuk di nikmati.

Selain dinikmati langsung dengan bermain di pantai. Pemandangan pantai dan laut Pariaman ini juga dapat dinikmati dari bawah pohon-pohon rindang yang tumbuh antara 25 hingga 50 meter dari bibir pantai.Membuat suasana sekitarnya teduh, walau kita datang ditengah hari sekalipun, seperti yang kami alami ketika berkunjung kesana.

Dibawah keteduhan pohon cemara yang menjulang tinggi, dengan suaranya yang khas ketika di tiup angin, diiringi suara deburan ombak yang menerpa pantai, bagaikan alunan music symphony yang membuai telinga. Sungguh suatu suasana yang sangat nikmat untuk bersantai, sambil di tiup angin yang berembus sepoi-sepoi.

Hanya dua tempat yang sempat kami kunjungi saat itu, yaitu: Pantai Kata yang suka dipelesetkan warga setempat dengan Pantai Kuta, dan Pantai Gandoriah. Keterbatasan waktu, membuat saya tidak sempat mengunjungi pantai-yang lainnya.

Ketika berkunjung ke pantai Pariaman ini, saya melihat ada potensi pariwisata yang belum tergarap maksimal disini. Media pendukung seperti hotel yang cukup representative, serta restoran yang cukup memadai. Saya melihat yang ada hanyalah warung-warung kecil maupun kios-kios makanan atau buah-buahan.

Mungkin juga kunjungan saya yang singkat ini belum sempat melihat semuanya. Tapi saya punya keyakinan, bila hal ini di garap lebih maksimal, potensi pariwisata pantai Pariaman bisa menjadi sumber devisa pendapatan daerah dan tentu jugapenduduk sekitarnya.

Keyakinan saya itu juga didukung dengan dibangunnya sebuah Dermaga di Pantai Gandoriah. Bila dermaga ini telah selesai kelak, bukan hal yang mustahil bila disana nanti akan berlabuh kapal-kapal pesiar kecil atau semacam yach milik mereka yang mampu. Tentu saja bila prasarana dan infrastruktur pendukung seperti yang saya sebutkan diatas juga telah tersedia.

Apa lagi Pariaman punya acara tahunan Tabuik di setiap bulan Muharram, yang prosesi waktunya cukup panjang, memakan waktu beberapa hari, yang tahun ini puncaknya akan terjadi tanggal 19 Desember mendatang. Bila masa persiapan ini juga diangkat sebagai proses sebuah perjalanan acara Tabuik, bukan hal yang tak mungkin akan memperpanjang masa tinggal wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan acara Tabuik ini di Pariaman.

[caption id="attachment_79562" align="aligncenter" width="541" caption="Puskesmas Marunggi, tempat Elses Mita istri Dolla Indra mengabdikan dirinya sebagai Dokter melayani masyarakat setempat"][/caption]

[caption id="attachment_79563" align="aligncenter" width="528" caption="Tabuik, ikon kota Pariaman yang banyak di jumpai di beberapa tempat. Dari depan bagian bawah terlihat patung burung Buraq berkepala manusia"]

12921243891671928050
12921243891671928050
[/caption]

[caption id="attachment_79564" align="aligncenter" width="540" caption="Tabuik, dilihat dari belakang dengan ekor burung Buraq yang terlihat mengembang"]

1292124622532602718
1292124622532602718
[/caption]

[caption id="attachment_79566" align="aligncenter" width="541" caption="Pantai Kata yang diplesetkan jadi Pantai Kuta, dengan pepohonan yang rindang tempat berteduh dari sengatan matahari."]

12921253081630254272
12921253081630254272
[/caption]

[caption id="attachment_79567" align="aligncenter" width="541" caption="Pantai Kata dengan beberapa perahu nelayan yang sedang parkir"]

12921255641688981148
12921255641688981148
[/caption]

[caption id="attachment_79568" align="aligncenter" width="541" caption="Sisi lain dari Pantai Kata"]

1292125765232177191
1292125765232177191
[/caption] [caption id="attachment_79569" align="aligncenter" width="541" caption="Pohon Kelapa yang menjulang tinggi, di kebun penduduk yang tidak jauh dari pantai. Salah satu produk unggulan dari Pariaman"]
12921259881034545003
12921259881034545003
[/caption]

[caption id="attachment_79570" align="aligncenter" width="541" caption="Jalanan yang teduh oleh pohon yang tumbuh tinggi di sepanjang sisi Pantai Pariaman"]

1292126230758275860
1292126230758275860
[/caption]

[caption id="attachment_79571" align="aligncenter" width="541" caption="Pembangunan dermaga di teluk Pantai Gandoriah, dengan latar belakang perahu nelayan yang sedang parkir, menunggu waktu melaut."]

1292126428722920009
1292126428722920009
[/caption]

[caption id="attachment_79572" align="aligncenter" width="541" caption="Pantai Gandoriah dengan tanjung yang cukup jauh menjorok ke tengah laut"]

12921266931523932817
12921266931523932817
[/caption]

[caption id="attachment_79575" align="aligncenter" width="396" caption="Trotoar yang teduh di payungi pepohonan"]

12921274722070069990
12921274722070069990
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun