Masa anak-anak dikenal banyak orang sebagai masa yang penuh dengan keceriaan, penuh fantasi dan mimpi, serta penuh rasa ingin tahu terhadap berbagai hal. Namun, akhir-akhir ini kasus kekerasan terhadap anak selama kurun waktu 2020 terjadi peningkatan dan sangat membahayakan. Dikutip dari situs Kompas.com Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat peningkatan kasus kekerasan terhadap anak selama kurun 2020. "Meningkat 38 persen, jadi sangat menakutkan," ujar Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, kepada wartawan pada Senin (4/1/2021).
"Di laporan kami, 2.700 kasus (kekerasan terhadap anak selama 2020)," tambahnya.
Arist mengungkapkan, Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah dengan laporan terbanyak kasus kekerasan terhadap anak, disusul Jabodetabek.
Dengan melihat paparan data tersebut di atas, otomatis para orang tua akan makin khawatir dengan perkembangan psikologi anak di zaman sekarang, apalagi kita tahu bahwa masa anak-anak belum sesiap orang dewasa sehingga hal ini sangat rentan mengalami trauma psikis. Banyak faktor yang dapat menyebabkan trauma psikis pada anak, di antaranya seperti kematian orang terdekat, di-bully secara fisik dan mental oleh teman-teman sebayanya di sekolah atau lingkungan rumah, pertengkaran orang tua, mengalami kekerasan di rumah maupun di luar lingkungan rumah, pelecehan seksual, dan lain-lain.
Mengatasi trauma psikis pada anak tidaklah mudah seperti membalikkan sebuah tangan.
Anak yang mengalami trauma psikis harus diberi perhatian khusus terutama oleh orang tua atau orang terdekat agar trauma yang ia rasakan tidak mengganggu perkembangannya. Sebab dikhawatirkan, jika tidak mendapatkan penanganan khusus maka trauma tersebut akan terbawa sampai dewasa atau melekat dalam jangka waktu yang lama dan bisa menimbulkan kecemasan. Dalam dunia kedokteran, gangguan cemas akibat trauma disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD). Ini adalah gangguan akibat melihat ataupun mengalami suatu kejadian berbahaya atau berat sehingga mempengaruhi kondisi psikologis anak. (Menurut dr. Reza Fahlevi dari KlikDokter)
Oleh karena itu diperlukan kiat-kiat orang tua dalam mengatasi trauma psikis pada anak, yaitu:Â
1.Kenali Gejala Trauma Anak
Gejala fisik, gejala yang sering timbul pascatrauma, seperti: badan lemah, malas makan, kelelahan, suhu badan meningkat, mual, dan detak jantung lebih cepat.
Gejala kognitif, gejala yang sering muncul, seperti: suka mimpi buruk, suka curiga, sering menyalahkan orang lain, pelupa, dan sulit konsentrasi.
Gejala emosi, gejala yang sering muncul, seperti: sering merasa takut secara berlebihan, sering menunjukkan rasa bersalah, suka menyendiri, suka sedih dan menangis tanpa ada penyebab, suka panik, ragu-ragu, sering membantah, suka murung, atau menjadi pemarah.
Gejala perilaku, gejala yang sering muncul, seperti: suka menolak, antisosial, malas, menjadi pendiam, kehilangan nafsu makan, terlalu peka dengan lingkungan, dan lain-lain.
Jika orang tua menemukan gejala-gejala tersebut di atas, kemungkinan besar anak mengalami trauma sehingga orang tua perlu waspada dan segera konsultasi dengan ahlinya.
2.Berikan Rasa Aman dan Merasa Dicintai
Anak yang memiliki kualitas hubungan yang baik dengan orang tua, pengasuh, atau orang-orang di sekelilingnya berpeluang lebih besar untuk pulih dari trauma, apalagi jika mereka diberikan rasa aman dan dicintai dengan sepenuh hati.
3.Latih anak akan pentingnya keberanian, kesabaran, kemampuan intelegensi, memiliki kesehatan fisik dan rasa percaya diri dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupannya.
Jangan biarkan anak tenggelam pada trauma yang dialaminya. Melatih anak dengan keberanian, Â kesabaran, kemampuan intelegensi, rasa percaya diri dan memiliki kesehatan fisik yang kuat maka pelan-pelan akan membantu anak untuk pulih dari peristiwa traumatis. Misalnya dimulai dengan mengenalkan anak pada sumber trauma dan melatihnya untuk lebih bersikap bijak dalam menyikapi sebuah peristiwa.
4.Memberikan Rasa Tenang
Memberikan rasa tenang pada anak adalah dengan cara menyampaikan bahwa trauma dapat dialami oleh siapa saja dan rasa kecemasan merupakan hal yang wajar.
5.Bimbing dengan Kesabaran
Saat anak berusaha melewati masa-masa kecemasan, orang tua harus sabar dan berperan aktif agar trauma psikis yang dialami anak pelan-pelan pulih kembali.
Jika orang tua sudah berusaha semaksimal mungkin membantu anak dalam menghadapi trauma psikisnya, tetapi belum juga ada hasil maka ajaklah anak menemui psikolog  atau dokter ahli psikiater untuk menjalani terapi.
Semoga bermanfaat dan salam semangat.
(ed. Sri Kuswayati)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H