Hal yang berat saat menuntut adanya kesetaraan adalah terabaikan atau bahkan diabaikannya hak orang lain demi dan untuk menjadi "SETARA".
Jika seperti itu, dimana letak kesetaraannya? Apakah hal ini hanya akan sampai pada taraf wacana? Karena dengan adanya kesetaraan di satu pihak, akan membuka ketidaksetaraan lain di bidang yang lainnya. Atau bahkan wujud dari ketidaksetaraan akan semakin tidak kabur.
Hal-hal seperti ini sering menjadi perenungan saya saat mendalami isu tentang kesetaraan. Lalu, melihat keadaan yang ada di lapangan begitu sangat memprihatinkan. Apalagi tentang isu kekerasan seksual.
Sangat menyenangkan ketika melihat sudah banyak orang lebih peka terhadap segala bentuk tindak kekerasan seksual yang terjadi terhadap perempuan. Namun, tidak bisa dipungkiri juga masih ada segelintir orang yang menyalahkan korban kekerasan seksual atas hal yang menimpa dirinya. Bukankah dengan sikap seperti ini hanya akan membuat pelaku semakin banyak bertindak semena-mena karena merasa mendapat "dukungan" dari segelintir orang? Pelaku akan memiliki kecenderungan menormalisasi tindak kriminal yang ia lakukan. Tidak ada hal yang bisa dilakukan untuk membenarkan tindak kekerasan seksual terhadap siapapun.
Disisi lainnya, juga saya sangat prihatin atas minimnya perhatian masyarakat untuk tindak kekerasan seksual yang terjadi terhadap laki-laki. Mereka juga bagian dari masyarakat yang harus mendapat perlindungan dan penanganan yang benar. Tidak ada yang bisa membenarkan tindak kekerasan seksual terhadap laki-laki hanya karena stigma yang dilekatkan kepada mereka, bahwa laki-laki itu kuat dan "tidak mungkin" jadi korban kekerasan seksual. Bukankah kenyataannya tidak demikian? Yang lebih mirisnya lagi ketika perempuan yang melakukan kekerasan seksual dalam bentuk pelecehan secara verbal terhadap laki-laki tapi tidak ada yang mempermasalahkan hal itu karena pelaku adalah "Perempuan".
Sangat menjengkelkan melihat fenomena seperti itu yang banyak terjadi di media-media sosial yang ada. Hal-hal yang merupakan tindak kriminal malah dinormalisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H