Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Lainnya - Peternak

Hamba Allah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying Terus Terjadi, Butuh Islam Sebagai Solusi

15 Desember 2023   18:14 Diperbarui: 15 Desember 2023   18:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Di penghujung tahun 2023 ini, kasus perundingan (bullying) terus merebak bahkan menjadi salah satu persoalan yang butuh perhatian khusus. Pelakunya pun semakin muda dan tindakan yang dilakukan kian brutal. Baru-baru ini, FA (12) siswa kelas 6 SD di Bekasi mendapatkan perlakukan perundungan oleh lima rekan sekolahnya hingga salah satu kakinya diamputasi  dan berujung pada kematian. (suarabekaci.id, 7/12/23).

Beberapa bulan sebelumnya, media juga memberitakan seorang siswi kelas 2 SD di Gresik, Jawa Timur dicolok matanya menggunakan tusuk sate. Alhasil, dari perlakuan perundungan tersebut, pelajar berinisial SAH (8) ini harus mengalami kebutaan permanen. (detik.com, 17/9/23)

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat kasus perundungan di satuan pendidikan terhitung periode Januari - September 2023 mencapai 23 kasus. Dari 23 kasus tersebut, dua korban diantaranya meninggal dunia usai mengalami perundungan, ucap Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti.(kompas.com, 4/10/23)

Secara alami, manusia memang memiliki naluri mempertahan diri. Naluri tersebut akan muncul pada diri seseorang sebagai bentuk eksistensi dirinya berupa sifat marah, benci bahkan dorongan pada menghina atau menyakiti orang lain. Namun demikian, manusia juga dibekali akal untuk menimbang baik atau buruknya suatu perbuatan. Untuk menjadikan akal bisa membimbing naluri manusia ke jalan yang benar, maka butuh proses latihan dan didikan yang panjang.

Coba kita lihat kasus perundungan yang ada hingga saat ini, rasanya kian miris dan mengerikan dibuatnya. Oleh karenanya, banyak pihak yang berupaya mencari solusi dari kasus perundungan. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Nahar menyatakan pola pengasuhan yang positif dan komunikasi terbuka dengan anak menjadi kunci dalam mencegah anak terpapar perilaku negatif.  

"Orang tua juga harus selalu memperhatikan perilaku anak serta lingkungan pertemanannya sehingga dapat dengan mudah mendeteksi adanya ketimpangan pada anak", imbuhnya. Selain itu, Kemen PPPA mendorong masyarakat yang menemukan kasus kekerasan untuk segera melaporkannya kepada Layanan SAPA 129 Kemen PPPA. (Antara News, 4/10/23).

Upaya lain yang berupa dilakukan untuk mengatasi kasus perundungan yaitu dengan pembentukan satgas di sekolah, pembentukan sekolah ramah anak, hingga penerbitan aturan Permendikbud Antikekerasan di sekolah. Akan tetapi, Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf menilai Permendikbudristek 46/2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) dianggap belum efektif. (republika.com, 3/10/23).

Jika kita cermati seksama, semua upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Bahkan makin hari makin merajalela, baik di sekolah umum maupun di pondok pesantren. Lebih memprihatinkan lagi, tindakan tersebut dilakukan kepada teman sebaya.

Munculnya kasus perundungan yang berulang tentu ini banyak menimbulkan tanda tanya, mengapa sangat sulit untuk dibendung? Terlebih terkait dengan generasi bangsa. Jika sejak awal generasi muda ini sudah memiliki kepribadian buruk, bagaimana nasib bangsa ini pada masa depan nantinya?

Memang benar, salah satu penyebab maraknya kasus perundungan yang dilakukan anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Dimana orang tua disibukkan dengan pekerjaan hingga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan maksimal. Selain itu juga karena anak - anak saat ini lebih mudah mengakses informasi internet tanpa ada penyaringan.

Akan tetapi jika kita kritisi bersama, sejatinya semuanya hanyalah dampak dan akar dari permasalahan yang ada sejatinya yaitu diterapkannya sistem sekuler kapitalis di negeri ini. Asas sekulerisme ini yang mampu mencabut nilai - nilai moral dan agama. Dengan adanya asas sekulerisme, mampu melahirkan ide liberalisme, dimana ide ini mengagung - agungkan kebebasan, termasuk kebebasan bertingkah laku yang kian menjauhkan dari aturan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun