Eittsssss, jangan salah, tentu tidak semudah itu Fergusso. Proses membuat konten dalam bentuk video itu panjang dan 'njelimet'. Mulai dari mencari ide, melakukan research, menyusun naskah yang out of the box, latihan sampai berbusa, proses syuting yang berkali-kali, proses editing yang memakan waktu lama, sampai  uploading sebagai proses akhir. Bayangkan saja, video yang ditayangkan hanya 30 menit di YouTube, tapi prosesnya memakan waktu berhari-hari, guys. Mungkin terlihat mudah, tapi kalau terjun, huffttt langsung bikin kepala cenat-cenut rasanya. Nah, kan diam-diam tugasnya YouTuber seabrek lho, apalagi harus selalu update dengan jadwal konsisten dan harus no jaim jaim club.
Seorang YouTuber memang seringkali dipandang sebelah mata dan banyak yang masih underestimate terhadap profesi ini. Sederet stigma juga melekat bagi para pekerja seni tersebut. Banyak YouTuber yang tidak mau ambil pusing dengan komentar pedas para netizen budiman, malah mereka menjadikan komentar tersebut sebagai pacuan semangat untuk memaksimalkan potensi. Janji ya, mulai sekarang kita hargai para YouTuber yang sudah berkarya dengan kemampuan terbaiknya untuk menghibur viewers setia.
Kreativitas Tanpa Batas Pemuda Desa di Kampung "YouTuber"
 Hidup di era serba 'enteng' dan gaji mentereng dengan adanya internet, siapa sangka pendapatan pemuda desa bersaing dengan pekerja ibu kota dengan menggeluti profesi sebagai YouTuber.  Memang tampak pekerjaan sebagai Content Creator ataupun YouTuber masih dinilai sebagai pekerjaan di waktu luang, bisa santai sambil diselingi canda tawa, tapi kenyataannya nominal pendapatan profesi YouTuber bikin kita melongo.
Di beberapa daerah di Indonesia seperti Desa Tapen, Bondowoso; dan Kasegeran, Banyumas menggeluti profesi sebagai YouTuber sebagai mata pencahariannya dan sumber pendapatan utama bagi kebanyakan pemuda di daerah tersebut.  Bahkan, dari hasil menjadi Youtuber sudah banyak pemuda desa tersebut yang berhasil membeli mobil mewah dan dapat menaikkan haji kedua orang tuanya. Jadi, jangan pernah judge dan pandang sebelah mata pekerjaan sebagai YouTuber, ya. Bisa jadi tabungannya di bank sudah masuk sebagai nasabah prioritas. Hehehe
Benar kan, sekarang ada buktinya bisnis kreativitas tanpa batas yang digeluti dengan mengandalkan penggunaan internet ini mendatangkan keuntungan fantastis dari YouTube. Kini, Desa Tapen dan Kasegeran tersebut disebut sebagai kampung YouTuber. Para pemuda desa di sana sudah semakin mahir menggunakan kamera untuk mengambil video dari berbagai angle. Berbekal kemampuan yang diperoleh secara otodidak, sekitar 150 pemuda desa berprofesi sebagai YouTuber di Tapen, setiap harinya fokus membuat konten YouTube dan melakukan editing sebelum hasil video yang mereka buat diunggah di YouTube. Hasilnya? Sungguh Wow!
Karya dan kemampuan membuat konten para YouTuber baik di desa maupun kota patut diacungkan jempol, lho. Konten yang mereka buat selalu memunculkan ragam tema yang berbeda-beda, dengan point of view yang khas dan dikemas secara menarik dan ciamik. Terbukti, banyak konten fresh yang mereka buat bersifat edukasi dan sosial menarik minat masyarakat. Para pemuda ini secara konsisten mengunggah video hingga pada akhirnya video mereka ditonton banyak orang dan memiliki banyak subscriber yang bikin pendapatannya luber-luber.
MyRepublic, Sediakan Koneksi Internet Ultra Cepat Dukung Pekerja Kreatif Berkarya
Well, sudah kita bahas sepintas terkait potensi YouTuber yang mencari uang tambahan dari internet. Tidak hanya di kota-kota besar, namun profesi YouTuber juga dilirik oleh para pemuda desa. Profesi sebagai YouTuber menjadi salah satu dari sekian banyak profesi yang sangat bergantung dengan keberadaan internet.