Mutasi makro menggunakan dosis radiasi yang tinggi, biasanya menyebabkan ketidakstabilan genetik. Sedangkan mutasi mikro mengubah karakter kuantitatif yang diturunkan dan lebih bermanfaat bagi pemulia, karena mutasi mikro sedikit merusak walaupun mutasi ini sulit dideteksi.
Mutasi mikro meningkatkan keragaman pada hasil, kandungan protein, tinggi tanaman, pembungaan, produksi polong, berat biji dan hasil-hasil lain yang berhubungan dengan karakter kuantitatif yang diturunkan.
Teknik pemaparan bahan radioaktif dengan menggunakan sinar gamma dianggap sebagai metode yang paling cepat, praktis, dan aman. Ratna et al (2015) menjelaskan bahwa teknik pemberian radiasi sinar gamma pada kasus buah ekspor relatif tidak menyebabkan kerusakan bahan, tidak meninggalkan residu yang berbahaya, sehingga relatif lebih aman terhadap kesehatan dan lingkungan. Selain itu, radiasi dengan sinar gamma juga memiliki daya tarik tersendiri karena tidak hanya mampu meningkatkan keragaman tanaman, tetapi juga mendorong peningkatan satu karakter khusus tanpa mengganggu karakter lainnya (Sutapa & Kasmawan, 2016).
Radiasi Sinar Gamma pada Kedelai
Upaya peningkatan produksi kedelai lokal dengan menggunakan teknik radiasi ditujukan untuk memperbaiki atau meningkatkan salah satu sifat bawaan agar menjadi sifat unggul yang dapat diwariskan. Namun, perubahan ini hanya terkonsentrasi pada satu sifat target saja, tanpa mempengaruhi sifat-sifat lainnya (Harsanti & Yulidar, 2015). Cara ini dianggap lebih efektif dan efisien, terutama pada kedelai, karena mendorong keragaman genetik dan varietas unggul untuk mencegah penurunan produksi.
Pada benih, umumnya dosis penyinaran gamma yang efektif  berada pada kisaran 50-250 Gy (Sutapa & Kasmawan, 2016).  Menurut Hanafiah et al (2010), badan tenaga atom internasional menyebutkan bahwa rekomendasi jumlah paparan untuk kedelai adalah pada penyinaran 200 Gy. Namun, dosis radiasi ini tentu berbeda untuk setiap kultivar dan spesies kedelai yang ada (Sakin, 2002; Tah, 2006; Srisombun et al., 2009).
Selain dosis, kadar air yang terkandung dalam benih juga memiliki pengaruh besar terhadap efek mutagenik dari radiasi. Dalam Ozlinc & Yalcin (2019) dijelaskan bahwa penyusutan kadar air benih dapat meningkatkan sensitivitas terhadap radiasi.
Berdasarkan penelitian Harsanti & Yulidar (2015), sampai dengan tahun 2015 BATAN telah melepas 10 varietas kedelai unggul nasional yang sudah disahkan oleh Menteri Pertanian RI sebagai benih pemuliaan tanaman hasil radiasi. Varietas yang telah diuji coba diantaranya: Argomulyo, Grobogan, Gepak Kuning, Anjasmoro, Tengger, Meratus, Rajabasa, Mitani, Mutiara 1, Denna 2, dan sebagainya. Varietas-varietas tersebut, umumnya dihasilkan dari radiasi sinar gamma pada dosis rendah (mutasi mikro) yang mempengaruhi perubahan karakter kuantitatif tanaman dan sedikit mempengaruhi perubahan kromosom benih.
Selayang Pandang Isu Penggunaan Radiasi dan Peningkatan Produktivitas Pertanian di Masyarakat
Isu ketahanan pangan merupakan isu kompleks dan selalu hangat untuk dibicarakan. Salah satunya ialah komoditas kedelai yang memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap akses impor yang terus menjadi masalah bagi industri hilir. Hal ini menyebabkan harga menjadi tidak stabil dan petani yang selalu merugi hingga akhirnya pasar hilang kendali. Ketimpangan antara jumlah konsumsi kedelai masyarakat yang cukup besar tidak sebanding dengan ketercapaian produksi kedelai nasional.
Radiasi adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penciptaan varietas dengan penyinaran sinar gamma pada biji tanaman kedelai. Dalam beberapa tahun belakangan, sudah cukup banyak penelitian terkait efektivitas radiasi terhadap benih kedelai yang bertujuan untuk memperoleh sifat-sifat baru yang unggul dari varietas induknya. Sifat-sifat tersebut meliputi produksi, umur, rasa, ketahanan terhadap hama dan penyakit. Diharapkan dengan melakukan metode radiasi diperoleh benih unggul yang aman, terjangkau, dan mudah ditanam oleh petani sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai lokal.