Mohon tunggu...
Dianisa Rizkika
Dianisa Rizkika Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis

Anak teknik yang gemar minum kopi dan bercita - cita menjadi pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemanfaatan Radiasi Sinar Gamma Dukung Akselerasi Swasembada Kedelai Nasional

16 Maret 2021   18:54 Diperbarui: 16 Maret 2021   19:09 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benih Kedelai (Sumber: etftrends.com)

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian dengan tingkat kebutuhan yang terus meningkat di Indonesia. Tidak hanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe saja, kedelai juga banyak dimanfaatkan dalam produksi kecap, susu, hingga ekstraksi untuk diambil minyaknya. 

Sayangnya, peningkatan kebutuhan kedelai di Indonesia tidak bisa diimbangi dengan produksi yang mumpuni. Tercatat bahwa produksi kedelai dalam negeri hanya mampu menyuplai sekitar 65% kebutuhan nasional dan 35% sisanya dipenuhi melalui kran impor (Aldillah, 2015). Diketahui bahwa jumlah produksi kedelai lokal mengalami kondisi produksi yang fluktuatif, yakni pada tahun 2016 tercatat produksinya sebesar 0.86 juta ton, kemudian di tahun 2017 turun menjadi 0.54 juta ton, dan terakhir di tahun 2018 kembali naik pada angka 0.98 juta ton (Kementan, 2018).

Kurangnya pasokan kedelai melalui produksi dalam negeri dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya: faktor kesesuaian iklim (Outlook, 2015); kurangnya luas tanam kedelai (Irianto, 2019); rendahnya teknologi penyimpanan benih kedelai yang memadai (Pramono et al, 2020); serta rendahnya produktivitas (Ramadhani & Sumanjaya, 2014) dan nilai usaha tani kedelai (Aldilla, 2015). Hal-hal tersebut diatas tentunya yang mendorong pemerintah untuk melakukan pemenuhan melalui keran impor. 

Namun sayangnya, kebijakan itu tentu tidak bisa dijadikan sebagai solusi jangka panjang. Terbatasnya ketersediaan barang impor akibat tingginya permintaan pasar global, diikuti dengan nilai tukar rupiah yang cenderung tidak stabil, sangat berdampak besar pada pasar nasional. 

Upaya pemerintah dalam mendorong petani lokal dan peningkatan produktivitas kedelai harus dijadikan sebagai solusi utama dalam pemenuhan pangan negara dan memperkecil ketergantungan impor. Harapannya, selain memberdayakan petani, juga dapat mendorong stabilitas pengelolaan pangan yang berkelanjutan.

Peningkatan produktivitas kedelai dapat diupayakan melalui perbaikan mutu benih dengan pemanfaatan sinar radioaktif. Dalam dunia pertanian, pemanfaatan sinar radioaktif (physical method) ini turut mendorong pemuliaan tanaman melalui peningkatan viabilitas dan vigor benih (Bramasto et al, 2016), serta kualitas dan perbanyakan keragaman genetik. Menurut Sianipar et al (2013), semakin tinggi keragaman genetik maka peluang untuk memperoleh varietas unggul juga semakin meningkat. Salah satu sinar radioaktif yang paling banyak dimanfaatkan dalam peningkatan produktivitas adalah sinar gamma yang berasal dari 60Co.

Radiasi Sinar Gamma () 60Co

Radiasi sinar gamma () 60Co atau yang dikenal juga dengan nama radiasi pengion merupakan jenis radiasi tingkat tinggi dimana ion-ion bermuatan mampu menembus dan mempengaruhi jaringan sel makhluk hidup (Araujo et al, 2016). Daya tembus yang sangat kuat tersebut memungkinkan radiasi sinar gamma mampu memecah molekul sel sehingga menciptakan variasi genetik baru dengan sifat yang unggul (Harsanti & Yulidar, 2016). Menurut Budihardjo et al (2009), hasil dari proses ionisasi yang terjadi dapat merusak molekul-molekul sel, memutus ikatan DNA, serta membunuh hingga membatasi pertumbuhan bakteri/hama patogen.

Proses perubahan materi genetik yang disebabkan oleh paparan bahan radioaktif berupa sinar gamma () 60Co disebut dengan mutasi. Peluang terjadinya mutasi, menurut Ghosypea et al (2018) bergantung pada tanaman (umur, bagian, fase pertumbuhan) dan lama perlakuan mutagen. Ozdinc & Yalcin (2019) menambahkan bahwa efek bahaya dari radiasi bergantung pada jenis mutagen yang digunakan serta dosis mutagen tersebut. 

Peningkatan dosis akan sejalan dengan peningkatan efek bahaya tersebut. Diketahui bahwa dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian, sedangkan dosis yang terlalu rendah dapat memicu perubahan fenotipe (karakteristik fisik organisme) tanaman (Ghosypea et al, 2018). Adapun jenis-jenis mutasi berdasarkan dosis paparan nya, dikelompokkan menjadi mutasi makro dan mutasi mikro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun