Mohon tunggu...
Dianisa Febriyana Hardi
Dianisa Febriyana Hardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - She/Her

ESFJ-T

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Panic Buying dalam Pembelian Produk Vitamin

13 November 2021   00:47 Diperbarui: 13 November 2021   01:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era pandemi saat ini, kita pasti ingin melindungi diri dengan cara apapun agar tidak tertular virus. Mulai dari rajin berolahraga, berjemur dan meminum suplemen dan vitamin. Namun dengan keadaan yang serba urgent ini, membuat banyak masyarakat menjadi panik karena takut tertular. Maka dari itu masyarakat berusaha untuk meningkatkan imun salah satunya dengan cara meminum vitamin. Vitamin dipercaya oleh masyarakat dapat meningkatkan daya tahan tubuh di kala pandemi seperti sekarang ini. Dalam kepanikan yang sedang dirasakan masyarakat akan menjalarnya virus COVID-19, perusahaan-perusahaan tidak ingin rugi. Mereka mengeluarkan produk-produk vitamin untuk masyarakat. 

Namun sangat disayangkan hal tersebut memberi dampak buruk di masyarakat. Masyarakat menjadi panik yang menimbulkan pembelian alat kesehatan dan kebersihan secara berlebihan yang menyebabkan stok barang menjadi kosong dimana-mana. Hal tersebut pun memicu oknum-oknum nakal yang juga tidak ingin kehilangan kesempatan, mereka pun turut membeli barang-barang terkait kesehatan secara berlebihan lalu menimbunnya. Kejadian tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat yang tidak mendapatkan kesempatan dalam membeli barang-barang tersebut. Lebih parahnya lagi bila ada seseorang yang sangat membutuhkan suatu obat namun obat tersebut telah habis stok dimana-mana. 

Timbulnya fenomena ini menyebabkan harga dari suatu alat dan obat kesehatan yang tadinya berharga normal menjadi tidak normal bahkan berkali-kali lipat lebih mahal dari biasanya. Keadaan seperti ini sangat meresahkan masyarakat, sebab pandemi yang tidak kunjung mereda ini sangat membuat masyarakat ketakutan dan merasa harus memproteksi diri dengan lebih ekstra namun keadaan berkata lain segala alat kesehatan dan obat-obatan pun turut habis. Penyebab utamanya adalah melonjaknya jumlah penyintas COVID-19, membuat kepanikan dalam masyarakat makin menjadi. Hal tersebut dijadikan kesempatan oleh para oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan. Mereka sengaja membeli produk vitamin dalam jumlah besar untuk ditimbun terlebih dahulu sampai stok yang ada habis dan kemudian harganya mengalami kenaikan kemudian barulah mereka menjual produk vitamin tersebut dengan harga yang tidak masuk akal. Kejadian tersebut pasti membuat masyarakat geram namun karena keadaan, masyarakat mau tidak mau tetap membeli produk tersebut. 

Akan sangat menarik membahas fenomena panic buying yang terjadi dalam masyarakat dengan menghubungkannya dengan komunikasi dalam bisnis. Dimana masyarakat merupakan objek penelitian dalam kata lain, sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Panic buying merupakan tindakan masyarakat dalam membeli suatu produk dalam jumlah besar untuk menghindari kekurangan di hari yang akan datang. Panic buying yang terjadi saat pandemi  ini yang mengarah pada kekurangan sumber daya yang ada di tengah masyarakat. Pemberitaan media tentang kekurangan sumber daya dan hal-hal urgent dari kehidupan sehari-hari semakin memicu panic buying. Panic buying terjadi ketika konsumen membeli produk untuk mengantisipasi kenaikan harga atau kelangkaan produk disaat atau setelah bencana terjadi, terlepas adanya resiko tersebut benar terjadi atau tidak. 

Panic buying adalah perilaku belanja konsumen yang didorong oleh kekhawatiran dan ketakutan akan ketersediaan barang di masa depan dengan tetap mencari manfaat fungsional dari proses belanja, namun dalam jumlah yang berlebihan atau di luar kebutuhan konsumen tersebut. Ciri-ciri perilaku ini ditandai dengan perilaku yang tiba-tiba, tidak terkontrol, dilakukan banyak orang, berlebihan, dan didasari oleh kekhawatiran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku panic buying adalah aktivitas pembelian produk dalam jumlah besar yang terjadi atas kekhawatiran konsumen dalam situasi ketidakpastian. Hal tersebut turut membuat kekacauan dalam masyarakat, pembelian vitamin menjadi tidak terkendali membuat produsen menaikkan harga untuk menekan pembelian agar tidak kehabisan stock.

Perilaku konsumen dalam pembelian suatu barang dapat dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dalam, yang disebut dengan faktor luar yaitu bisa jadi oleh lingkungan sekitar, pergaulan, dan budaya. Dalam kasus panic buying yang sedang kita alami saat ini, kepanikan dalam masyarakat yang terjadi bersumber dari lingkungan sekitar yang masih belum paham bagaimana cara untuk memproteksi diri dari virus sehingga mereka menjadi panik dan terdorong untuk melakukan hal apa saja yang sekiranya dapat mencegah virus masuk ke dalam tubuh. Adapula bila kita memiliki keluarga yang memiliki penyakit khusus, kita pasti merasa sangat terancam karena merasa akan lebih rentan terpapar karena kondisi tubuh sedang tidak baik maka dilakukanlah segala bentuk upaya agar tidak terpapar. Faktor budaya pun

Sedangkan yang dimaksud dengan faktor dalam yaitu bisa jadi oleh faktor kepribadian seseorang. Dalam memandang suatu peristiwa, secara alami manusia akan berpikir untuk mencari pencegahan maupun solusi. Sama halnya dengan adanya pandemi COVID-19 ini, secara alami manusia berusaha untuk melindungi diri dari terpaan virus. Adapun bila seseorang memang sejak sebelum pandemi merupakan orang yang sangat memperhatikan kesehatannya dan orang sekitar, mereka akan cenderung lebih memperhatikan kesehatannya lagi. Namun sangat disayangkan, dengan kurangnya edukasi tentang kesehatan dan sosialisasi tentang virus yang sedang menyebar hal tersebut sangat berdampak pada kegiatan ekonomi. Dalam keadaan yang serba mendadak dan mengancam, manusia akan merasa panik dan tidak dapat berpikir jernih dan cenderung egois. 

Seiring berjalannya waktu angka kematian yang diakibatkan dari COVID-19 mulai menurun, dalam waktu yang lama tersebut masyarakat mulai aktif untuk saling mengedukasi satu sama lain dalam memproteksi diri di kala pandemi dan untuk meredakan kepanikan yang ada dalam masyarakat. Akhirnya kepanikan masyarakat mulai mereda yang membuat pembelian produk vitamin menjadi normal kembali dan keberadaan stok produk vitamin makin bertambah dan dapat ditemui di mana saja dan tentunya para oknum nakal yang sengaja menimbun produk vitamin pun mengalami kerugian besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun