Mohon tunggu...
Dianing Widya
Dianing Widya Mohon Tunggu... -

Novelis | Pengelola Lembaga Sosial SPIRIT KITA [www.spiritkita.org] | Ibu rumah tangga | Blog: dianing.wordpress.com | Twitter: @dianingwy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masihkah Lailatul Qadar Turun?

13 Agustus 2012   18:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ramadan selalu disambut dengan riuh rendah. Dari soal perbedaan waktu awal ramadhan sampai hiruk-pikuk menyambut puasa. Di lingkungan tempat saya tinggal, misal. Para ibu mengadakan makan bersama sebelum puasa tiba. Momen seperti ini terus berulang setiap tahun. Seolah puasa merupakan masa menjalani penderitaan. Jadi sebelum berpuasa, ayo makan enak-enak.

Puasa diwajibkan bagi setiap umat yang beriman. Bukan muslim saja. Setiap agama memiliki perintah berpuasa. Iman sendiri bermakna luas. Iman merujuk pada semua pemeluk agama di bumi. Ini tertera dalam Q.S : 2 : 62. Namun puasa dalam agama lain tidak sehiruk pikuk ini. Boleh jadi -- ada yang mengatakan -- karena muslim merupakan penduduk terbesar di Indonesia.

Ketika sedang asyik dengan pikiran sendiri, saya dikejutkan oleh suara ketukan dan salam dari balik pintu rumah. Karena sebagian pintu terbuat dari kaca, saya tahu siapa yang datang. Mbak In. Tetangga baik saya yang paling enak diajak ngobrol. Saya membuka pintu dan mempersilahkan mbak In duduk. Ia meraih koran dan tenggelam dalam berita yang dibacanya. Begitulah biasanya Mbak In kalau ke rumah yang dia raih pertama adalah koran.
“Mudik kapan Mbak?”
Mbak In hanya menggeleng.
“Jakarta sepi lho Mbak kalau Lebaran.”
Mbak In tertawa kecil lalu menatap ke saya. “Jeng.” Mbak In tertuju pada sebuah tulisan berjudul Kemuliaan Lailatul Qadar.
“Iya, Mbak.”
Mbak In sejenak menghela napas. “Pernah nggak Jeng merasa bertemu dengan Lailatul Qadar?” Saya menautkan kening. Mencoba kembali ke tahun-tahun yang telah lalu. Apakah saya pernah bertemu dengan Lailatul Qadar?
“Kalau saya Jeng, memburunya pun nggak bersemangat.”
Kalimat mbak In membuat saya menautkan kening lagi.
“Coba deh Jeng renungkan.”
Saya mencoba konsen ke kalimat Mbak In berikutnya.
“Di zaman sengkarut seperti sekarang ini Jeng. Ketika korupsi merejalela di negeri ini, orang-orang berpuasa lebih menekankan pada semangat pesta, ketimbang memikirkan bagaimana menolong kaum dhuafa.”
“Semangat pesta?” saya memotong kalimat Mbak In.
“Iya, semangat pesta. Lihat spanduk di mana-mana mengingatkan orang beramal menolong anak yatim piatu dan kaum dhuafa. Sayangnya setelah Ramadan usai, semangat berbagi itu seperti
luntur. Menguap begitu saja, kecuali orang-orang yang memang konsisten dengan esensi beragama. Memaknai puasa untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kelaparan, dan anak-anak yang tak bisa sekolah. Mestinya kan semangat esensi berpuasa itu terus ada meski Ramadan usai Jeng.” Saya mengangguk.
Ya. Saya lihat ramadhan seringkali dimaknai sebatas ritual semata. Belum sampai pada tingkat spirit Ramadan itu sendiri.
“Kembali ke Lailatul Qadar Jeng.”
“Iya Mbak.”
“Menurutmu apakah Lailatul Qadar masih turun ke bumi Jeng, untuk saat-saat seperti sekarang ini?" Saya menarik nafas kuat-kuat. Pertanyaan Mbak In menggiring pikiran saya untuk ikut mempertanyakan apakah Lailatul Qadar tetap turun di setiap Ramadan?
Saya melihat kembali ke belakang. Banyak ironi yang kita saksikan. Agama yang seharusnya untuk membawa kedamaian, kadang digunakan untuk merusak. Cap sesat dengan mudah disematkan kepada pihak lain yang berbeda pandangan. Korupsi merajalela. Kemiskinan berserakan di depan mata tapi kita seolah tidak melihatnya. Dan sebagainya. Dan sebagainya.
Kalau pun masih turun, pantaskah seorang muslim memburunya demi pahala? Lalu untuk apa kita bersusah payah beribadah kalau hanya untuk mengejar pahala. Tak bisakah kita melepaskan pamrih pahala kepada Allah yang telah banyak memberi kita nikmat. Tak bisakah kita beribadah padaNYa, meyantuni kaum dhuafa, menyayangi sesama makhluk Tuhan semata meraih ridhaNya?

Masihkah Lailatul Qadar turun?

Depok, Agustus 2012

Dianing Widya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun