Dalam edukasi 3R, anak-anak juga kami ajak untuk praktik menanam tanaman secara langsung. Menanam tanaman tentunya identik dengan penghijauan. Penghijauan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memulihkan, mempertahankan, menjaga, dan melestarikan lingkungan. (Ferazona et al. 2022). Penghijauan dapat dilakukan jika ada keinginan dari masing -masing individu. (Sabardila et al. 2019). Manfaat penghijauan sendiri selain untuk melestarikan lingkungan yakni mencegah erosi tanah, memperbaiki kualitas udara, mencegah terjadinya banjir, serta mempercantik lingkungan. (Purwanto 2021)
Selain edukasi tentang 3R dan praktik penghijauan, kami juga memberi edukasi tentang pentingnya melestarikan permainan tradisional. Â Permainan tradisional sangat bermanfaat guna mempertajam kemampuan kognitif serta motorik karena dalam permainan tradisional banyak melibatkan pergerakan tubuh. (Permadi, Nur'aeni, and Nur 2021). Permainan tradisional diwariskan secara turun temurun ke generasi baru. Permainan tradisional akan semakin mudah terlupakan jika kita hanya memperluas menggunakan cara tradisional. Kita harus memperkenalkan permainan tradisional menggunakan pendekatan modern dan melibatkan teknologi. (Putri and Hasyim 2017).
Seluruh kegiatan yang kami lakukan memiliki banyak sekali manfaat. Ketiga hal tersebut yakni Edukasi 3R, Penghijauan, serta Pelestarian Permainan tradisional merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak usia dini. Hal tersebut agar anak dapat beradaptasi sejak usia muda supaya kelak setelah mereka tumbuh dewasa, mereka sudah memiliki bekal untuk menjaga kelestarian alam serta mempertahankan budaya permainan tradisional.
METODE
Metode yang kami gunakan dalam kegiatan ini yaitu metode on the spot training atau biasa dikenal dengan metode tatap muka. Alasan kami memilih metode ini karena menurut kami metode ini adalah metode yang paling efektif untuk merangkul anak-anak agar tumbuh keinginan untuk berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan. Metode ini juga tentunya sangat efektif karena pesan dapat tersampaikan secara langsung dan feedback pun dapat kami terima langsung tanpa adanya hambatan. Metode tatap muka ini menjadi pilihan terbaik karena salah satu aktivitas kami yakni melakukan penghijauan dengan menanam tanaman bersama, membutuhkan aksi langsung serta kebersamaan dimana hal ini hanya bisa kami dapatkan melalui metode tatap muka.
 Sebelum terjun langsung melaksanakan kegiatan pengabdian ini, kami tentunya telah melakukan persiapan dan koordinasi terlebih dahulu. Kami telah melakukan survey lokasi dan berkoordinasi dengan pihak RPTRA setempat serta orang tua dari para anak untuk ketersediannya mengikuti kegiatan yang akan kami selenggarakan. Setelah mendapat jawaban dan persetujuan dari pihak RPTRA juga pihak orang tua, kami segera mengkoordinasikan hal-hal lainnya seperti waktu kegiatan, materi yang akan disampaikan, rangkaian kegiatan, serta mekanisme lainnya yang akan dilangsungkan di RPTRA nanti.
 Kami tentunya telah melakukan diskusi terlebih dahulu dalam pemilihan lokasi, rangkaian kegiatan yang akan dilakukan, audiens yang akan di undang, pemilihan hari dan tanggal, besar pengeluaran, serta hari dan tanggal dilaksanakannya acara. Hal ini juga tentunya kami putuskan setelah berkoordinasi dengan pihak RPTRA terkait.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah kami laksanakan yaitu pemberian edukasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta pelestarian permainan tradisional. Anak dapat lebih memahami tentang pentingnya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), memahami dampak negatif yang disebabkan oleh sampah terhadap lingkungan, dan berantusias untuk melestarikan permainan tradisional. Setelah adanya edukasi mereka memahami pentingnya pengelolaan sampah, melestarikan lingkungan, dan melestarikan permainan tradisional. Edukasi ini mendorong kesadaran diri mereka untuk memilah jenis sampah sebelum membuangnya ke tempat sampah, melakukan penghijauan guna terciptanya udara yang bersih, menggunakan kembali sampah yang sekiranya masih bisa digunakan untuk didaur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat, dan mengurangi penggunaan sampah plastik yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan berlebih.
Melalui praktik pemilahan jenis sampah dan penanaman tanaman, anak-anak tidak hanya mengerti tentang pemilahan jenis sampah melainkan mereka mengetahui juga tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sampah yang ada menjadi barang yang lebih bermanfaat. Anak-anak juga mengasah kemampuan berpikir kreatif dengan melukis dan menghias pot gypsum yang akan ditanami dengan bibit tanaman, tidak hanya berguna untuk mempercantik lingkungan sekitar tetapi juga berguna untuk mengurangi polusi udara di lingkungan tersebut. Kegiatan ini memberikan kesempatan untuk anak agar dapat berinovasi dalam menuangkan imajinasi serta berekspresi dalam melukis pot gypsum.Â
Praktek pemilahan sampah dan pelukisan gypsum juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada anak, hal ini dikarenakan anak diberi tantangan untuk mengingat jenis sampah serta penempatan sampah tersebut. Lukisan pada gypsum juga melatih pola pikir anak dalam berpikir kreatif karena anak diarahkan untuk melukis lukisan dari hasil pemikiran sendiri tanpa menjiplak karya teman di sebelahnya. Selain itu, dalam proses pelukisan, anak hanya diberi cat warna primer sehingga jika anak ingin menghasilkan warna lain, anak diharuskan untuk berpikir kritis dan kreatif untuk menghasilkan warna yang ia inginkan.