Mohon tunggu...
Diani
Diani Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Menulis adalah coping mechanisme kalau lagi gendok sama orang. Biarlah unek-unek ini menjadi mahakarya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sexist Jokes Bukan Lelucon!

11 Januari 2025   17:12 Diperbarui: 11 Januari 2025   17:23 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sad girl getting bullying (Sumber: https://www.freepik.com/author/freepik)

"Ada yang bulat, tapi bukan tekad."
"Satu jam berapa, Neng?"
"Ibaratnya kucing pasti gak nolak dikasih ikan."
"Rahimku anget, Mas."

Kamu pasti pernah mendengar lelucon di atas baik secara langsung maupun di media sosial, kan? Atau jangan-jangan, kamu pernah mendapatkan--bahkan melontarkan lelucon tersebut?

Sexist jokes adalah humor yang merendahkan, menghina, memperdaya, dan menjadikan individu sebagai objek berdasarkan gender mereka. Humor ini mungkin dianggap candaan normal bagi sebagian orang. Fatalnya karena lelucon ini terlanjur dinormalisasi di lingkungan tertentu, sampai-sampai pelaku maupun korban gak menyadari bahwa lelucon tersebut sudah termasuk pelecehan.

Padahal humor ini (yang bahkan gak layak disebut humor) telah merendahkan martabat suatu gender. Namun, karena dibalut candaan, orang-orang sulit memahami konteks (ambigu) saat mendapatkan sexist jokes. Di satu sisi, ungkapan yang dilontarkan pelaku isinya hinaan. Di sisi lain, niat pelaku hanya bercanda sehingga mengaburkan prasangka korban. Gak heran kalau akhirnya sexist jokes jadi paradoks yang tak kunjung usai.

Jika pelecehan berkedok bercanda terus dibiarkan, alam bawah sadar manusia akan menginternalisasi nilai-nilai seksisme dan menjadikan humor seksis sebagai budaya yang lazim. Penelitian Thomas E.Ford, Professor of Social Psychology, membutikan bahwa orang yang sering terpapar humor seksis memiliki level toleransi yang lebih tinggi terhadap pelecehan dan diskriminasi. Makanya banyak yang gak sadar kalau becandaan mereka itu termasuk pelecehan.

Meski perempuan dan laki-laki bisa jadi korban seksisme, tapi perempuan lebih sering menjadi sasaran.

Masih ingat kejadian yang dialami Najwa Shihab?

Jurnalis sekaligus presenter Narasi TV ini pernah mengalami pelecehan dari humor seksis oleh komika Felix di acara dialog salah satu capres.

"Mbak Nana pakai bajunya putih-putih kayak kasur saya dan jadi pengen saya tidurin," begitulah candaan Felix yang berujung minta maaf.

Bukan hanya di media streaming, konten-konten meme, blog, atau TV pun tak jarang melanggengkan sexist jokes.


Kenapa femonema ini bisa terjadi?

Di dunia patriarki, perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya, baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, bahkan dalam kehidupan bersosial. Persepsi ini menanamkan doktrin bahwa perempuan adalah sosok yang lemah sehingga timbul lelucon seperti: "Jadi cowok jangan lemah kayak cewek" atau "Masa gitu aja nangis kayak cewek."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun