"Kasian banget jomblo, gak laku ya?"
"Padahal dia cakep kok gak punya pacar ya?"
"Jangan-jangan dia gak doyan cwk lagi..."
Saya kadang heran, jadi jomblo memang sehina itu ya? Seolah-olah alasan jomblo itu hanya ada dua: tidak laku dan tidak tertarik dengan lawan jenis.
Padahal pacaran itu bukan sebuah kewajiban, melainkan pilihan. Jadi, orang bebas dong memilih untuk pacaran atau tidak pacaran. Jangan mentang-mentang masyarakat sudah menormalisasi pacaran, semua orang dewasa dianggap wajib memiliki pasangan. Lalu, mereka yang memilih jomblo langsung disudutkan dan diolok-olok.
Padahal orang punya prioritas yang berbeda. Ada orang yang menganggap bahwa punya pasangan itu prioritas. Ada pula orang yang memprioritaskan pasangan di urutan pertama dari belakang, karena masih ada hal penting lain yang harus diperjuangkan.
Padahal kebahagiaan orang itu beda-beda. Kamu lebih bahagia jika memiliki pasangan, ya silahkan. Masih bahagia sendiri pun, tidak masalah. Justru saya bingung kalau ada yang mengasihani saya karena jomblo. Kenapa kalian harus mengasihani orang yang bisa bahagia dengan kesendiriannya? Hihi.
Padahal prinsip orang itu tidak sama. Ada orang yang prinsip hidupnya ingin berpasangan. Ada pula orang yang susah payah memegang prinsip untuk tidak berpasangan dulu. Tapi pernah terpikirkan tidak, prinsip itu bisa goyah kalau lingkungan sekitar terus-menerus mengoloknya? Lalu muncul kebimbangan, ingin bertahan dengan prinsip sendiri, atau mengikuti standar masyarakat (biar nggak diolok-olok lagi)? Sejauh ini, saya menganggap bahwa prinsip yang goyah ini sebagai ujian.
Padahal tidak semua orang kebelet punya pasangan. Kalau memang belum nemu yang cocok, ya sudah, mau bagaimana lagi? Masa harus maksain berpasangan biar tidak dikasihani. Jomblo juga punya standar sendiri keleus.
Padahal ada orang yang ingin taat pada agamanya. Memilih istiqamah jomblo sampai halal. Yakin nggak akan merasa bersalah kalau kamu meruntuhkan pertahanannya lewat olok-olok yang katanya becanda itu? Hehe. Eh, tapi zaman sekarang kalau milih jomblo dengan alasan agama, nanti diolok-olok sok alim atau sok suci.
Mungkin, sudah jadi standar (sebagian) masyarakat, kalau orang dewasa seharusnya punya pasangan. Jadi, sekalinya ada orang yang punya standar hidup berbeda, langsung dipandang aneh. Berasa aib banget.
Saya yang semula enjoy dengan kesendirian ini, terkadang muncul rasa malu kalau mengaku jomblo. Padahal apa yang harus dibikin malu, sih? Toh tidak merugikan orang juga. Justru seharusnya kamu bangga karena bisa mempertahankan prinsipmu.
Tapi dengan tulisan ini semoga mata kita semakin terbuka lebar kalau setiap orang punya pilihan, prinsip, standar, prioritas, dan timeline hidup yang beda-beda. Daripada usil sama pilihan orang, mending sama-sama intropeksi diri, yuk!
Jomblo sama sekali tidak menurunkan value-mu. So, santai aja, guys! Nggak perlu buru-buru demi mendapat validasi orang. Kalau kamu patah hati juga mereka nggak akan se-peduli itu, percayalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H