Sayangnya, ada beberapa alasan menikah yang tidak mengikutsertakan kesiapan.
Menikah untuk menghindari zina
Tepat sekali, salah satu tujuan menikah ialah untuk menghalalkan hubungan suami-istri. Namun, itu bukan tujuan utama. Pernikahan tidak hanya berputar pada kebutuhan biologis, banyak hal lebih penting yang akan terjadi ketika sudah berumah tangga.
Memang nikmat bisa bermadu kasih secara halal dengan orang tercinta, akan tetapi hal tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah ekonomi.
Sebenarnya banyak alternatif yang bisa dilakukan untuk menghindari zina---jika dirasa belum siap menikah---yaitu dengan berpuasa untuk muslim atau menyibukkan diri. Apapun itu, menurut saya, manusia memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengendalikan nafsunya.
Menikah karena ikut-ikutan
Manusia terkadang latah, melihat megahnya resepsi pernikahan orang membuat mereka ingin segera menikah. Tak jarang orang-orang melabeli "goals" pada pengantin---khususnya influencer atau public figure---karena dapat menata pernikahan impian sedemikian rupa. Akibatnya, mereka memiliki goals yang serupa seperti panutannya.
Jika sekedar mendambakan resepsi pernikahannya, sih, tidak masalah. Namun, jika perjalanan cinta orang lain dijadikan kiblat sebagai alasan ingin menikah, saya rasa agak keliru.
Mereka tidak sadar, bahwa hal yang mereka anggap "goals" hanyalah sebagian kecil dari makna pernikahan sesungguhnya. Mereka hanya menyaksikan resepsi yang megah, tanpa menelisik kehidupan setelahnya.
Selain buah dari pencapaian, pernikahan juga merupakan awal dari perjuangan. Berjuang untuk menjalani dan mempertahankan. Berjuang untuk terus mencintai dan mengasihi. Berjuang dan tentang berjuang bersama.
Jadi, jika ingin menikah hanya karena ikut-ikutan, coba pikirkan sekali lagi. Apakah kamu mampu menjalani kehidupan setelah menikah seumur hidup? Ya, kehidupan yang tidak sepenuhnya diekspos oleh panutanmu.
Menikah karena tuntutan