Mohon tunggu...
Hikari Articale
Hikari Articale Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Khusus menulis artikel dari berbagai macam media untuk dibedah atau dibahas lebih lanjut. Atau kusebut "Articale Therapy"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terkungkung Adat: Mengapa Nasihat untuk Boomer Sering Sia-sia?

12 Januari 2025   06:30 Diperbarui: 12 Januari 2025   06:30 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita tua yang puas berkacamata dan berpenutup kepala menunjuk ke kanan atas (Sumber: freepik.com/wayhomestudio)

Dalam interaksi antar generasi, khususnya antara generasi muda dan generasi "Boomer," sering kali muncul ketegangan ketika membahas nilai-nilai, pandangan hidup, atau nasihat. Generasi Boomer, yang lahir pada periode pasca Perang Dunia II hingga pertengahan 1960-an, dibentuk oleh konteks sejarah dan budaya yang berbeda jauh dari generasi yang lebih muda seperti milenial atau generasi Z. Maka, tidak mengherankan jika pendekatan komunikasi dengan mereka sering kali menemui jalan buntu. Mengapa nasihat untuk Boomer sering terasa sia-sia? Berikut beberapa alasan yang dapat menjelaskan fenomena ini.

1. Pengaruh Budaya dan Adat yang Mengakar

Generasi Boomer tumbuh dalam masyarakat yang lebih homogen secara budaya, di mana norma dan adat istiadat memainkan peran besar dalam membentuk identitas mereka. Banyak dari mereka dididik untuk memegang teguh tradisi, menghormati hierarki, dan menjalani kehidupan sesuai dengan ekspektasi komunitas. Ketika generasi muda menawarkan perspektif baru yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai ini, Boomer cenderung melihatnya sebagai ancaman terhadap stabilitas atau "kesopanan" sosial yang mereka junjung.

2. Ketahanan terhadap Perubahan

Banyak Boomer dibesarkan di era di mana otoritas dan struktur hierarkis sangat dihormati. Dalam kondisi ini, mereka sering kali menjadi lebih konservatif dalam menerima ide-ide baru. Nasihat yang bersifat revolusioner atau bertujuan mengubah status quo sering kali dianggap tidak realistis atau bahkan mengganggu. Ketahanan terhadap perubahan ini, meskipun tidak selalu disengaja, menjadi hambatan besar dalam komunikasi antar generasi.

3. Kesalahan Persepsi Terhadap Generasi Muda

Boomer cenderung melihat generasi muda sebagai pihak yang kurang pengalaman dan terlalu impulsif. Hal ini membuat mereka sulit menerima saran atau kritik yang datang dari generasi yang lebih muda. Bahkan jika nasihat tersebut relevan dan berdasarkan fakta, bias terhadap usia sering kali menghalangi penerimaan.

4. Pola Komunikasi yang Berbeda

Cara generasi muda menyampaikan ide sering kali dianggap terlalu langsung atau kurang sopan oleh Boomer. Sebaliknya, generasi muda mungkin merasa frustrasi dengan kecenderungan Boomer yang terkadang "berputar-putar" dalam menyampaikan maksud. Perbedaan ini menciptakan jarak emosional yang sulit dijembatani.

5. Sentimen Nostalgia

Banyak Boomer memiliki nostalgia terhadap masa lalu, yang sering kali mereka anggap sebagai "masa keemasan." Ketika mereka diberi nasihat yang bertujuan untuk adaptasi terhadap realitas modern, seperti teknologi baru atau perubahan sosial, mereka mungkin merasa bahwa perubahan tersebut adalah ancaman terhadap kenangan dan nilai-nilai masa lalu yang mereka junjung tinggi.

6. "Moral Superiority"

Generasi Boomer sering merasa bahwa mereka memiliki kebijaksanaan yang lebih unggul karena pengalaman hidup yang lebih lama. Dalam banyak kasus, hal ini membuat mereka sulit mendengarkan atau mempertimbangkan pandangan dari generasi yang lebih muda. Mereka mungkin menganggap nasihat tersebut sebagai bentuk arogansi atau ketidakhormatan.

Cara Mengatasi Hambatan Ini

Meski sulit, ada beberapa cara untuk menjembatani perbedaan ini dan membuat komunikasi menjadi lebih efektif:

1. Gunakan Pendekatan Empati: Sebelum memberikan nasihat, cobalah memahami perspektif mereka. Gunakan bahasa yang menghargai pengalaman dan nilai-nilai mereka.

2. Hindari Konfrontasi Langsung: Boomer cenderung lebih responsif terhadap pendekatan yang tidak konfrontatif. Gunakan contoh konkret atau cerita untuk menjelaskan ide Anda.

3. Fokus pada Kesamaan: Temukan nilai-nilai atau pengalaman yang dapat menjadi landasan bersama. Hal ini membantu menciptakan rasa saling pengertian.

4. Hindari Generalisasi: Tidak semua Boomer bersikap resisten terhadap nasihat. Penting untuk melihat mereka sebagai individu dengan keunikan masing-masing, bukan sekadar perwakilan generasi.

5. Gunakan Pendekatan Bertahap: Alih-alih memaksa perubahan besar, coba sampaikan ide-ide secara perlahan dan bertahap. Hal ini memungkinkan mereka untuk mencerna dan menerima informasi secara lebih nyaman.

Komunikasi antar generasi memang tidak selalu mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat, hambatan ini bisa dikurangi. Mengingat dinamika sosial yang terus berkembang, membangun jembatan pemahaman antara generasi adalah langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun