Mohon tunggu...
Dian Handayani
Dian Handayani Mohon Tunggu... Guru - SDN Duren Sawit 05

Guru Penggerak Angkatan 05.27 DKI Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

2 Juni 2022   05:52 Diperbarui: 2 Juni 2022   05:58 2623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ing madya mangun karsa: Di tengah-tengah guru, orangtua sebagai pendidik mampu membangun kepercayaan (trust) dalam kolaborasi tim (di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat) sehingga semua anggota tim merasa nyaman, sadar saling berbagi eksplorasi potensi dan kemampuan diri, mengarahkan(meyusun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk tujuan bersama tim), bersatu padu mencapai goal (tujuan bersama hasil kesepakatan dalam tim).

tut wuri handayani: Di belakang guru, orangtua sebagai pendidik  membangun motivasi, kontroling pada siswa (anak didik) untuk tetap berada pada jalan/track yang telah disepakati bersama  dalam meraih  tujuan bersama tim dan cita-cita yang mereka inginkan.

Proses pembelajaran berdasarkan filosofi pemikiran KHD yang menitikberatkan pada proses “menuntun”, KHD mengibaratkan peran pendidik (guru, orangtua/ keluarga) seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak didik (siswa)  adalah biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak kebun di lahan yang telah disediakan (seperti lingkungan rumah, sekolah, masyarakat). Bila ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapat sinar matahari dan pengairan yang baik, meskipun biji tersebut kurang baik, dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan yang baik dari pak tani, demikian juga sebaliknya (ini seperti kegiatan tim pembelajar dalam memberikan perlakuan yang tepat).

Proses menuntun dalam konteks sosial budaya yaitu proses kolaborasi merencanakan, mengarahkan, memberi perlakuaan dan mengawasi tim pembelajar (stakeholder pendidikan) yang relevan dengan sosial budaya setempat.

Menurut saya, dalam proses “menuntun”, guru, siswa, orangtua/keluarga, lingkungan sekitar adalah satu tim pembelajar. Sesuai dengan pandangan merdeka belajar, pembelajar bebas belajar darimana dan kapan saja sesuai kebutuhannya. Perlu kolaborasi tim pembelajar yang kuat agar tercipta harmonisasi dalam tim, jika ada satu atau beberapa orang dalam tim yang tidak sehat maka akan mempengaruhi bagian lain dalam tim. Sebagai tim pembelajar, kita harus cermat mengidentifikasi anggota tim sesuai kodrat alam (bawaan/uniknya) dan zaman. Terus belajar, manambah wawasan pembaharuan ilmu pengetahuan dan teknologi, adaptif terhadap perubahan, solutif pada tantangan sesuai zamannya, belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya (sejarah akan terulang dengan sendirinya).

Hal-hal yang bisa saya terapkan lebih baik agar kelas mencerminkan pemikiran KHD, antara lain:

  • Pada awal pembelajaran, membuat kesepakatan kelas bersama siswa sebagai penerapan wujud merdeka belajar.
  • Melibatkan tim pembelajar (siswa, guru, orangtua, lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat) dalam menciptakan iklim budaya belajar yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya daerah lokal.
  • Memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
  • Memberi kebebasan pada siswa menyelesaikan tugasnya sesuai potensi dan kemampuannya, bebas mengekspresikan hasil karyanya. Beri bimbingan/ tuntunan sesuai dengan karakteristik dirinya.
  • Memberi kebebasan pada siswa berargumentasi dan mencari informasi dari berbagai sumber belajar sebagai satu tim pembelajar.
  • Mengintegrasikan permainan-permainan daerah sebagai sumber belajar kongkrit (nyata) untuk siswa dalam melatih kecakapan abad 21 (komunikasi, kolaboratif, kreatif, kritis)  dan penanaman budi pekerti/ karakter/ watak.
  • Pembiasaan life skill (keterampilan hidup) yang terintegrasi dengan norma agama, nilai-nilai luhur keluarga, masyarakat, dan adaptif pada tantangan zaman. Contoh pembiasan berdoa sebelum dan setelah kegiatan, menyisihkan uang saku untuk amal (religius, numerasi), bercerita (literasi), pramuka, diskusi dan kerja kelompok (dasar-dasar kepemimpinan), jiwa berwirausaha (market day), sains club, dsb.
  • Memberikan kasih sayang yang tulus, apresiasi atas usahanya, mengayomi siswa sesuai keunikkannya dan contoh perilaku teladan yang baik.
  • Menanamkan rasa nyaman, percaya (trust) “everyone can’t do everything but everyone can do something”, bersyukur atas setiap kondisi yang diterima dan dapat bermanfaat bagi sesama.

  • Demikian kesimpulan dan refleksi materi modul 1.1.a.8 yang bisa saya sampaikan. Semoga kita sebagai bagian dalam tim pembelajar mampu konsiten dalam menerapkan pemikiran filosofi Pendidikan KHD agar tercipta harmonisasi pembelajaran merdeka.
  • Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadikan kita sebagai pemimpin tim pembelajar yang professional.

  • Salam sehat dan bahagia.
  • Salam guru penggerak,
  • Guru bergerak,  Indonesia maju!

  • Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun