Mohon tunggu...
Dian Falasifah
Dian Falasifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Walisongo State Islamic University | Math Education XXI

Baca dan ambil positifnya aja ya:) | Instagram: @dianflsfh

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Antraks "Penyakit pada Tanah" yang Sudah Memakan Korban di Gunung Kidul

10 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 11 Juli 2023   06:30 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran Idul Adha selalu diidentikan dengan tradisi kurban atau penyembelihan hewan. Di Indonesia, hewan yang dikurbankan adalah hewan ternak pada umumnya seperti sapi, kerbau, dan kambing. Umat Islam disunahkan bahkan dianjurkan untuk berkurban (bagi yang mampu). Selain itu, sebagai umat Islam juga harus tau dan paham terlebih dahulu bagaimana syarat-syarat sahnya kurban itu. Sebelum disembelih, hewan itu harus termasuk hewan ternak, usianya mencukupi, dinyatakan sehat, milik sendiri, dan waktu penyembelihannya yang benar. Jadi, hewan itu nantinya layak untuk dibagikan dan dikonsumsi.

Kesehatan pada hewan untuk kurban harus sangat diperhatikan karena impact-nya tidak hanya pada hewan itu saja, tapi bisa sampai ke mana-mana apalagi bagi yang mengonsumsinya.Terlepas dari Idul Adha, kesehatan semua hewan juga perlu untuk diperhatikan lagi. Karena penyakit-penyakit pada hewan itu lebih rentan dan kadang malah disepelekan begitu saja. Padahal hewan juga termasuk makhluk hidup yang memang butuh sehat untuk kehidupannya, bahkan untuk kehidupan manusia juga sebagai bahan untuk konsumsi. 

Seperti yang sedang marak saat ini adanya kasus penyakit antraks di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kasus ini muncul setelah perayaan Hari Raya Idul Adha 2023, jadi sempat ada asumsi bahwa penyebab munculnya penyakit ini adalah dari hewan yang dikurbankan. Untuk menghindari adanya opini yang menggiring ke hal yang tidak diinginkan, mari kita bahas yang sebenarnya terjadi secara bersama-sama. Simak pembahasan berikut ini.Kasus adanya penyakit antraks yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum Hari Raya Idul Adha 2023. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan ada puluhan warga di wilayah tersebut dinyatakan positif antraks dan 3 diantaranya meninggal dunia setelah mengonsumsi daging sapi yang sudah mati dikarenakan sakit.

Sebenarnya sapi itu sudah dikubur oleh pemiliknya, tapi digali lagi untuk disembelih dan dikonsumsi dagingnya. Selain itu, si pemilik sekaligus yang jadi korban ini juga membagikan daging kepada warga lainnya. Jadi ketika mulai ada satu korban yang dinyatakan meninggal dunia, setelah itu diperiksa dan dinyatakan positif antraks. Kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan pada warga lainnya yang mendapatkan bagian daging dari pemiliknya. Ada sekitar 120an warga yang diwajibkan untuk pengambilan sampel darah dan hasil yang diperoleh ada 85 warga yang dinyatakan positif antraks. Pasca dinyatakan adanya beberapa korban, tim gabungan Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates Yogyakarta beserta Dinas Peternakan dan Kesehatan langsung terjun ke lapangan untuk mengambil sampel tanah, lingkungan dan beberapa sampel lainnya yang berada di lokasi sekitar korban yang dinyatakan positif antraks. Selain itu, pengambilan sampel ini juga dilakukan di sekitaran lokasi yang diindikasikan terdapat spora antraks.

Mengenal lebih dalam mengenai antraks

Antraks merupakan suatu penyakit yang berkaitan erat dengan lokasi. Kalau suatu ketika suatu daerah terindikasi dan ada yang positif antraks, kemungkinan besar penyakit ini akan hidup permanen di daerah tersebut. Karena pada dasarnya, antraks merupakan penyakit tanah.

Maksudnya gimana sih?

Jadi gini, antraks adalah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri yang bernama Bacillus anthracis. Di mana bakteri itu bisa menginfeksi dan hidup pada banyak mamalia, terutama pada hewan herbivora. 

Pada bakteri itu pula terdapat suatu karakteristik yang menyediakan tempat untuk bakteri hidup lebih lama bahkan selama ratusan tahun di lingkungan yang kering maupun memiliki temperatur yang tinggi. Itulah yang menyebabkan kalau suatu daerah ada antraks, maka daerah itu akan terkontaminasi selamanya.Di tubuh hewan herbivora (terutama sapi), antraks menjadi lebih aktif dan berkembang pada organ kelenjar getah bening dan limpa, serta peredaran darah. Penyakit ini muncul dengan gejala kadang pula tidak. Bisa menyebabkan suatu hewan itu mati mendadak tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Salah satu efek dari kenanya bakteri ini akan membuat darah sulit untuk membeku. Dengan begitu, kalau ada sapi yang mati mendadak bisa segera diambil sampel darahnya untuk mengetahui indikasi sapi itu terkena antraks atau tidak. Setelah diambil dan diteliti sampel darahnya menggunakan mikroskop. Kalau pada darah itu terdapat ciri-ciri dari bakteri anthracis yaitu salah satunya ada spora, bisa saja hewan itu mati karena antraks.

Seperti biasa dan sudah jadi mindset dari banyak orang yaitu adanya istilah eman-eman. Masyarakat menyembelih hewan sebelum hewan itu mati karena sakit untuk dikonsumsi dan dinikmati dagingnya.

Semoga ini bisa menjadikan suatu pelajaran dan tidak akan ada lagi kasus seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun