Mohon tunggu...
dian equanti
dian equanti Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Geografi

Menggemari isu Lingkungan, dan Kependudukan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Modus Scammer: Dari Mengirim Hadiah, Akhirnya Minta Dibayarin Sewa Rumah

5 Juni 2023   05:12 Diperbarui: 5 Juni 2023   06:49 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari itu aku membuka instagram dan melihat request follower. Biasanya aku seleksi dengan melihat posting akun tersebut. Aku kemudian menerima permintaan menjadi follower sebuah akun yang bertuliskan Bahasa Korea. 

Fitur translate kupakai saja, berhubung aku tak pernah sedikitpun mengerti satu huruf pun, meskipun tak jarang menamatkan drakor. Dia menulis bio sebagai enterprenuer, traveller, dan filantropi entah apa maksudnya. Keliling dunia sambil berbisnis dan beramal mungkin.

Tak ada caption menarik pada postingnya. Dia bukan tipe orang yang menulis kejadian tentang foto, sangat bertolak belakang denganku. Minimal di setiap foto ada selintas isi pikiranku, bisa saja apa yang kualami atau peristiwa apa yang ingin kuabadikan ingatannya dalam caption foto. Dia hanya memposting kurang dari 10 posting, beberapa swafoto dengan gaya sedang di cafe, di depan cermin dengan I-phonenya, di taman. Biasanya aku tak tertarik dengan akun seperti ini, ya kuakui dia tampan. 

Suatu hari ia menyapa, Hello beautifull. It's nice to meet you. Dia memperkenalkan diri sebagai Daniel, warga Korea Selatan tinggal di Perancis. Bekerja sebagai pengusaha. Kutanya lebih detil, dia jawab jual beli perhiasan atau permata. Wah, seperti tidak asing percakapan ini, kataku dalam hati. 

Aku pun memperkenalkan diri dengan namaku Dian, asal Indonesia. Tentu apalagi pertanyaan yang diajukan selain status pernikahan. I am single, kataku. Dia tanya pekerjaan, kujawab pengajar. Ooh Good, sahutnya. Bolehkah kita saling mengenal satu sama lain?, lanjutnya . Kubertanya, kamu mau apa dari percakapan kita? Mungkin cinta? Wah, secepat itu. Haha. Kuikuti saja arah percakapan ini. 

Aku ingin tahu sebenarnya apa ya percakapan yang bisa kami obrolkan. Eh, tahu-tahu dia bertanya, pernahkah kamu menerima kiriman dari luar negeri? Hm.. mencurigakan dan sangat terbaca. 

Aku tolak dengan beralasan, jangan. Aku gak punya uang untuk membayar pajak masuk. Oh, kamu tak perlu memikirkan itu. Ini hanya membuktikan cintaku padamu. Wow, apakah ini artinya aku akan mendapat kiriman hadiah tanpa bea masuk?

Kegiatan membuka instagram seperti menunggu DM darinya. Rasanya seperti dahulu ketika era cinta dunia maya saling berbalas pesan melalui email. Sekadar pertanyaan sedang apa, sudah makan siang? Yah basi juga ya. Setahuku orang Korea tidak terlalu basa basi seperti ini pada pacarnya. Ah, mungkin dia memang perhatian. Dia terus mendesak meminta alamat rumah, nama lengkap dan nomor WA. Wah apalagi ini? Dia bilang digunakan untuk mengirim barang pemberiannya. 

Sejak awal, ketika dia bilang ingin saling mengenal namun pembicaraan tak pernah mengarah pada seberapa dia antusias untuk kita mengenal karakter satu sama lain. 

Padahal persoalan budaya, standar kecantikan wanita Korea yang tidak mungkin kupenuhi, belum lagi pekerjaan, sepertinya tak ada jalan untuk obrolan ke sana jika dia memang serius ingin mengenalku. Bahkan dia tidak bertanya aku mengajar apa? Dari awal hanya berfokus pada satu hal, dia ingin mengirim barang dan aku harus menerimanya.

Aku bukannya diam dan percaya saja. Aku mencari berita-berita tentang scammer, mencari namanya dalam daftar scammer yang dilaporkan, mencari tahu bagaimana prosedur menerima paket dari luar negeri, berapa besar bea masuknya, ke mana harus membayar, dan bagaimana mengambil kiriman paket dari luar negeri. 

Dugaan kalau dia scammer semakin kuat. Aku langsung bilang, apa yang kamu lakukan ini sangat mirip scammer. Aku pun takut pada scammer, ujarnya. Aku sudah lihat profil kamu, dan aku yakin kamu bukan akun palsu, tambahnya. 

Aku meneliti follower instagramnya, ternyata sebagian besar adalah akun-akun nol posting disinyalir robot atau fake account. Tidak ada follower sesama orang Korea. Atau tampaknya dia introvert, pikirku. Semenyata itu ia mengikuti lebih dari 1000 akun. 

Hari berikutnya dia menunjukkan video seolah-olah ia memegang I-phone Pro Max 14, sambil menulis, "Apa kamu suka, Chagiya?" Ya, siapa yang tidak suka dibelikan gadget mahal. Alih-alih berterima kasih, aku menyambar dengan membalas,"maukah kamu please jangan mengirimiku apapun. Aku nggak sanggup bayar bea masuk, aku gak punya uang banyak, sergahku. Seperti biasa dia menjawab, jangan khawatir, aku cuma ingin kamu bahagia.

Video kedua menunjukkan sebuah kotak. Kalau kuperhatikan mirip kotak yang diberikan para kekasih pada pasangan di hari Valentine yang di bagian dalam saat membukanya bertuliskan  "Hello Georges". 

Kotak itu berisi bunga kering berwarna pink, pita pink, boneka gurita pink, parfume, entah apa lagi. Haha seumur hidup aku tak pernah menerima kado seperti itu. Aku merasa terlalu tua untuk tertarik benda imut pink itu. Kubalas, tolong simpan bunga dan bantal guritanya padamu. Aku nggak terlalu suka. Sebenarnya masih berharap I-Phone sih. Yah ada duitnya pun tak kan kubeli. Android Vivo-ku ini belum lama kubeli.

Keesokan harinya dia mengatakan bahwa paket akan segera sampai, dan perusahaan ekspedisi akan mengirimkan pesan ke nomor WhatsApp-ku bahwa aku harus membayar sejumlah biaya clearance (pajak dan bea cuka barang impor). Dia juga mengirim video seolah-olah dia memasukkan uang dollar dalam paketnya yang ia sebutkan sejumlah 20.000 dollar. Kujawab, "dari mana kamu dapatkan uang itu? Kamu berbuat kriminal? Mengapa kamu libatkan aku dalam perbuatanmu? 

Dialog ini kurasa memberi efek drama pada chat kami. 

Dia harap aku menyiapkan uang untuk mengambil paket itu. "Ada surprise barang yang pasti kamu suka", katanya berusaha meyakinkan. "Aku gak punya uang untuk bayar. 

Cepat bilang barang apa yang kamu masukkan?". Lah, kok dia menyarankan, "kamu bisa pinjam dulu. Uang yang kumasukkan ke dalam paket itu bisa kamu pakai untuk mengganti uang yang kamu pakai untuk biaya clearance". Tenang aja, aku gak mungkin melukai orang yang aku sayang. Aku nggak taruh bom di dalamnya. Perusahaan ekspedisi pasti tidak membolehkan aku mengirim itu ke seseorang. Bisa lucu juga ni orang. Ia bilang hanya aku dan dia yang tahu bahwa dalam ada uang di dalam paket itu.

Modus mengirim uang di dalam paket banyak digunakan. Biasanya bertujuan menghindari pajak. Padahal memasukkan uang tunai ke negara lain adalah perbuatan ilegal. Bagaimana mungkin uang dalam paket tidak diketahui pihak bea cukai, padahal semua barang masuk akan melewati X-ray. Ini dilakukan untuk memperketat pengawasan arus masuk barang terlarang ke Indonesia.

Hari berikutnya, ia mengatakan paket sudah sampai di Indonesia. Perusahaan ekspedisi akan mengirim pesan WA, dia memintaku merespon. Wow, cepat sekali. Pesananku di Marketplace Indonesia saja bisa 5 hari sampai Pontianak, kenapa ini dari Perancis tiba 2 hari saja? Pakai jet? Kulihat video para pekerja paket sedang mengemas kotak-kotak yang akan dikirimkan. Kenapa seperti terdengar pekerja menggunakan Bahasa Cina? 

Pesan dari perusahaan di WA kubaca. Grammar bahasa Inggrisnya berantakan, tidak ada nomor registrasi paket atau nomor tracking. Di situ tertulis aku harus membayar biaya clearance sebesar 7 juta Indonesia Rupees, bukan rupiah. Harusnya di sini aku sudah berhenti. Ya mungkin masih asyik bermain-main dengannya, akhirnya kulanjutkan. Ini bukan pesan robot, jadi kubalas, kemana saya harus mentransfer? Dan balasannya membuatku kaget. Aku harus membayar ke rekening BRI nomor 033101100837504 atas nama Jeslyn Teo. Hah? BRI nomor pribadi bukan perusahaan? 

Sewaktu aku membaca berita modus-modus scammer, aku ingat bahwa nomor rekening yang pernah diduga melakukan penipuan bisa dicek dalam data base pemerintah di cekrekening.id . Di situ tampak bahwa rekening tersebut pernah dilaporkan 2 kali atas dugaan tindak penipuan berupa pemerasan dan tindakan kejahatan lainnya.  

Begitu melihat ini aku menulis, My prettiest boy ever. Aku sudah cek akun bank itu. Nomornya dilaporkan 2 kali sebagai fraud. Katanya kamu suka perempuan cerdas. Aku sedang berusaha gak jadi perempuan bodoh. Pulang kamu ke ibu kamu, cari pekerjaan yang bagus, Oppa. 

Di perkenalan, ia mengatakan ibunya tinggal di Korea beserta sepupunya yang sesekali menjaga. Dia masih membujukku untuk menerima paketnya, dan marah kok kamu blokir WA ekspedisi? Di sini terlihat bahwa ada komunikasi antara dia dengan pihak ekspedisi, wajar sebagai pengguna jasa, perusahaan akan menginformasikan alasan kendala pengiriman.

Ia mengirimkan pesan selanjutnya, ya sudah kamu kirim ke rekening ini saja.  Rekening itu menggunakan BRI dengan nomor 114701003257534 atas nama Masih Marsita. Kembali kucek di  cekrekening.id , rekening ini terverifikasi melakukan scamming dan pemerasan. 

DM darinya sapaan romantis, tapi kembali menanyakan kamu sudah transfer ke rekening itu? Sampai akhirnya kujawab bisakah kamu ambil kembali paketmu? Kamu gak akan kehilangan apapun (barang, jika ia memang mengirim sesuatu dan perusahaan ekspedisi yang salah, pikirku). Ia masih merayu. "Kasih ke cewek lain yang mau bayar. Aku gak mau paket apapun".

Oke. Terimakasih. Kamu itu gak bersyukur setelah bikin aku lelah belanja buatmu. Aku tahu, aku akan ambil kembali paketnya. Kamu marah? "Nggak, aku baik-baik aja. Terima kasih udah jadi pacarku beberapa hari ini." jawabku dengan perasaan santai.

"Okey. Aku hanya perlu membayar sewa rumah di sini, oke..", tulisnya dengan menyematkan lagi nomor rekening Masih Marsita. 

"Tolong aku, transfer di sini. Aku mohon padamu"

"Demi cinta yang kita bagi beberapa hari" (haha..huk..huk batukku kumat)

Aku penasaran, "Kamu orang Indonesia kah? Foto siapa yang kamu pakai? Aku gak akan marah".

"Aku benar orang Korea. Aku hanya butuh bantuanmu untuk bertahan di situasi sulit untuk kuatasi". Nada kalimatnya tampak memelas. "Oke, aku minta maaf. Kamu perempuan yang baik."

"Kenapa pakai rekening orang Indonesia? Kamu turis di Indonesia?", selidikku.

"Bukan, bukan turis. Aku hanya punya seorang teman di Indonesia yang menolongku dengan rekening itu. Begitu kamu transfer uangnya, temanku dari Indonesia akan menukar dengan mata uang Perancis dan memberikannya padaku. Please, berapapun yang kamu punya, tolong aku okey."

"Kenapa kamu gak minta temanmu pergi ke Kedutaan Besar Korea supaya kamu dideportasi",

"Please honey, I am begging you okey. For the sake of love we shared"

"There was no love. I  was playing with your game. I just enjoy the game you made".

"Well, in Indonesia you can be a model". (Mengingat di negara konoha ini minimal dia bisa dapat endorsement)

"That's mean I will visit you. Tell me when you will do the transfer"

"Siapa aku? Aku hanya pengajar di Kalimantan Barat. Tidak punya koneksi artis. Lagipula kamu tahu berapa gajiku?"

"Berapa. Aku sungguh nggak tahu"

"Sekitar 2 juta rupiah per bulan", sahutku cepat.

"Aku tahu. Tapi aku tahu kamu gak akan biarkan aku jadi gelandangan" Hmm mulai manipulatif dia.

" Ya kamunya di ruanganmu terus. Bagaimana bisa dapat bantuan tanpa keluar cari kerja buat makan"

Selesai.

Aku membuat laporan di lapor.go.id dengan judul Scammer Online

Akun instagram byeong_daniel_22 mengirim saya hadiah. Saya kemudian menerima pemberitahuan melalui pesan WA dari kurir yang meminta penyelesaian biaya clearance sebesar 7 juta rupiah yang disetorkan ke rekening BRI nomor 033101100837504 atas nama Jeslyn Teo. Nomor ini sudah saya cek di cekrekening.id dinyatakan sudah dilaporkan 2 kali atas pemerasan. 

Keesokan hari, ketika masih tidak membayar, saya disarankan untuk mengalihkan pembayaran ke rekening BRI nomor 114701003257534 atas nama Masih Marsita. Nomor ini sudah saya cek di cekrekening.id dinyatakan sudah dilaporkan 2 kali atas dugaan scammer dan pemerasan. Saya mohon akun instagram byeong_daniel_22 dicek atas dugaan komplotan scammer. 

Bacaan: 

Apa itu Scammer. Kenali Ciri-ciri Sebelum Kamu Menjadi Korban

https://tim-express.com/dapat-paket-berisi-uang-dari-luar-negeri-waspada-penipuan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun