Dugaan kalau dia scammer semakin kuat. Aku langsung bilang, apa yang kamu lakukan ini sangat mirip scammer. Aku pun takut pada scammer, ujarnya. Aku sudah lihat profil kamu, dan aku yakin kamu bukan akun palsu, tambahnya.Â
Aku meneliti follower instagramnya, ternyata sebagian besar adalah akun-akun nol posting disinyalir robot atau fake account. Tidak ada follower sesama orang Korea. Atau tampaknya dia introvert, pikirku. Semenyata itu ia mengikuti lebih dari 1000 akun.Â
Hari berikutnya dia menunjukkan video seolah-olah ia memegang I-phone Pro Max 14, sambil menulis, "Apa kamu suka, Chagiya?" Ya, siapa yang tidak suka dibelikan gadget mahal. Alih-alih berterima kasih, aku menyambar dengan membalas,"maukah kamu please jangan mengirimiku apapun. Aku nggak sanggup bayar bea masuk, aku gak punya uang banyak, sergahku. Seperti biasa dia menjawab, jangan khawatir, aku cuma ingin kamu bahagia.
Video kedua menunjukkan sebuah kotak. Kalau kuperhatikan mirip kotak yang diberikan para kekasih pada pasangan di hari Valentine yang di bagian dalam saat membukanya bertuliskan  "Hello Georges".Â
Kotak itu berisi bunga kering berwarna pink, pita pink, boneka gurita pink, parfume, entah apa lagi. Haha seumur hidup aku tak pernah menerima kado seperti itu. Aku merasa terlalu tua untuk tertarik benda imut pink itu. Kubalas, tolong simpan bunga dan bantal guritanya padamu. Aku nggak terlalu suka. Sebenarnya masih berharap I-Phone sih. Yah ada duitnya pun tak kan kubeli. Android Vivo-ku ini belum lama kubeli.
Keesokan harinya dia mengatakan bahwa paket akan segera sampai, dan perusahaan ekspedisi akan mengirimkan pesan ke nomor WhatsApp-ku bahwa aku harus membayar sejumlah biaya clearance (pajak dan bea cuka barang impor). Dia juga mengirim video seolah-olah dia memasukkan uang dollar dalam paketnya yang ia sebutkan sejumlah 20.000 dollar. Kujawab, "dari mana kamu dapatkan uang itu? Kamu berbuat kriminal? Mengapa kamu libatkan aku dalam perbuatanmu?Â
Dialog ini kurasa memberi efek drama pada chat kami.Â
Dia harap aku menyiapkan uang untuk mengambil paket itu. "Ada surprise barang yang pasti kamu suka", katanya berusaha meyakinkan. "Aku gak punya uang untuk bayar.Â
Cepat bilang barang apa yang kamu masukkan?". Lah, kok dia menyarankan, "kamu bisa pinjam dulu. Uang yang kumasukkan ke dalam paket itu bisa kamu pakai untuk mengganti uang yang kamu pakai untuk biaya clearance". Tenang aja, aku gak mungkin melukai orang yang aku sayang. Aku nggak taruh bom di dalamnya. Perusahaan ekspedisi pasti tidak membolehkan aku mengirim itu ke seseorang. Bisa lucu juga ni orang. Ia bilang hanya aku dan dia yang tahu bahwa dalam ada uang di dalam paket itu.
Modus mengirim uang di dalam paket banyak digunakan. Biasanya bertujuan menghindari pajak. Padahal memasukkan uang tunai ke negara lain adalah perbuatan ilegal. Bagaimana mungkin uang dalam paket tidak diketahui pihak bea cukai, padahal semua barang masuk akan melewati X-ray. Ini dilakukan untuk memperketat pengawasan arus masuk barang terlarang ke Indonesia.
Hari berikutnya, ia mengatakan paket sudah sampai di Indonesia. Perusahaan ekspedisi akan mengirim pesan WA, dia memintaku merespon. Wow, cepat sekali. Pesananku di Marketplace Indonesia saja bisa 5 hari sampai Pontianak, kenapa ini dari Perancis tiba 2 hari saja? Pakai jet? Kulihat video para pekerja paket sedang mengemas kotak-kotak yang akan dikirimkan. Kenapa seperti terdengar pekerja menggunakan Bahasa Cina?Â