Kun Fayakun!
Tuhan sedang mengucap mantra
Senja tak lagi indah nan memesona, pijakanku seketika runtuh tak berarah
Terpantul bayang kegelisahan dari cermin kesayangan, membeku, menyusuri ruang diri
sambil berkata, "Apakah damai masih ada?" pada senja yang melumpuhkan jiwa bernyawa
Rindu tak lagi untuk terkasih
Menjelmalah rindu menjadi ratusan ribu tanda tanya
"Apa rindu hanya dibayar dengan temu?"
"Apa obat dari hanyalah peluk?"
Geram jiwaku pada Sang Penguasa!
Pulangkanlah nyawa yang senantiasa membuatku berbenah
Hapuskan segala derai air yang mengucuri tubuhnya
Kuguncangkan raganya, kubisikkan kalimat cinta yang kupunya
Bibirnya merekah, terlukis merah rona pipi atas kepulangannya
Menggigil raganya, hanya dua tangan menengadah yang akan menghangatkan
Berapa kilometer rindu menembus jarak?