Mohon tunggu...
DIANDRA THUFAILAH
DIANDRA THUFAILAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

Saya merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membaca Peta Politik di Indonesia: Memberantas Buta Politik di Kalangan Mahasiswa

18 September 2024   13:02 Diperbarui: 18 September 2024   13:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan politik di Indonesia masih terbilang minim dan sering kali tidak menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan formal. Mahasiswa jarang mendapatkan pembelajaran yang mendalam tentang bagaimana politik bekerja dan bagaimana mereka dapat berperan dalam proses tersebut. Akibatnya, banyak mahasiswa yang tumbuh tanpa pemahaman mendasar tentang pentingnya partisipasi politik.

  1. Informasi Mengenai Politik yang Lebih Banyak Menampilkan Sisi Negatif 

Media massa dan media sosial sering kali lebih banyak menyoroti sisi negatif dunia politik, seperti korupsi, perebutan kekuasaan, dan konflik antarpolitisi. Paparan informasi semacam ini secara terus-menerus menimbulkan rasa pesimis di kalangan mahasiswa, yang pada akhirnya menjauhkan mereka dari politik. Mereka lebih cenderung memandang politik sebagai sesuatu yang kotor dan tidak bermanfaat, daripada sebagai alat untuk memperjuangkan perubahan positif.

  1. Persepsi Bahwa Politik Hanya untuk Ranah Tertentu 

Terdapat pandangan yang berkembang di kalangan mahasiswa bahwa politik hanya milik segelintir orang yang memiliki kekuasaan, kekayaan, atau koneksi. Hal ini menciptakan kesan bahwa politik adalah ranah eksklusif, bukan sesuatu yang bisa atau harus diikuti oleh semua kalangan, termasuk mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa merasa tidak relevan atau tidak diundang untuk terlibat dalam aktivitas politik.

  1. Ketidakpercayaan Terhadap Politisi 

Kepercayaan terhadap politisi terus menurun seiring dengan berbagai skandal dan kegagalan pemimpin politik dalam memenuhi janji-janji kampanye. Ketidakpercayaan ini memperparah apatisme mahasiswa yang pada akhirnya memilih untuk menjauhkan diri dari politik karena mereka tidak lagi percaya bahwa keterlibatan mereka akan membawa perubahan. Mereka merasa bahwa politisi hanya memperjuangkan kepentingan pribadi atau golongan, bukan kepentingan rakyat.

  1. Malas 

Tidak bisa dipungkiri, rasa malas juga menjadi salah satu faktor utama. Partisipasi politik memerlukan usaha untuk terus mengikuti perkembangan berita, menganalisis isu-isu yang sedang berkembang, serta memahami sistem politik yang kompleks. Bagi banyak mahasiswa, hal ini dianggap terlalu rumit dan menyita waktu, sehingga mereka lebih memilih untuk mengabaikan politik dan fokus pada hal-hal lain yang mereka anggap lebih relevan atau mudah dijalani.

Melalui kombinasi faktor-faktor ini, tidak mengherankan jika banyak mahasiswa saat ini cenderung buta politik. Tanpa adanya upaya yang serius untuk meningkatkan pendidikan politik, mengubah narasi media, serta mendorong partisipasi politik yang inklusif dan transparan, kondisi ini akan terus berlanjut. Padahal, mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak perubahan, jika saja mereka disadarkan akan pentingnya peran mereka dalam politik.

Kenapa Mahasiswa Harus 'Melek' Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun