Mohon tunggu...
DIANDRA THUFAILAH
DIANDRA THUFAILAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

Saya merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Aku Memang Seperti Ini": Fenomena Self-Diagnosed di Era Literasi Kesehatan Mental

2 November 2023   06:06 Diperbarui: 2 November 2023   06:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosen pengampu : Prof. Dr. Syamsu LN., M.Pd dan Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd 

"You are what you think you are". Kalimat tersebut agaknya tidak asing bagi sebagian besar masyarakat dan seringkali hilir mudik terpampang pada berbagai media sosial sebagai kutipan motivasi. Namun, kalimat tersebut apabila dimaknai dengan lebih mendalam, memiliki kaitan erat dengan fenomena self-diagnosed yang tanpa disadari kerap kali dilakukan oleh masyarakat di era modern ini. 

Munculnya fenomena self-diagnosed tidak terlepas dari perkembangan zaman yang senantiasa meningkatkan kemutakhiran teknologi sehingga informasi dapat dengan mudah diakses di mana saja. 

Akses informasi yang mudah didapatkan berimplikasi pada literasi kesehatan mental di mana masyarakat saat ini dapat dengan mudah mengakses banyak informasi, berita, dan edukasi mengenai kesehatan mental maupun gangguan yang dapat menghampirinya. Walau hal tersebut turut berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mental atau kerap kali disebut mental health awareness, informasi seputar mental juga turut ambil andil dalam berkembangnya self-diagnosed pada masyarakat.  

Dapat diambil contoh ketika seseorang memvalidasi informasi terkait gangguan mental sebagai sesuatu yang benar-benar dialaminya tanpa diagnosis lebih lanjut dari tenaga profesional, mengindikasikan bahwa orang tersebut sudah melakukan self-diagnosed atau diagnosis pribadi hanya berdasarkan informasi yang bahkan belum tentu kredibel (Akbar, 2019). 

Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan, perlu dipahami definisi secara lebih fundamental dari self-diagnosed itu sendiri untuk dapat memaknai secara lebih jauh substansi fenomena self-diagnosed di era literasi kesehatan mental. 

Secara etimologis, self-diagnosed berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata "self" berarti diri dan "diagnosed" yang berarti diagnosis. Baumeister (1999) mendefinisikan self atau diri sebagai suatu keyakinan individu terhadap dirinya sendiri, termasuk atribut yang dimiliki orang tersebut dan 'siapa' serta 'apa' dirinya (Rashid et al., 2015). KBBI menyatakan definisi diagnosed atau diagnosis sebagai penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti gejala-gejalanya. Apabila dihimpun berdasarkan kedua pengertian tersebut, self-diagnosed dapat didefinisikan sebagai proses di mana seseorang mengamati ke dalam diri sendiri, perihal gejala-gejala patologi yang ada dan mengidentifikasi penyakit atau gangguan berdasarkan hal tersebut tanpa konsultasi secara medis (Ahmed & Stephen, 2017). 

Secara lebih spesifik self-diagnosed apabila sudah pada tahap yang sangat parah, disebut sebagai cyberchondriasis yaitu, kecenderungan individu untuk menggunakan informasi yang tersedia secara online untuk mendiagnosis diri sendiri (White & Horvitz, 2009 dalam Ahmed & Stephen, 2017). 

Definisi self-diagnosed yang telah dipaparkan tersebut menyambungkan benang merah pada korelasinya terhadap literasi kesehatan mental. Literasi kesehatan mental digagas oleh peneliti yang berasal dari Australia bernama Jorm pada tahun 1997. Jorm secara rinci  mengemukakan bahwa literasi kesehatan mental mencakup kemampuan untuk : 1) mengenali gangguan tertentu, 2) mengetahui cara-cara untuk mencari informasi kesehatan mental, 3) pengetahuan tentang risiko dan faktor risiko serta penyebabnya, 4) tentang pengobatan diri dan bantuan profesional yang tersedia, 5) sikap yang mendorong penyuluhan, dan 6) mencari bantuan yang tepat  (Jorm et al., 1997). 

Pada dasarnya literasi kesehatan mental dapat meningkatkan kesadaran diri seseorang mengenai kesehatan mental sekaligus mempromosikan pengetahuan tentang kesehatan mental. Namun, perlu ditegaskan bahwa hal tersebut dapat diaktualisasikan apabila pembaca memiliki kesadaran yang tinggi dan didukung pula oleh informasi yang kredibel. Berdasarkan penelitian dalam jurnal berjudul "Hubungan Literasi Kesehatan Mental dengan Trend Self-Diagnosis pada Remaja Akhir", menunjukkan hasil bahwa masih terdapat kecenderungan yang kuat pada mahasiswa Prodi Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang dalam self-diagnosed, yaitu sebesar (58,1%) mahasiswa yang melakukan self-diagnosed tanpa didukung pertolongan tenaga ahli (Komala et al., 2023).

Pada wawancara yang dilakukan dalam prosiding  berjudul "Dampak Self-Diagnosed pada Kondisi Kesehatan Mental Mahasiswa Universitas Negeri Makassar" beberapa remaja yang diwawancarai secara sadar pernah melakukan self-diagnosed dengan menganggap bahwa mereka mengidap anxiety berdasarkan artikel yang membahas gejala-gejala anxiety tanpa pikir panjang (Annury et al., 2022). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun