Mohon tunggu...
DIANDRA THUFAILAH
DIANDRA THUFAILAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

Saya merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Aku Memang Seperti Ini": Fenomena Self-Diagnosed di Era Literasi Kesehatan Mental

2 November 2023   06:06 Diperbarui: 2 November 2023   06:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data dan wawancara tersebut mengindikasikan bahwa di era literasi kesehatan mental sekalipun, self-diagnosed masih terjadi dan hal tersebut memerlukan perhatian yang lebih karena self-diagnosed dapat memberi dampak buruk terhadap kesehatan mental. Perlu dipahami bahwa persepsi seseorang mengenai dirinya dapat memengaruhi cara-cara bertindak dan tindakannya dapat memengaruhi cara-cara seseorang dalam memandang dirinya sendiri (Shavelson et al., 1976). Apabila seseorang mendiagnosis dirinya memiliki gangguan mental padahal belum tentu kebenarannya, persepsi bahwa individu tersebut terkena gangguan mental dapat membuatnya mengalami kecemasan berlebih (Maskanah, 2022).  Sebagai contoh, seseorang yang melakukan self-diagnosed terhadap depresi yang dialaminya mengharapkan tingkat prevalensi yang lebih tinggi dari depresi ketika hasilnya didasarkan pada evaluasi pribadi ketimbang penilaian diagnostik (Bonsaken et al., 2018). 

Namun demikian, fenomena self-diagnosed di era literasi kesehatan mental menunjukkan bahwa permasalahan di masa sekarang sangat kompleks dan dinamis. Hal ini berdampak pada layanan bimbingan dan konseling di mana self-diagnosed dapat mengurangi optimalisasi konseli dalam proses konseling. Berkaitan dengan permasalahan yang ada, self-diagnosed praksis bertolak belakang dengan konsep bimbingan. Sebagaimana definisi bimbingan menurut Kamaludin H (2011) yaitu, bimbingan merupakan proses menolong individu memahami diri serta dunianya.  

Lebih lanjut lagi, bimbingan ditujukkan supaya seseorang mampu memahami diri dan dunianya di mana individu memiliki persepsi yang jelas mengenai keadaan diri sendiri dan peka terhadap permasalahan yang dimilikinya  (Zahra, 2017). Sedangkan konseling menekankan pada pencegahan dan tujuan untuk membantu individu dari berbagai rentang usia dan tahapan menghindari membuat pilihan buruk dalam hidup sembari menemukan makna, arah, dan kepuasan dalam apa yang dilakukan seseorang (Gladding, 2017). 

Self-diagnosed menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi layanan bimbingan dan konseling untuk memberikan pendekatan yang efektif dalam membimbing konseli supaya dapat memahami diri dan dapat terlepas dari diagnosis pribadinya. Akan tetapi, konselor atau guru BK dapat menjadikan era literasi kesehatan mental sebagai sarana mengoptimalkan kesadaran literasi kesehatan mental yang bijak. Apabila ingin mengentas fenomena self-diagnosed, masyarakat perlu perlu lebih sadar akan isu-isu kesehatan mental dan meningkatkan literasi kesehatan mental (Gobel et al., 2023). 

Hal ini berimplikasi pada layanan informasi dalam bimbingan dan konseling untuk dapat memperluas informasi mengenai pentingnya literasi kesehatan mental dan bahaya self-diagnosed, supaya individu mampu memahami dirinya lebih baik lagi (Wahyuni, 2018). Literasi kesehatan mental yang buruk memiliki konsekuensi negatif bagi orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental, karena mereka tidak memiliki pengetahuan dan sumber untuk mengakses layanan penanggulangan gangguan mental (Atlas, 2018). Oleh sebab itu, literasi kesehatan mental yang bijak merupakan hal yang esensial dalam mengurangi fenomena self-diagnosed dan supaya layanan informasi bimbingan dan konseling dapat lebih mencakup keseluruhan aspek yang lebih luas lagi. 

Referensi

Ahmed, A., & Stephen. (2017). Self-Diagnosis in Psychology Students, 4(86). https://ijip.in/wp-content/uploads/2019/02/18.01.035.20170402.pdf

Akbar, M. F. (2019). Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internet pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 10.31227/osf.io/6xuns

Annury, U. A., Yuliana, F., Suhadi, A., & Karlina, C. (2022). Dampak Self Diagnose Pada Kondisi Mental Health Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, 1. https://proceeding.unesa.ac.id/index.php/sniis/article/download/101/86

Atlas, S. (2018). Lay Perceptions of Self-Diagnosis as a Barrier to Mental Health Treatment-Seeking. https://repository.library.northeastern.edu/files/neu:cj82r7790/fulltext.pdf

Bonsaken, T., Grimlot, T., Skogstad, L., Lerdar, A., Ekeberg, O., & Bredal, I. (2018). Self-diagnosed depression in the Norwegian general population -- associations with neuroticism, extraversion, optimism, and general self-efficacy. https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-018-5990-8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun