Mohon tunggu...
diandranindiii
diandranindiii Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hii, perkenalnya saya nindii, ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah "Telaah teks budaya." Jika kalian memiliki saran dan kritik yang membangun saya, sampaikan saja dikolom kometar. Terimakasihh

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Unsur Intrinsik dalam Cerita Wolf Totem Karya Jiang Rong

3 Februari 2024   20:57 Diperbarui: 4 Februari 2024   05:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel berjudul "Wolf Totem" yang ditulis oleh Jiang Rong atau Lu Jiamin telah terjual lebih dari 6 juta kopi dan diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Novel yang menceritakan pengalaman pribadi penulis selama revolusi kebudayaan China 1966–1976 (auto-semibiografi), diterbitkan pertama kali di China pada tahun 2004. Novel ini menceritakan tentang seorang mahasiswa Beijing bernama Chen Zhen yang dikirim sebagai gembala selama Revolusi Kebudayaan tahun 60-an di Olonbulang, sebuah padang rumput yang luas di Mongolia. Dalam sebuah cerita tentunya memiliki unsur intrinsik, nah kali ini kita bahas unsur Intrinsik dalam novel “Wolf Totem” dulu ya. ISBN : 9789793714653

1. Tema: Kehidupan hubungan manusia antara dengan alam, kebanggaan budaya, kebebasan, kekuatan batin, Tradisi/budaya.

2. Tokoh: Chen Zhen, Bilgee, Batu, Bilig, Gasmai, Yangke, Bao Shungui, dll

3. Penokohan :

  • Chen Zhen adalah mahasiswa Beijing yang dikirim ke Mongolia sebagai tokoh utama.
  • Yangke adalah teman Chen yang juga dikirim ke Mongolia.
  • Bilgee adalah tetua di Olonbulag, dsb.

4. Alur: Maju, karena susunannya berurutan mulai dari pengenalan, peristiwa, konflik, hingga penyelesaian.

5. Latar: Berlatar tahun 1960an di daerah Olonbulog, Mongolia.

6. Sudut Pandang: Orang ke-tiga

7. Amanat: Sesuai peribahasa “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” berarti ketika seseorang berada disuatu tempat baru, maka sepatutnya menghargai dan menghormati adat istiadat atau tradisi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun