Mohon tunggu...
diandranindiii
diandranindiii Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hii, perkenalnya saya nindii, ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah "Telaah teks budaya." Jika kalian memiliki saran dan kritik yang membangun saya, sampaikan saja dikolom kometar. Terimakasihh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Wolf Totem dan Analisis Perbandingan antara Novel dengan Filmnya

3 Februari 2024   19:30 Diperbarui: 3 Februari 2024   20:05 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku : Wolf Totem

No. ISBN : 9789793714653

Pengarang : Jiang Rong (Lu Jiamin)

Sebuah novel berjudul Wolf Totem yang ditulis oleh Jiang Rong atau Lu Jiamin, novel ini telah terjual lebih dari 6 juta dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa termasuk Bahasa Indonesia. Novel ini diterbitkan pertama kali di China pada tahun 2004, yang menceritakan pengalaman pribadi penulis selama revolusi kebudayaan China pada tahun 1966-1976. Ia menghabiskan sebelas tahun di Mongolia untuk meneliti serigala Mongolia dan kemudian ia mengabadikan dalam novelnya.

Novel ini menceritakan tentang seorang mahasiswa Beijing bernama Chen Zhen, dikirim untuk hidup sebagai seorang gembala di Olonbulang, sebuah padang rumput yang luas di Mongolia, selama Revolusi Kebudayaan tahun 60-an. Karena pemerintah menutup sekolahnya, dia sengaja menawarkan diri untuk pergi ke Mongolia. Ia bekerja dan hidup bersama orang-orang nomaden asli selama sebelas tahun untuk mempelajari budaya penggembala nomaden Mongolia. Lama kelamaan ia tinggal di Olonbulag, ia semakin tertarik dengan serigala Mongolia. Suatu ketika ia penasaran dengan serigala karena kemahirannya dalam memburu binatang lain, serigala adalah hewan yang pintar, dia tidak akan bertindah gegabah untuk menangkap mangsanya, tentunya memerlukan taktik dan koordinasi yang baik.

Dari sinilah Chen Zhen tertarik dengan seekor serigala, ia mencoba mengambil resiko dengan menangkap seekor anak serigala, dengan harapan anak serigala itu akan melunak dan menurut kepada Chen Zhen. Berbekal tekat yang kuat dan pengetahuan tentang menangkap serigala dari penduduk lokal, akhirnya Chen mencari tempat serigala bersembunyi. Ketika Chen berhasil menangkap anak serigala, ia membawa anak serigala itu ke yurt. Sesampainya ia disana penduduk sangat kaget ketika mengetahui bahwa Chen akan merawat serigala ini untuk dikawinkan dengan seekor anjing. Bilgee, yang merupakan tetua di sana, menjadi marah ketika mendengarnya dan mendatangi Chen untuk memintanya berhenti melakukannya karena memelihara serigala samasaja dengan menentang hukum Tengger.

Pada tahun 2015 novel ini dijadikan film yang disutradarai oleh sutradara asal Perancis Jean-Jacques Annaud, dan menjadi kandidat Tiongkok untuk Oscar 2016 dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Penulis mengatakan ada beberapa perbedaan yang signifikan dalam film ini, beliau menyampaikan karena novel ini berjumlah 606 halaman tentunya tidak semua adegan dalam novel tertuang dalam film. Pertama, dalam novel tidak ada kisah romantic antara Chen dan Gasmai, sedangkan dalam film dijelaskan bahwa Chen mencintai Gasmai dan ingin menikah dengan Gasmai setelah Batu (suami Gasmai) meninggal. Kedua, dalam akhir cerita film anak serigala tidak meninggal tetapi hidup di alam, sedangkan dalam novel anak serigala itu mati.

Kelebihan: 

Jujur saja secara keseluruhan alur cerita wolf totem ini, dijelaskan secara rinci dan mudah dipahami. Penulis tidak hanya menjelaskan dengan baik, tetapi juga mampu mengambil resiko karena novel ini menceritakan tentang isu lingkungan yang sensitive. Penulis juga menjabarkan bahwa pada dasarnya novel ini adalah kritik terhadap sejarah Tiongkok yang berusia beberapa ribu tahun. (Sumber: The New York Time). 

Kekurangan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun