Mohon tunggu...
DIAN CAHYA ANBIYA
DIAN CAHYA ANBIYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syari Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

"I feel like the possibility of all those possibilities being possible is just another possibility that could possibly happen" -Mark Lee

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendekatan Konstruktivisme

8 November 2024   00:05 Diperbarui: 8 November 2024   00:07 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Kognitif

Menurut Santrock, berpikir mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, disimpan dan diubah, serta diingat dan digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir. Dalam psikologi kognitif, ini berkaitan dengan proses persepsi informasi, pemahaman, aliran pemikiran, dan pemecahan masalah. Dalam psikologi kognitif, kita mengingat kembali apa yang sering kita tanyakan sewaktu kecil. Kita sering menanyakan pulahan penggunaan bahasa, namun kini sudah terjawab oleh psikologi kognitif ini. Jawabannya, tentu psikologi kognif inilah yang mengatur bagaimana kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang kita butuhkan. Akan tetapi, terlepas dari itu semua kita sebagai manusia dituntut untuk memahami dan mengolah informasi yang ada, maka dari itu diperlukan kemampuan kognitif ini.

Implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran ada 4, yaitu:

1. Pembelajaran Berpusat pada Siswa: Teori belajar kognitif menekankan pentingnya memperhatikan perbedaan individual dalam pembelajaran. Dalam kelas, guru harus memperhatikan gaya belajar siswa dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpikir secara aktif, menerapkan pengetahuan mereka, dan mengatasi masalah.
2. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Teori ini mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Guru harus merancang aktivitas pembelajaran yang mendorong siswa untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi. Diskusi, debat, dan pemecahan masalah adalah metode yang efektif untuk mengembangkan keterampilan ini.
3. Penggunaan Konstruksi Pengetahuan: Konsep konstruksi pengetahuan penting dalam teori belajar kognitif. Guru harus memfasilitasi pembentukan pengetahuan baru dengan mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman.
4. Penggunaan Teknologi dan Media: Teknologi dan media dapat digunakan sebagai alat bantu dalam memfasilitasi proses belajar. Misalnya, penggunaan simulasi komputer, video pembelajaran, dan permainan edukatif dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan membantu mereka memahami konsep-konsep yang kompleks.

Teori Konstruktivisme
Pendekatan Konstruktivisme adalah sebuah teori pembelajaran yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu berdasarkan interaksi mereka dengan lingkungan dan pengalaman mereka sendiri. Dalam pandangan ini, pembelajar bukanlah penerima pasif informasi, melainkan aktif membentuk dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Prinsip utama dalam teori konstruktivisme ada 4, yaitu:
1. Belajar sebagai proses aktif
2. Pembelajaran bersifat subjektif
3. Kolaborasi dan interaksi sosial
4. Penerapan dalam situasi nyata

Dalam pendidikan, pendekatan ini mendorong penggunaan metode pembelajaran yang interaktif dan berpusat pada siswa, seperti diskusi, eksperimen, atau simulasi, di mana siswa lebih banyak terlibat dalam menemukan dan menguji konsep secara mandiri..

Teori Metakognitif

Menurut Flavel (Jonassen, 2000) metakognitif yaitu kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri. Kegiatan-kegiatan Metakognitif meminta siswa untuk merefleksikan apa yang mereka ketahui, apa yang mereka pedulikan dan apa yang mereka bisa lakukan tidak hanya menolong siswa membangun kesadaran dirinya, melainkan juga memberi informasi yang bernilai bagi guru. 

Mengembangkan kemampuan metakognitif ternyata penting sekali untuk mempelajari aktivitas dan belajar serta untuk membantu siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif mereka. Dengan memahami proses metakognisi, siswa tidak hanya dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dalam strategi belajar mereka, tetapi juga dapat mengadaptasi pendekatan yang sesuai untuk setiap tugas kognitif yang dihadapi. Ini sejalan dengan pandangan Flavell (1979) yang menekankan bahwa pengetahuan tentang diri dan strategi belajar merupakan elemen kunci dalam meningkatkan efektivitas belajar siswa. 

Penerapan Teori Metakognitif Langkah pertama dalam penerapan metakognitif adalah merencanakan tujuan belajar secara rinci. Siswa diminta untuk mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, memilih strategi yang tepat, serta menetapkan langkah-langkah yang diperlukan. Tahap kedua adalah pemantauan proses belajar yang berlangsung. Dalam fase ini, siswa secara aktif menilai apakah strategi yang mereka gunakan efektif atau tidak. Terakhir, siswa melakukan evaluasi terhadap hasil belajar, yang memungkinkan mereka untuk memperbaiki cara belajar di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun