Mohon tunggu...
dian ayu novalia
dian ayu novalia Mohon Tunggu... -

Belum pensiun jadi mahasiswa. tak menyangka bergelut bersama orang-orang yang gemar menulis (pengennya ketularan). padahal zaman SMA menulis cuma untuk tugas sekolah (padahal gak ngaruh ma UN.heee....). sedang berjuang melawan kemalasan menelurkan karya. semoga tercerahkan dan sadar lebih cepat....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kembang api tahun baru dan anak jalanan

31 Desember 2009   17:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:41 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi siang dari setengah 2 hingga 6 sore saya pulang. Rute rawamangun, blok M, ciledug, pondok aren. Mampir cari alamat lebih dulu. Makanya lebih lama. Biasany 2-3 jam. pulang lebih awal lebih baik. Permasalahannya di Jakarta & sekitarnya kalau esok harinya libur pasti hari sebelumnya macet. Apalagi mau tahun baru. Orang2 berduyun-duyun keluar rumah walaupun sekadar beli pernak pernik perayaan tahun baru.

Ritual kembang api, terompet, jalan2 dilakukan banyak warga. Pasangan mudamudi, yg baru nikah, /pun sudah punya anak ikut meramaikanny. Perjalanan dr blok M ke ciledug macet: Sebelum cipulir dan CBD.

Metro mini dg AC (Angin Cepoy2) ditambah macet, hujan tpi rasanya panas, emosi tak terkendali ditambah sms bertubi-tubi datang.He... Manusia mengeluh, maklum. Asal nggak tiap detik ngeluh. Bukan hidup namany.

Disepanjang jalan, sy liat para pedagang terompet & kembang api bejibun. Memenuhi sisi jalan. Sebelum sampai CBD, akhirnya sy memilih turun. Jalan sajalh. Macet. Motor2 yg biasanya bisa nyelip juga berhenti. Mengantri lewat. Perhitungan sy pasti tepat, lebih cpt jln kaki. "ojek-ojek Mbak," tawaran tukang ojek mampir. Tapi jalan kaki tetap jadi pilihan. Bisa mengamati langit yg gak konsisten menunjukkn terang atau berawan. Mengamati pedagang & pembeli. Mata sy selalu tertuju pada terompet. Bagus2 dari yg biasa hingga bentuk naga. Dari 4ribu hingga 20an ribu. Penyerbu pun berdatangan.

Namun disisi jalan tampak beberapa anak yg hanya bisa berdecak kagum melihat warna warni terompet tahun baru. Saya pun hanya pandai mengamati pula. Anak-anak itu tersenyum-senyum melihat keindahan benda tiup. Rumbai2, warna, dan variasi bentuk menambah cantik terompet, juga menambah ngiler dan mupeng anak-anak jalanan. Baju lusuh, kulit tak terawat, dan pastinya kantong kering menghiasi hari2 mereka.

Tak ada yg salah. Penjual jg mencari uang dgn pemanfaatan moment. Pembeli jg ingin kepuasan pribadi. Tp anak jalanan, orang miskin dan sangat miskin bertahun baru dengan kelaparan yg menghantam perut mereka. Pengharapan utk kehidupan lebih baik tentunya kita harapkan bersama.
Selamat tahun baru 2010:-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun