Banyak sekali dari pelajar-pelajar di Indonesia yang ingin sekali memiliki nilai tinggi. Mungkin itu normal, mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.Â
Akan tetapi, apakah kalian yakin bahwa mereka semua yang ingin mendapatkan nilai tinggi itu dicapai dengan cara yang jujur? Kalau menurut saya sendiri sih tidak semua.
Pada dasarnya di Indonesia sendiri banyak yang menginginkan nilai tinggi dan menganggap bahwa pelajar yang mendapatkan nilai tinggi itu pintar, serta lebih dihargai daripada yang mendapatkan nilai biasa-biasa saja.Â
Bahkan guru-guru di sekolah kebanyakan lebih menghargai pelajar yang mendapatkan nilai tinggi, orang tua di rumah juga kebanyakan menuntut anak-anak mereka untuk mendapatkan nilai yang tinggi tanpa melihat prosesnya.
Mungkin banyak dari kita yang pernah gila nilai pada saat masih duduk dibangku sekolah. Pada saat mendapatkan nilai yang tinggi, perasaan kita pasti akan senang sekali. Akibat dari gila nilai tersebut, kebanyakan pelajar memilih untuk menggunakan cara yang tidak jujur, seperti contohnya menyontek.Â
Dalam hal ini, pelajar bisa saja bekerja sama dengan temannya untuk mendapatkan nilai tinggi, membuat kertas contekan, menyogok, dan lain sebagainya.Â
Namun, sebagian pelajar juga ada yang mendapatkan nilai tinggi dengan cara yang jujur. Tapi apakah kalian yakin bahwa seorang pelajar yang mendapatkan nilai tinggi dengan cara yang jujur akan paham dengan yang dipelajari?
Seorang yang gila nilai akan lebih fokus untuk mencapai nilai yang tinggi tanpa melihat prosesnya seperti apa.Â
Menurut saya hal ini merupakan suatu tindakan yang merugikan diri sendiri, karena jika kita fokus dengan nilai, maka kita tidak sempat untuk menikmati dan memasukkan apa yang telah kita pelajari ke dalam otak kita, kita hanya mempelajarinya sekilas lalu melupakannya begitu saja.
Saya merupakan pelajar yang dari kecil dituntut oleh orang tua saya untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Bahkan jika nilai saya turun saja saya sudah dimarahin. Pada waktu SMA, saya sendiri merupakan orang yang gila nilai. Saya melakukan cara apapun demi mendapatkan nilai bagus, termasuk menyontek.Â
Akan tetapi, saya lebih maksimalkan pada tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Saya merupakan pelajar yang sangat rajin pada masa itu, tapi apakah kalian tahu? Ternyata walaupun saya rajin dan mendapatkan nilai yang tinggi, ilmu yang masuk di dalam diri saya hanya sedikit.Â
Hal ini diakibatkan karena saya yang gila nilai tanpa menikmati prosesnya.Â
Saya merasa tersiksa ketika saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, mungkin saya mendapatkan nilai yang tinggi. Tetapi, saya tidak terlalu paham dengan materinya, hasilnya waktu ujian saya hanya dapat mengerjakan semampu saya saja.
Pada saat saya mendapatkan SNMPTN, saya tidak tahu arah saya ingin ke mana, akhirnya saya tidak lolos. Bahkan SBMPTN juga saya masih tidak tahu tujuan saya. Akhirnya saya asal-asalan memilih jurusan yang tidak saya inginkan.Â
Oleh karena itu, saya memilih untuk mengikuti UTBK tahun 2021 dan alhamdulilah lolos. Namun, pada saat saya belajar UTBK 2021 bagian TKA, saya merasa apa yang saya pelajari di waktu SMA hanya sedikit yang saya tahu. Akibat gila nilai, saya bahkan tidak memahami konsep yang dipelajari di sekolah. Sewaktu saya belajar UTBK, saya juga merasa tersiksa pada awalnya. Saya hanya mengharapkan saya lolos UTBK, ya...Â
Mungkin semua pelajar juga mengharapkan hal yang sama.Â
Tapi, semakin lama saya belajar, saya semakin nyaman dan belajar untuk menikmati prosesnya.Â
Hasilnya saya jadi lebih paham dan mengerti materi yang telah saya pelajari, dan saya juga berpikir bahwa pelajaran SMA yang saya anggap susah ternyata tidak sesusah yang saya kira, hal ini karena saya sewaktu SMA tidak menikmati prosesnya sama sekali.Â
Berbeda pada saat saya sudah kuliah, semenjak saya menikmati prosesnya, saya suka dengan tugas yang diberikan, walaupun saya sendiri juga mengeluh. Saya juga menikmati kuliah yang saya lakukan dan sekarang saya sudah tahu arah tujuan saya ke mana.
Dalam cerita saya tersebut, kita dapat melihat bahwa gila nilai tidak selalu membuahkan hasil yang baik kepada diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita sama-sama untuk dapat menikmati prosesnya. Hal ini juga dapat melatih diri kita untuk mengembangkan kemampuan kita.Â
Guru-guru juga bisa belajar untuk dapat menghargai proses dari anak didik mereka masing-masing. Dibangku kuliah sendiri, masih ada beberapa dosen yang lebih melihat nilai daripada keaktifan mahasiswanya sebagai acuan IP.Â
Bahkan kita tidak tahu apakah mereka mengerjakan tugas dengan cara JOKI atau tidak? Karena saya sendiri punya teman yang sering JOKI untuk tugasnya dan untuk ujiannya hanya untuk mendapatkan IP yang tinggi.Â
Oleh karena itu, ayo kita sama-sama belajar memperbaiki diri untuk tidak gila nilai dengan cara yang tidak baik.Â
Jika memang ada tekanan dari orang tua, mari kita mulai dari generasi kita untuk menjadi orang tua yang lebih menghargai proses daripada hasil.Â
Dan jika ingin lebih diuntungkan, nikmatilah proses dengan hasil yang memuaskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H