Mohon tunggu...
Tasya Diana
Tasya Diana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Moler?

4 September 2017   20:42 Diperbarui: 4 September 2017   20:51 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prostitusi atau pelacuran merupakan cabang dari industri seks yang sejajar dengan pornografi, tari telanjang, bahkan segala mata pencaharian yang berkenaan dengan eksploitasi aktivitas seksual dan pertunjukan yang berkenaan dengan seksualitas untuk menghibur orang lain demi mendapatkan materi yang dibutuhkan dalam kehidupan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI sendiri prostitusi adalah sebuah kata kerja yang memiliki arti pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan; pelacuran.

 Praktik pelacuran di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak VOC menguasai Batavia abad ke 17. Awalnya masyarakat Betawi menyebut pelacur dengan sebutan cabo. Kata ini berasal dari bahasa China  Caibo yang kurang lebih berarti wanita malam. Awalnya memang praktik pelacuran banyak dijalankan oleh pendatang dari Tionghoa. Saat ini, terdapat kurang lebih 161 lokalisasi di Indonesia. Jawa Timur menempati ranking pertama dalam jumlah lokalisasi dengan 53 tempat yang tersebar di 16 kabupaten/kota.

Orang yang melakukan praktik postitusi atau pelacuran biasa disebut PSK (Pekerja Seks Komersial) atau juga Kupu --Kupu Malam.  Dalam sebuah wawancara bersama beberapa PSK, mereka mengaku bahwa mereka melakukan praktik ini karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu faktor psikologi, keinginan bawah sadar mereka, faktor sosial ekonomi, dan nafsu mereka yang tidak terkendali. 

Faktor psikologi yang menyebabkan mereka menjadi seorang pelacur, menurut seorang psikoanalisa bernama Adler, adalah karena mereka cenderung ingin menghindari usaha yang lebih sulit. Contohnya mereka telah memiliki traumatis atau kerusakan mental akibat merasa menjadi korban dari para pria superior (lelaki itu penjahat yang ingin tetap dihormati). Jadi mereka menganggap dengan cara mendekatinya, mereka bisa menyerang titik lemahnya.

Keinginan bawah sadar biasanya disebabkan karena ia mengalami kekecewaan atau kecelakaan pada permulaan kehidupan seksualnya sehingga ia membutuhkan penyalur keinginannya yang membawa ia untuk mencari laki-laki lain.

Faktor sosial ekonomi digadang -- gadang menjadi penyebab terbesar mengapa begitu banyak wanita yang memilih menjadi seorang PSK. Ada beberapa faktor sosial ekonomi yang menyebabkan banyak wanita memilih menjadi seorang PSK, yaitu asal keluarga yang miskin, orang tua yang berwatak lemah karena kurang pendidikan sehingga membiarkan anaknya masuk kedalam dunia gelap, cara keluarga membentuk karakter yang kurang bijaksana, trauma anak karena keretakan keluarga seperti perceraian, menjadi pelacur karena ingin membeli obat -- obatan terlarang, dan bahkan ada faktor budaya masyarakat yang ikut andil. 

Hal ini diungkapkan melalui penelitian Kuncoro seorang guru besar Fakultas Psikologi UGM, terhadap sebuah desa yang menjadi pemasok gadis pelacur ke kota -- kota besar. Di desa tersebut orang tua justru mendukung anak -- anak mereka untuk mencari nafkah sebagai seorang "kupu -- kupu malam". Bahkan mereka merasa bangga ketika anak mereka pulang dengan membawa uang banyak ke kampong halaman.

Faktor lain yang menyebabkan banyak gadis yang memilih menjadi seorang PSK adalah karena mereka memiliki nafsu yang tak terkendali. Nafsu ini sendiri biasanya tidak hanya datang dari pihak wanita, namun juga terkadang karena dorongan orang -- orang lainnya. Namun sebenarnya, menjadi seorang PSK sangatlah beresiko karena bisa saja mengakibatkan mereka tertular Penyakit Menular Seksual (PMS) atau bahkan HIV/AIDS. Disisi lain, mereka juga sering dipandang rendah oleh orang -- orang sekitarnya karena pekerjaan tersebut.

Prostitusi bukanlah sebuah pekerjaan atau bahkan dunia yang mudah ditinggalkan begitu saja, para pelakunya harus berusaha sangat keras untuk meninggalkannya. Kita sebagai masyarakat seharusnya bisa membantu pemerintah dalam menanggulangi dan mengatasi adanya kegiatan prostitusi. 

Dengan cara memberikan pendidikan agama dan pendidikan tentang bahaya seks bebas kepada orang -- orang terdekat kita terlebih dahulu. Jika sudah terlanjur terjun, pemerintah bisa saja memberikan pelatihan kerja kepada para mantan PSK. Namun lagi -- lagi, kita sebagai masyarakat sekitar sangat perlu meluruskan pandangan kita terhadap mereka. Jangan kucilkan mereka, jangan pandang rendah mereka, ajaklah mereka berubah, karena bagaimanapun mereka sudah berusaha keras untuk keluar dari dunia malam tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun