Mohon tunggu...
DIANA Sweety
DIANA Sweety Mohon Tunggu... Penulis - penulis, enterprenuer, bisnis

Mahasiswa jurusan Filsafat Islam di Uin Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berkelindan dengan Waktu

8 Juli 2021   20:19 Diperbarui: 8 Juli 2021   20:26 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diruangan sempit inilah setumpuk kisah disimpan dalam sebuah kamar. Matanya menatap langit-langit kamar setiap kali ingin memejamkan mata. Satu-persatu cerita dirajut dan saling berkelindan. Sekali waktu ia merasa seperti berada dipenghujung jalan, diwaktu lainnya tak tentu arah. Perjalanan yang sangat sulit ditebak, sedang sang waktu semaunya mengatur kehidupan seseorang. Hari ini kamu terlihat bahagia, dihari yang lain wajahmu sangat menyedihkan, sekali lagi waktu berkelindan tanpa kepastian. Berbicara kepastian orang-orang akan bergumam tentang takdir dan nasib setiap kali tak menemukan celah kehidupan. Sangkut-paut nasib dan takdir seperti layaknya teman hidup, jika terjadi apapun dengan kehidupanmu, keduanya selalu disinggung secara bersamaan. Entah hari ini aku bisa melihatmu atau tidak itulah takdirnya. Seolah tak ada tempat untuk sebuah kata kebetulan. Perputaran waktu begitu cepat terjadi tanpa kompromi, tak ada negoisasi ataupun pengharapan lagi, kadang semesta pun tak berpihak denganmu. Arah jarum jam terus berputar seperti tak ingin mengulang peristiwa yang sudah terjadi. Ada yang menunggu waktu agar cepat berlalu, ada juga yang tak memperdulikan waktu karena rutinitas yang tak henti.

Disela-sela waktu, sejumlah nyawa mengadu pada nasib, pasrah pada hidup, penyesalan yang datang diakhir dan sejumlah cerita lainnya yang melengkapi setiap perjalanan insan. Terkadang terasa tidak adil jika yang kita jalani dengan baik menjadi hancur berkeping-keping, citra baik yang selalu di bangun tak menjamin akan bertahan selamanya. Waktu yang rumit untuk dijabarkan, ia masih sangat aktif memandang di tiap sudut-sudut jendela. Terasa waktu menjadi pembunuh yang setiap saat siap menjemput nyawa seseorang. Entah apapun yang ada dipikirannya sangat sulit dimengerti, berada diluar dirinya untuk beberapa saat mungkin lebih menenangkan. Sama halnya lari dari masalah yang menjeratnya, lalu datang kembali saat keadaan mulai baik-baik saja. Sayangnya, tak selamanya waktu bekerja sama dengan semesta sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bersiap menjalani kenyataan adalah yang paling memungkinkan untuk dijalani. Meskipun hasilnya tak selalu sesuai yang diharapkan. Satu-persatu masalah seperti memintal benang yang akan kita rangkai membentuk pola, lalu menjadi sebuah kain yang sangat indah. Tentu proses seperti itu yang selalu diidam-idamkan oleh semua orang. Namun, pada hakikatnya tak semua orang pandai memintal benang hingga menjadi sebuah kain yang indah. Ada beberapa pintal benang yang bahkan dibiarkan begitu saja, atau malah tak disentuh sama sekali.

Perjalanan hidup seseorang memang sulit untuk dijabarkan, bagiannya penuh misteri dan cerita yang sulit ditebak. Entah sedalam apapun kita mencoba memahaminya, tetap saja kapasitas kita hanya mampu menilai bukan meraba bahkan menyelami apa yang akan terjadi. Jika orang-orang sepakat dengan pembagian tiga masa, yaitu lalu, kini, dan nanti. Lalu, apa yang orang-orang pikirkan dari ketiga masa itu. Apa yang baru saja dimulai, atau terjadi saat ini dan nanti, ketiganya adalah buah dari pemikiran manusia dari pengalaman dan harapan. Waktu bukan lagi hanya sebagai sebuah kata tanpa makna, namun menyimpan sejuta makna yang tersimpan beragam emosi didalam diri manusia. Mungkin hari ini ada yang sedang menantikan waktu untuk sebuah hari kebahagiaan, atau hari ini diliputi rasa takut dan khawatir berharap sang waktu cepat berlalu. Begitu seterusnya tak ada yang tau pastinya waktu akan berpihak dengan keinginan manusia. Kita hanya tau, waktu adalah perjalanan yang misterius bagi setiap insan. Menjalaninya tiap detik per detik sampai di penghujung waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun