Mohon tunggu...
Diana AV Sasa
Diana AV Sasa Mohon Tunggu... Politisi - Pegiat Literasi

Anggota DPRD Jawa Timur 2019-2024

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai, Disrupsi Informasi, dan Kursus Literasi Kader

11 Januari 2020   07:20 Diperbarui: 11 Januari 2020   07:36 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu, salah satu ekor dari disrupsi informasi adalah masifnya persebaran kabar bohong. Tentu saja, ini tidak bisa kita kutuk sebagai dampak dari masifnya media sosial. Sebab, persebaran kabar bohong sudah berlangsung jauh sebelumnya dengan memakai medium-medium yang kita anggap tradisional. Bu Mega dan partai demokrasi ini tahu betul segala model terjangan disinformasi itu.

Istilah "surat kaleng" adalah salah satu bentuk pemelintiran informasi dengan niat jahat membuat kekacauan informasi. Tujuan akhir dari konsumsi desas-desus itu adalah guncangnya kepercayaan satu dan lainnya.

Yang menderita dari disrupsi itu jika tidak bisa dibuatkan perisai yang tepat adalah warga negara. Lebih spesifik lagi, warga partai. Semestinya, berkaca dan berefleksi dari sejarah yang teramat pahit sebagai korban besar dari kabar bohong yang diorganisasi, partai bisa memberi perlindungan informasi atas daya tahan informasi warganya sendiri.

 Kursus literasi

Setidaknya tiga hal ini bisa dilakukan agar kader memiliki perisai informasi. Pertama, ketersediaan lumbung informasi. Istilah lumbung berasal dari perikehidupan kaum marhaen untuk berjaga-jaga dari musim yang tidak terduga. Lumbung bukan sekadar wadah penyimpanan, tetapi juga siasat antisipatif dari ketakpastian musim panen.

Lumbung informasi adalah benteng pertahanan bagaimana menyimpan dan mengolah informasi yang sehat. Lumbung itu bisa berbentuk perpustakaan atau koperasi informasi di mana partai menginvestasikan dan menjamin ketersediaan bahan-bahan bacaan yang bermutu dan penguatan pengetahuan politik lewat buku.

Agar ajaran-ajaran Sukarno tetap hidup apinya, misal, partai menyediakan buku-buku Sukarno. Praktik ini pernah dilakukan leluhur PDI-P bernama PNI dengan memproduksi brosur-brosur ajaran Sukarno dalam bentuk-bentuk buku yang kecil dan tipis. Di setiap desa, lewat siasat lumbung informasi, tersedia sangat lengkap semua buku yang berisi pikiran-pikiran Sukarno

Kedua, literasi digital. Jika lumbung informasi adalah wadah, spiritnya adalah gerakan literasi digital. Muatan pendidikan kader mengikuti arus zaman dengan berbasis internet. Di lingkup inilah diperkenalkan bagaimana dunia internet bekerja. Internet adalah inovasi dunia yang mengubah pengetahuan tersebar lebih cepat. Media sosial, situsweb, video, blog, dan seterusnya adalah produk-produk hilir yang menumpang dalam armada besar internet.

Literasi digital adalah kemampuan menggunakan internet secara bijak dan sehat. Rasa-rasanya, istilah internet sehat ini tergulung habis oleh istilah hoaks yang selalu kita dengungkan. Hoaks adalah ekses negatif dari pemanfaatan internet, sementara  internet sehat adalah ekses positif dari hadirnya internet dalam lembar kehidupan kita.

Kita apresiasi usaha-usaha kementerian perdesaan yang bekerja keras menghidupkan situsweb desa sekaligus dengan praktik jurnalisme warga. Itu modal besar dan sekaligus jalan baru yang mesti didukung.

Ketiga, kursus literasi kader adalah mendorong kader hingga di tingkat desa menciptakan pengetahuan lokalnya. Mempersenjatai warga dengan literasi tidak sekadar membangunkan mereka perpustakaan, melainkan berdaya secara informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun