Mohon tunggu...
Diana Rigel Centaurus
Diana Rigel Centaurus Mohon Tunggu... -

Aku terlahir dari debu yang tumbuh bersama angin, dibesarkan bersama awan dan akan kembali bersama hujan, turun ke bumi dan menjadi tanah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gantengnya Gunung Sumbing (3371 mdpl)

7 September 2012   23:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:47 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adventure make me addicted :-D Sebuah Laporan Perjalanan Yang begitu Telat April 21~24th 2011 The next destination of our trip is Sumbing Mountain…… Berhubung naek gunung sumbing, jadi otomatis koleksi fotonya justru kebanyakan pemandangan gunung sindoro, pacarnya gunung sumbing hehe :-p Sindoro taken from Sumbing Hampir sama seperti Gepang (Gede Pangrango), Merapi dan Merbabu, kalau menyebutkan Gunung Sumbing pasti di identikan dengan Gunung Sindoro atau lebih afdolnya disebut Sindoro Sumbing. Letak ke dua Gunung tersebut berdekatan. Kalo paman google bilang si letak Sumbing ada di sebelah barat daya kota Temanggung dan sebelah Timur kota Wonosobo. Dan Gunung Sindoro terletak di disebelah barat laut Temanggung danTimur laut Wonosobo. Menurut cerita rakyat yang gw baca di 2ndchoices, cerita dari legenda setempat, kedua gunung ini adalah sepasang suami istri. Gunung Sumbing sebagai suami, dan Gunung Sindoro sebagai istrinya. Asal nama Sindoro pun berasal dan kata Si Ndoro yang berarti si wanita. Di punggung Gunung Sindoro menempel sebuah gunung yang dikenal sebagai Gunung Kembang dan dipercaya sebagai ‘putri’ dari kedua gunung tersebut. Sebenarnya kalau waktu mengizinkan gw pengin banget tuh langsung mendaki dua gunung itu. Tapi…berhubung waktu sempit, sementara rombongan kami beberapa orang juga udah kepayahan. Kita baru mendaki gunung Sumbing saja, mungkin lain kali kita bisa kembali ke sini dan mencumbu Sindoro hehe…Kita memutuskan untuk mencumbu Sumbing lewat jalur Garung yang emang paling terkenal dan menurut gw setelah sesampainya disana, basecamp Sumbing disini bagus dan dilengkapi toilet yang lumayan bersih (gw suka ni yang begini). Perjalanan kali ini diikuti oleh 12 orang (Rigel (gue), Dewi (perdana neh), Tyas (perdana juga), Uci, Jamie, Boy, Wawan, Galih, Budi, Heri, Sri Wahyudi, n Ical). Rencana kita akan berangkat tanggal 21 malam, dan taunya Si Boy dateng memperkenalkan pada kami K.O.M.A (KOmunitas penikMat Alam) entah di dapat dari mana tapi seinget gw si dari dulu jamannya pertama naek ke Gunung Gede kita berencana mendirikan komunitas dengan nama Teripala (Teri Pecinta Alam) tapi kalau tahu-tahu udah di tembak dengan nama Koma dan yang laen setuju aja, gw si ngikut ajah. Anak-anak yang ikut pendakian pertama ke Gede dianggap sebagai pendiri koma ditambah entah beberapa orang yang nyusul di pendakian berikutnya. Kalau gw pribadi sebenernya rada takut neh sama kata “koma” itu sendiri. Tahu sendiri lah kata koma bisa berarti juga sebagai ”suatu keadaan seperti terbius atau tidur nyenyak, dimana penderita tidak dapat dibangunkan sama sekali”. Walaupun dari kami sendiri sebenarnya kata ”koma” mempunyai filsafat laen, yang kita maksud koma adalah masih berlanjut, (to be continue) dan belum mencapai kata ”titik” atau ”berakhir”. Jadi kita punya harapan bahwa pendakian kita ini akan terus berlanjut dan berlanjut ^_^ nice juga kan??. Jadi ambil yang positif aja OK, jangan kata koma pada seorang penderita sakit, tetapi tanda baca dalam kalimat yang berarti belum berakhir. Seperti candaan kami bahwa Triple S (Sumbing Sindoro Slamet) maka berangkat menuju gunung tersebut juga identik dengan bus Sinar Jaya. Dan itu berarti kita (dari Cikarang) harus menuju pool sinarjaya di Cibitung yang kalau mendekati hari libur bakalan menjadi pasar orang mendadak, antreee sembako berupa tiket mudik. Dengan kondisi kita 12 orang, mendapatkan tiket bukan hal yang mudah tentunya, harus gerilya, lobi sana lobi sini dan alhamdulillah jam 11 malam kita berangkat.........(tiket dapet cuy tiket ke Wonosobo dengan harga kalau gak salah Rp 65.000,-). Enak-enaknya tidur, karena kami sebagian baru pulang kerja dan langsung Chao demi mendaki gunung, eh...tau-tau busnya mogok (ada-ada saja). Dari nyari tiket yang susah, bus mogok, duh perasaan gw kog jadi was was yach, serasa dihalang-halangi mau ke Sumbing ini, padahal ijin nyokap juga udah, berdoa juga udah. Dan dari sebab yang saya hubung-hubungkan sendiri sepertinya karena salah satu diantara kami pergi tanpa izin pada ortu, dan yang lebih fatal, kita naek bus 12 orang tapi yang nglobi tiket bilangnya Cuma 11 orang. Ow...ow...ow please guy....never did it again!!! Gw takut Alloh marah......... :-@

Ternyata dari kejadian mogok semalam…rintangan di jalan belum berakhir….perjalanan yang seharusnya kami planning sampai di Wonosobo sekitar paling lambat jam 09.00 pagi tanggal 22 molorrrrrrrrrr…macet gak ketulungan. Bus Sinarjaya kali ini mengambil jalur selatan (Bekasi(Cibitung) - Nagrek - Ciamis - Purwokerto – Wonosobo) dan rencana start mendaki setelah Jum’atan batal total. Kita sampai di terminal Wonosobo sekitar Jam 04.00 sore. Plan B akhirnya kami mengambil alternative mendaki malam hari (demi mengejar waktu), alhamdulillah semua setuju. Dari terminal Wonosobo kami nyarter angkot menuju Garung, kita sempetin makan dan sholat dulu di terminal biar sampai Garung bisa langsung prepare chao. Dan ow…ow…ow…masih ada bro rintangan berikutnya “HUJAN” tapi itu emang lagi musimnya si, kita berangkat dengan seragam jas ujan, yang ternya kalau di photo gw lebih mirip pake piyama dari pada jas ujan (maklum belum punya rain coat yang standar > bagus). Senter pun menyala menembus kabut kesana kemari, mencari jalur baru yang katanya si lebih mudah dan lebih yahuud. Pos Penjagaan-Kawasan Boswisen-Sedelupak Roto-Kawasan Pestan (pasar setan) setelah melewati pos ini, kita ngecamp, kurang lebih jam 12 malam, untuk kedua kalinya kita ngecamp di jalur tanggung (hampir sama seperti di Ceremai) kita sudah melewati tempat ngecamp pasar setan dan belum sampai ke pos berikutnya, walhasil tidak menemukan tempat yang lebih layak untuk mendirikan camp, sementara anggota yang laen sudah banyak yang loyo. Kita asumsikan saja jam tiga pagi berangkat summit attack, dengan perkiraan 4 jam nyampe puncak (kata Ranger kita waktu itu). Ranger dulu identik dengan bohong untuk menyemangati, dan kita berasumsi kalau dibilang 4 jam sampe puncak berarti tidak selama itu. Tapi kalau dibilang Cuma 15 menit itu kita harus mengartikan perjalanan sebenarnya masih jauh. Huft.... Kenyataaan ini salah total, Ranger kami kali ini jujur Brooooooooooooo...jadi yang dimaksud 4 jam ya = 240 menit, sementara dari tempat camp menuju puncak kita Cuma bawa bekal sedikit makanan dan beberapa botol air minum saja.
sindoro, sumbing
sindoro, sumbing
Sindoro taken from sumbing Ngomong-ngomong masalah pemandangan, dari pasar watu ke atas ampe puncak pemandangannya MasyaAlloh...T.O.P abis, Sindoro berdiri dibelakang kita dengan cantiknya, dengan bentuknya yang eksotis, awan terbentang di tengahnya ow...serasa di negeri atas awan, yeah ini taman langit kuwh ini taman mimpi kuwh. Back to masalah bekal yang kehabisan, karena salah perhitungan, hal ini menyebabkan 3 anggota kami tidak bisa ikut sampai puncak, Saudari Tyas karena laper dan terlalu capek, saudara heri karena mendampingi sang pacar –Tyas dan saudara Galih (Berry Non Prima) karena kakinya kesleo. Dipanggil Beri Prima sebenernya karena wajah doi emang mirip dengan sang Aktor kawakan Berry Prima dan berubah menjadi Berry non prima karena dia tidak bisa mencapai puncak dalam pendakian perdananya kali ini. Sempet lowh kita dengan tidak sengaja minta air sama rombongan yang mau turun, dengan menggunakan jurus perang no 36 (menurut film Dream High) yang berarti kecantikan, kita bisa mendapatkan air lowh wkkwkwkk dan karena lapar kita sempet mungut jadah (bukan berarti haram, yang gw maksud jadah disini, sejenis makanan mungkin ada yang menyebutnya uli, intinya makanan ini terbuat dari beras ketan yang di kukus kali ya – ah gw ga jago masak si). DEMI SURVIVAL tu makanan berjamur dilahap ajah, gw nyicip ajah dikit, toh masih tahan gak makan hehe... Setelah melewati watu kotak yang gw pikir sudah mendekati puncak, ternyat Cuma tipuan, dari sini kita baru menuju puncak yang sebenarnya. Jalurnya sedikit membuat gw merinding karena menurut gw keindahan dan kesunyiannya berkolaborasi menciptakan tenang yang sedikit menakutkan,  bentuk jalurnya menyerupai jembatan penyeberangan, kanan kiri terlihat jurang tapi dipenuhi pohon pendek dan berbunga (lagi-lagi aku tidak tahu namanya pohon apa, pohonnya pendek daunnya kecil dan dipucuk-pucuknya daunnya berwarna merah jadi terkesan seolah bunganya). Bener deh...gw sedikit takut, karena semakin menuju puncak jarak kami semakin lumayan jauh antara anggota satu dengan anggota lainnya. Disini juga gw sempet manggil si Boedy movic, takut gw salah jalan hikz untungnya masih terdengar jawabannya.
Rigel At Top of Sumbing Mt
Rigel & Dewi
KOMA at top of Sumbing Mt
Diana Rigel Centaurus Alhamdulillah setelah kehujanan, kecapean, kelaparan dan sedikit ketakutan akhirnya sang puncak menjabat ku dengan senyum kawahnya yang cantik. Seperti biasa acara narsis-narsis, jeparat jepret...untuk mengabadikan moment berharga ini. Setelah setengah jam lebih kita di puncak akhirnya kita memutuskan turun ke tempat tadi kita mendirikan tenda. Jalur yang licin membuat gw susah lari, padahal paling enak kan kalau turun lari, biar engsel di kaki juga gak keseringen ngerem yang bikin pegel-pegel keesokan harinya. Tapi beneran deh ini jalur baru emang membutuhkan sedikit kesabaran. Setelah area watu kotak ada tebing yang cukup curam jadi hati-hati juga pas turunnya, karena setelah tebing ini, deretan bukit yang gak tahu dimana ujungnya membentang lebar, kalau ke pleset bisa guling-guling tanpa rem deh, gak tahu kemana juntrungnya. Tapi disini juga gw punya kenangan ketemu seorang cowok yang super duper cool, n juga tampan hehehe, ga putih si tapi hitam manis dan matanya itu loch...mata elang xixixi aku pun tersepona maksudku terpesona. ( kesan macho bukannya yang begini neh .... ).  Jadi critanya gw nungguin temen yang dibelakang tuh (dewi sama wawan) biar gak kejauhan, takut juga kalau jalan sendiri. Pas itu tempatnya persis diatas bukit hijau ini.
Jurang bukit hijau xixi Gw niatnya si mau jadi orang sopan, ada yang mau lewat ya gw minggir, tapi begonya gw tuh kalau minggir selalu gak lihat-lihat, gw asal mundur aja, kasih jalan ke tuh cowok cakep yang sampai diakhir cerita nanti tetep aja gw gak tahu namanya dan gw sebut sebagai Pangeran Sumbing. Yach gw mundur dan karena dibelakang gw jurang bukit hijau (sebut saja begitu) walhasil gw kepleset lah, untungnya tuh cowok ngraih tangan gw dan gw gak jadi deh jatuh ke jurang. Padahal si dalam hati gw jatuh juga gak apa-apa, tapi si cowok juga ikut jatuh ama gw jadi kan nanti kayak di film-film india dengan slow motion oh indahnya (guling guling bareng di rumput menuju jurang wkwkwkwkk – kuch-kuch hota hai). Gw mengakhiri fantasi gila gw jatuh bareng dia, dan mengucapkan terimakasih. Si pangeran pun berlalu hikz... Setting lucunya, gw waktu itu pakai jas ujan yang udah sobek parah bagian celananya tapi tetep aja gw paksain coz dari pada clana gw yang sobek, mending sekalian jas ujan yang dikorbanin, terlanjur sobek dan tak niat aku lepaskan sampai bawah nanti, bodo amat yang liat nganggap aneh or mikir kalau gw gak waras, yang penting gw gak basah kuyup karena ujan, dan celana gw gak robek xixixi, malu sama si Pangeran doank.  Padahal si beberapa orang juga sempet bilangin ”Udah si Day....dibuang aja tu celana kayaknya bikin ribet aja” yang liat ribet emang, tapi gw enggak wkkwkwkwk. Sepanjang jalan terdengar bunyi ”srek srek srek” akibat gesekan celana jas ujan gw yang sobek, gapapa buat musik. Jam 12 siang kita beres-beres tenda, bayangkan dimana jam tidur kita wkwwkkwk tadi malam bentar doank, tapi lagi-lagi mau ngejar bus untuk minggu pagi, jadi semangat !!!!!!! kita turun tapi kemudian...BYUR....Hujan turun sedemikian derasnya. Oh tak habis jua nih rintangan.... Dan kalau ada yang bilang di gunung kita bakan tau siapa kita, siapa temen-temen kita karena semua watak nya kan keliatan jelas saat digunung, itu benar sodara-sodara, salah satu watak gw yang emang keliatan ya watak judes n pemarahnya itu lowh....dah sering gw tahan-tahan yang ada ya diem...dan diem gw bikin orang pada salting katanya si. Disini si dewi yang masih pemula ternyata tidak melapisi semua barang bawaan dengan kantong plastik, akibatnya bisa ditebak, barang bawaan semakin berat, karena air meresap. Watku itu si Ical yang emang deket ama dia (dan dengan melihat kondisi bahwa dia cowok), gw minta bantuan untuk ngebawain bawaan dewi yang ternyata kalau di angkat emang lebih berat dari daypack Ical sendiri, tapi apa sodara-sodara? Dia gak mau...buset dah...disini gw mulai tuh emosi, si heri juga, akhirnya daypack gw dibawa ma Wawan, career dewi gw yang bawa (yang penting dia bisa jalan aja sampe pulang). Eh dah nangis dia, kakinya lecet, perjalanan pulang tetep dilanjut walau hujan, mendekati perkampungan yang laen semakin semangat tapi dewi semakin down karena kakinya itu. Teman-teman sudah kembali ke basecamp saat aku dan dewi tertinggal dibelakang dan disuguhi jalur seram menuju perkampungan. Kenapa dibilang seram?? yang laen dah nyampe, aku masih jalan pelan dibelakang, dengan mood agak kesal, coz dewinya dibilangin malah ngeyel. Maksud gw, kondisi apapun sebaiknya bertahan dulu aja deh mengimbangi teman-teman, karena kaalau bigini jadinya, kemalaman dalam perjalanan kan repot juga, bayangin aja magrib-maghrib di ladang, jalan pulang penuh pohon bambuuu....serem..... Cape ah ngegosip, eh bercerita, intinya kita tetep nyampe kog ke basecamp meskipun paling telat. Malam minggu berdingin-dingin ria di basecamp sumbing, coz kita terlambat dan tidak mungkin mengejar bis sinar jaya malam ini. Jadi kita putuskan pulang ke cikarang besok pagi, ikut tiket yang angkatan jam 07.00 pagi. Ternyata melewatkan satu malam juga bukan hal yang mudah bagi gw, alasan pertama, seperti kebiasaan sebelumnya, abis turun gunung kebiasaan gw langsung keguguran alias dateng bulan hari pertama, wuih pegel mua neh pinggang, alasan ke-2, gw harus tidur di tiker karena ga bawa sleeping bag, tidur gitu aja ngegeletak tanpa selimut dst...bayangin dinginnya....lamanya menunggu pagi hikz. Sampe akhirnya pagi datang, aku kebangun jam 3 pagi saat tim SAR membawa beberapa orang pendaki yang terkena hipotermia. Dan aku kagum sam tim SAR sumbing, sigap, cepat dan terampil. Tadi pas turun sama dewi, kita papasan di perkebunan sekitar jam 6 sore dan mereka bilang mau evakuasi, dan lihat lah...dengan membawa tubuh pendaki di punggung mereka, mereka sudah bisa turun jam 3 pagi, kalau gw????????????? Ya gempor. Pokoknya salute deh buat kalian. Esoknya kami pulang ... menuju terminal Wonosobo, sarapan, poto2 bentar critanya si pelantikan buat yang baru pertama ikut pendakian hehe (ga resmi-resmi amat) asal dapat Badge aja hehe...
Pelantikan Komers baru hehe Ya sudah....kita ketemu lagi aja ya di NEXT ADVENTURE C U....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun