Eco enzyme adalah cairan dan ampas yang dihasilkan melalui proses fermentasi limbah organik dari dapur seperti sisa-sisa buah dan sayuran. Penemu eco enzyme adalah Dr. Rosukon Poompanvong, seorang pendiri asosiasi pertanian organik Thailand. Eco enzyme menjadi salah satu upaya menyelamatkan bumi dari kehancuran. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat eco enzyme sangat mudah yaitu sampah organik, gula dan air.Â
Dengan perbandingan 3: 1: 10. Sampah organik dapat berasal dari sampah buah atau sayuran yang masih segar, tidak busuk dan bukan hasil olahan masakan. Contohnya adalah mentimun, kulit jeruk, tomat, kulit melon, kulit semangka, nanas, dll. Adapun gula yang digunakan boleh gula jenis apapun seperti gula jawa, gula aren, gula merah dan molase.Â
Namun, tidak disarankan menggunakan gula pasir. Kemudian air yang digunakan adalah air keran, air PDAM, air buangan AC dan air hujan yang sudah diendapkan agar kotorannya tidak tercampur.
Adapun alat yang digunakan sangat sederhana yaitu botol bekas terbuat dari plastik. Dianjurkan dengan mulut botol yang lebar untuk memudahkan dalam memasukkan bahan organik. Tidak disarankan menggunakan kaca karena mudah pecah dan kaleng karena mudah berkarat. Untuk langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Pilah-pilah sampah organik yang masih terlihat segar, tidak busuk, tidak keras, dan tidak terdapat belatung.
- Ukur dan timbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan formula bahan yang yang telah ditentukan. Misalkan jika wadah botol yang digunakan adalah 1,5 L maka air yang dapat dimasukkan adalah 60% dari keseluruhan yaitu 1000 mL. Oleh karena itu, kita menimbang 100 gram gula dan 300 gram sampah organik.
- Masukkan air ke dalam wadah.
- Masukkan gula jawa / gula aren / molase kemudian aduk hingga larut.
- Masukkan sampah organik kemudian aduk hingga merata dan tutup wadah dengan rapat.
- Letakkan wadah ke tempat yang tidak terkena sinar matahari dan terhindar dari tempat yang kotor serta berbau tajam.
- Fermentasi bahan dilakukan selama 3 bulan. Pada 2 minggu pertama tutup wadah harus di kendurkan sehari sekali untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan selama proses fermentasi. Jika tidak maka eco enzyme berpotensi meledak.
- Setelah fermentasi selesai, ambil cairan hasil fermentasi menggunakan saringan, kemudian sisihkan ampasnya untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
- Simpan cairan fermentasi tersebut ke dalam botol kemasan plastik, kemudian tutup rapat botol.
Cairan dari hasil fermentasi tersebut dapat digunakan sebagai cairan multifungsi. Diantaranya untuk dibuat pembersih lantai, antiseptik, pupuk cair, pembersih udara, campuran bahan kebersihan (sabun, sampo, pasta gigi), toner wajah, dll. Banyaknya manfaat yang dihasilkan setelah membuat eco enzyme adalah suatu bonus, tetapi tujuan utama kita adalah tetap menyelmatkan bumi agar terus lestari untuk masa depan anak cucu bersama.
Kegiatan pelatihan di Panti dimulai dengan pembukaan, pemaparan dari pemateri, demonstrasi dan praktik anak-anak. Dengan praktik tersebut, anak pasti dapat mengulanginya lagi di kemudian hari. Kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab. Melihat keantusiasan anak-anak, mahasiswa yakin bahwa program ini akan berlanjut dan menjadi harapan baru untuk generasi aisyiyah penyelamat bumi. Karena untuk menyelamatkan bumi kita tidak membutuhkan supermen tetapi kita membutuhkan superteam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H