Mohon tunggu...
Diana Restiani
Diana Restiani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Praktik Feodalisme Jawa dalam Novel "Gadis Pantai"

8 Mei 2018   09:44 Diperbarui: 8 Mei 2018   10:49 3368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama sejak kepergian pembantu setianya itu datanglah seorang wanita muda sebagai pelayan yang sangat menggelisahkan hatinya. Mardinah namanya dia diutus oleh Bendoro Putri Demak untuk bekerja di rumah Bendoro dan membantu Gadis Pantai. Akan tetapi Mardinah bukan orang dari Desa, Mardinah mengaku ayahnya merupakan Jurutulis, mardinah bisa membaca, lahir di Kota Semarang dan umurnya 14 Tahun. 

Dilihatlah Mardinah lebih seksama oleh Gadis Pantai, tubuhnya lebih tinggi darinya, parasnya cantik, bersih, jernih dan Gadis Pantai mengakui Mardinah terlalu cantik dan muda untuk menjadi pelayannya. Itulah yang membuat hati Gadis Pantai Gelisah. Mardinah juga bersikap kurang sopan terhadap Gadis Pantai bahkan sampai berniat membunuh Gadis Pantai dan kelak menggantikan posisi Gadis Pantai sebagai Mas Nganten dan kawin dengan Bendoro.

Setelah itu Akhirnya Gadis Pantai sadar bahwa pernikahannya hanya percobaan saja dan Bandoro akan menikah lagi dengan wanita segolongan. Setelah banyak hal yang sudah terjadi antara Gadis Pantai dan Mardinah, Gadis pantai meminta izin kepada Bandoro untuk mengunjungi orang tuanya di Kampung Nelayan. Disitu dia mengalami perubahan perilaku orang kampung terhadap dirinya. Dia dianggap Bendoro, priyayi bukan orang kampung lagi. Itu merupakan hal yang sangat menyedihkan dan menyakitkan buat Gadis Pantai.

Sepulangnya dari Kampung Nelayan, Gadis Pantai dikabarkan mengandung anak Bandoro, semua orang berharap bayi laki-lakilah yang dilahirkan Gadis Pantai akan tetapi ia melahirkan bayi perempuan. Setelah 3 bulan anak itu lahir, Bendoro belum pernah mengunjungi bayi itu, sampai suatu ketika bapak Gadis Pantai berkunjung ke rumah Bendoro dan bermaksut menjemput Gadis Pantai. 

Ternyata Bandoro telah menceraikan Gadis Pantai dan diusirlah Gadis Pantai dari rumah Bendoro. Bayinya ditinggal disana, tidak boleh ikut bersama Gadis Pantai. Usaha Gadis Pantai untuk membawa anaknya ikut bersamanya pun musnah karena saat bayi itu ia bawa lari, di rebut paksa oleh Bendoro. Inilah akhir kisah tragis si Gadis Pantai.

Kisah ini berhenti pada akhir yang menjelaskan bahwa dahulu pernikahan hanya untuk kesenangan para penguasa saja. Sejarah dan kisah Gadis Pantai dibuat sejalan sehingga tidak menghilangkan unsur sejarah pada zamannya. 

Dari novel ini juga membuat pembaca merasa kesal karena sifat kemanusiaan pada zaman dahulu sangat rendah, kaum feodal memberdaya kaum golongan bawah begitu kejam. Kehidupan gadis zaman dahulu memang tidak jauh dengan perjodohan yang hanya mementingkan kesenangan dan kepuasan seorang penguasa.

Kisah Gadis Pantai ini adalah buku karya Pramoedya Ananta Toer pertama yang saya tamatkan. Meski tidak terlalu tebal, saya memerlukan waktu beberapa saat setiap membaca untuk bisa memahami apa yang terjadi. Penulis tidak menjabarkan secara detil suatu peristiwa atau fakta dalam cerita tersebut. Meskipun ceritanya berakhir tragis saya menyukai gaya penceritaannya di awal yang seperti teka-teki. 

Memang di bagian awal hingga pertengahan, alur ceritanya berjalan lambat dan membosankan, tapi di separuh bagiannya banyak hal yang menarik dan membuat penasaran untuk segera menyelesaikan buku ini.

Judul                     : Gadis Pantai
Penulis                : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit              : Lentera Dipantara
Tahun Terbit    : Cetakan pertama, Juli 2003
Tebal                    : 272 hlm.
ISBN                     : 979-97312-8-5

Profil Penulis Buku :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun