Mohon tunggu...
Diana Ratri
Diana Ratri Mohon Tunggu... Psikolog - Praktisi Psikologi Industri dan Organisasi yang menekuni bidang pengembangan karier

Psikolog Bidang Industri dan Organisasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Siapkah Memberikan Kesempatan Kedua Setelah Pengkhianatan?

9 September 2020   07:52 Diperbarui: 9 September 2020   12:18 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu kenyataan buruk yang tak pernah diinginkan seorang pun di dunia adalah dikhianati. Terlebih dalam sebuah hubungan, akan sangat menyakitkan dan membuat tidak nyaman jika pengkhianatan dilakukan oleh pasangan yang telah kita percaya.

Hal tersebut tentu membuat kita merasa hancur. Namun karena berbagai hal, terkadang kita memiliki keinginan untuk memberikan kesempatan kedua sebagai sebuah cara yang perlu dilalui.

Proses yang tidak mudah memang. Namun, bukan tentang pilihan untuk memberi kesempatan ini yang terpenting. Konsekuensi dari hal tersebutlah yang perlu kita pahami sehingga kita bisa menjadi pribadi yang lebih siap untuk memberikan kesempatan kedua.

Tak dipungkiri bahwa kita akan merasa khawatir apakah kita bisa membangun kepercayaan setelah dicurangi? Berbagai prinsip dalam kehidupan telah mengajarkan kepada kita bahwa kepercayaan adalah pondasi dalam membangun hubungan yang sehat.

Lalu apa yang perlu kita lakukan saat pondasi itu dihancurkan? Kita perlu berusaha keras untuk membangun kembali kepercayaan. Hal ini memang tidak mudah, namun hal ini masih mungkin untuk kita lakukan.

Ada banyak orang yang tetap masih ingin mempertahankan hubungan dengan pasangannya setelah terjadinya pengkhianatan atau perselingkuhan. Para peneliti menyebutkan sekitar 60% hingga 75% pasangan ingin mempertahankan hubungan.

Tak hanya sekedar bertahan, bahkan kita juga membutuhkan hubungan kita tumbuh menjadi penuh kasih sayang dan saling percaya seperti dulu. Mari kita belajar bersama untuk membangun kembali kepercayaan yang sempat terluka. Lalu apa saja yang perlu kita lakukan?

Terbuka terhadap emosi yang ada di dalam diri
Kadang ada orang-orang yang menahan emosi yang ada di dalam mereka dan berpikir bahwa hal tersebut adalah cara terbaik.

Meneriaki pasangan sekuat tenaga memang bukan merupakan langkah yang tepat. Menyakiti pasangan pun bisa jadi menyakiti diri kita sendiri. Bisa jadi hal tersebut justru akan menjadi hal yang kita sesali di kemudian hari.

Proses yang perlu dilakukan adalah membuat pasangan kita mengetahui secara tepat bagaimana perasaan kita setelah mendapatkan pengkhianatan. Kita boleh menangis, berduka, dan membicarakan rasa sakit itu.

Mengendalikan emosi dan membicarakan secara terbuka bersama pasangan dapat mengurangi penghalang komunikasi dalam hubungan kita.

Jangan mengabaikan apa yang sedang terjadi
Hal yang lebih berbahaya daripada menahan emosi adalah mengabaikannya. Jika hal ini dilakukan, maka kita akan semakin kesulitan untuk membangun kembali kepercayaan. Kita tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang mendasar dalam hubungan yang telah dibangun.

Hal ini juga bukan berarti bahwa kita menyalahkan diri kita dengan hal-hal yang telah terjadi. Penyelesaian masalah hingga hal yang paling mendasar akan membuat hubungan kita menjadi jutaan kali lebih kuat.

Mengetahui masalah yang mendasar juga membuat kita semakin paham apakah hubungan kita layak dipertahankan atau diakhiri. Jika pasangan menitikberatkan kesalahan pada diri kita, maka kemungkinan besar bahwa tidak ada gunanya lagi untuk memperjuangkan hubungan tersebut.

Hindari menjadi mata-mata untuk pasangan kita
Beberapa pasangan membuat kesalahan dengan berpikir bahwa membangun kepercayan dapat dilakukan dengan melihat dan mengetahui setiap kegiatan yang dilakukan pasangan. Sangat menggoda memang untuk melakukan hal ini di masa-masa hancurnya kepercayaan kita terhadap pasangan. Hentikan!!

Hal tersebut justru akan menghancurkan kepercayaan dalam jangka panjang. Memeriksa ponsel pasangan hinga puluhan kali, melacaknya, atau perilaku lain sebagai pengawasan bukanlah langkah yang tepat untuk membangun kepercayaan. Hal itu justru mengingatkan kepada pasangan kita bahwa sebetulnya kita tidak mempercayai mereka.

Fokuslah pada saat ini dan berorientasi pada masa depan
Sesaat setelah kita dikhianati, maka tak mudah bagi kita untuk menjalani rutinitas. Kita akan mudah teringat dengan bayangan masa lalu maupun pengkhianatan yang terjadi.

Bisa jadi kita memikirkan kejadian tersebut terus menerus dan menyesali diri setelah pengkhianatan yang terjadi. Namun, bukan demikian caranya jika kita akan membangun kembali kepercayaan setelah pengkhinatan.

Untuk membangun kembali kepercayaan maka kita perlu melakukan usaha terbaik untuk fokus ada hari ini dan masa depan. Daripada memikirkan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah pengkhinatan, fokuslah pada saat ini dan masa depan dengan hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kita.

Lakukanlah konseling jika diperlukan
Salah satu solusi praktis untuk membangun kembali kepercayaan adalah dengan melakukan konseling. Kadang-kadang kita membutuhkan pihak ketiga untuk membantu menemukan cara mengembalikan hubungan agar kembali pada jalurnya.

Kadang-kadang membicarakan dengan keluarga maupun teman cukup membantu. Sebaliknya, tak jarang mereka justru mengakhiri dengan pengaruh negatif. Hal ini mungkin terjadi karena mereka sangat menyayangi kita dan tidak mau kita terlukai.

Oleh karena itu, mereka memiliki bias saat memberikan saran kepada kita. Selain membuat kita merasa didengarkan oleh seseorang selain pasangan kita, beberapa pasangan juga melakukan konseling untuk membangun hubungan yang sehat dan bahagia. Tidak perlu malu untuk menemui seorang profesional karena konseling bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan.

Percayakan pada diri kita
Jika kita bisa percaya pada diri sendiri, maka kita akan mampu untuk percaya kepada pasangan kita. Terkadang pasangan yang dikhianati meragukan dirinya sendiri. Jika kita menemukan pertanyaan "haruskah saya melakukan sesuatu yang berbeda?", maka kita perlu mundur selangkah.

Ingat, diri kita memiliki kecerdasan dan mempercayai perasaan yang kita miliki, dan semuanya akan baik-baik saja saat kita melangkah maju. Ha ini juga penting sebagai pengingat bagi diri sendiri jika kita dikhianti lagi maka kita akan selamat. Hanya dengan memiliki kepercayaan penuh kepada diri sendiri, maka kita bisa memiliki kepercayaan kepada pasangan kita.

Mengomunikasikan tentang komunikasi
Banyak pasagan yang melakukan pengkhinatan disebabkan karena masalah komunikasi yang terjadi sebelum pengkhianatan. Namun hal ini tidak berarti bahwa komunikasi yang kurang baik dapat dijadikan alasan untuk melakukan pengkhianatan.

Justru komunikasi yang baik dapat memperkuat hubungan. Berbagai alasan yang menyebabkan pengkhinatan terjadi biasanya berkaitan dengan pasangan yang merasa bahwa kebutuhan mereka tidak terpenuhi.

Nah siapkah kita memberikan kesempatan kedua bagi pasangan kita? Kita juga bisa melibatkan pasangan dengan mengkomunikasikan bahwa kita akan berusaha untuk membangun kepercayaan lagi kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun