Mohon tunggu...
Diana Putri
Diana Putri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - cagur

Sedang berusaha mengurangi konsumsi kopi,gula,dan tepung berlebih. Mengisi hari-hari dengan niatan mengurangi konsumsi beberapa hal diatas dengan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Mengantri Ketika Menjadi Santri

16 November 2018   01:44 Diperbarui: 16 November 2018   03:20 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santri identik dengan sarung, peci, kitab ( dalam bahasa arab) atau buku yang selalu ia bawa kemana -- kemana, dan tak lupa Al- Qur'an. Banyak orang yang mengartikan santri itu sebagai orang yang belajar agama di pondok pesantren sampai mereka lulus. Dan agar bisa lulus diperlukan beberapa tes yang mungkin menurut sebagian orang tidak masuk akal.

Bukan hanya sistemnya bahkan bagaimana cara mereka hidup, dimana didalamnya mereka harus bersama -- sama dengan banyak orang dan menggunakan fasilitas yang sama dan tentu setiap orang memiliki karakter berbeda ada yang bersih ada yang jorok. Dimana mereka harus berkumpul menjadi satu. Atau lebih tepatnya berbagi nafas dalam satu lingkup. Bagaimana mereka dapat terus hidup dalam keadaan terkekang, banyak aturan, banyak kegiatan yang harus mereka lakukan dengan ikhlas atau bahkan hanya untuk menghindar dari hukuman.

Hal -- hal diatas merupakan pemikiran orang awam (orang -- orang yang sama sekali belum pernah mencoba hal ini, yaitu nyantri) menurut versi saya dan menurut pandangan saya. Yang dulu sempat saya rasakan sebelum saya mencobanya sendiri.

Tanpa mereka ketahui bahwa sebenarnya dalam kehidupan nyantri yang menurut banyak orang yang tidak tahu akan berfikir  bahwa hal diatas adalah sebagian hal yang salah. Bisa jadi hal diatas merupakan sistem untuk membentuk karakter santri yang nantinya dapat berguna bagi nusa dan bangsa selain itu juga santri dipersiapkan untuk menghadapi kerasnya dunia. Baik secara Rohani dan Jasmani.

Dibawah ini saya akan mencoba memaparkan manfaat atau hikmah yang dapat kita ambil dari hal -- hal yang menurut orang awam merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk dibayangkan caranya.

  • Antri : Antri merupakan suatu hal yang wajar, pasti, dan sering dilakukan santri ini dalam semua keadaan. Bahkan dalam hal paling sederhana yaitu naik tangga mereka harus mengantri. Hikmah yang dapat saya ambil dari sini adalah Kesabaran adalah tonggak utama, dari hal ini mereka harus tahu bahwa dalam hal paling sederhana pun kita harus benar -- benar sabar dan ikhlas ketika melewatinya, dan disisi lain penekanan sikap menyepelekan suatu hal yang sederhana sangat terlihat disini. Sehingga diharapkan para santri ini dapat sabar dan selalu bersyukur dalam keadaan sesederhana apapun tanpa boleh menyepelekan suatu hal.
  • Pembatasan  Penggunaan Teknologi : Dalam hal ini mungkin sudah tidak seramai dulu, sekarang mungkin hanya sebagian yang masih melakukan sistem ini. Dimana para santri tidak boleh membawa handphone karena takut mengganggu kegiatan belajar mereka. Tapi tenang, pihak pesantren memberikan fasilitas telepon rumah untuk mereka. Sehingga untuk menghubungi orang tua mereka menggunakan 1 telepon rumah tersebut. Dan kembali lagi mereka harus mengantri. Tidak hanya itu waktu menelpon merekapun dibatasi waktu karena kembali lagi mereka harus bergantian. Hikmah yang dapat saya ambil disini adalah dimana kita memiliki momen untuk membicarakan atau mengutarakan sesuatu hanya hal yang penting, atau pas dan jelas sesuai tujuan kita menelpon. Tidak ngelantur kesana kemari, sehingga kita lebih menghargai momen atau waktu yang berharga tersebut dengan baik.
  • Berbagi dan Menerima :Hidup dengan banyak orang disekitar kita bukan hanya di sekitar bahkan berdekatan akan membuat kita mau tidak mau, membagi atau dibagi, karena kembali lagi hidup bersama. Dari mulai membuka mata (bangun tidur) sampai menutup mata (tidur) kita bersama mereka. Tidak mungkin kita tidak membutuhkan bantuan mereka walaupun sedikit. Karena kita selalu berhubungan dengan mereka. Bagaimanapun keadaan mereka baik buruknya hanya orang -- orang yang ada disekitarnya yang mampu menjadi pelengkapnya. Sehingga menerima disini sangat diperlukan karena kembali lagi bahwa pada dasarnya kita saling melengkapi. Hikmah yang dapat saya ambil dari sini adalah bagaimanapun keadaannya kita pasti akan dibantu dan mau tidak mau kita juga harus kembali membantu karena tidak mungkin kita membawa hutang budi hingga mati. Selain itu menerima suatu hal atau kondisi memang sulit tapi tidak dapat dipungkiri dalam suatu hal buruk aka nada baiknya begitupun sebaliknya yang dapat kita jadikan pelengkap. Dengan adanya pemikiran seperti itu dapat membuat kita semakin dapat menerima.

Beberapa hal diatas adalah beberapa hal yang menurut saya mampu dijadikan pembelajaran untuk survive, terjun kedunia yang persaingan bukan hanya dengan orang yang kita tahu atau kenal tapi dengan banyak orang yang bahkan kita tidak pernah lihat sebelumya. Hal -- hal diatas dapat digunakan untuk melatih dan mengendalikan hawa nafsu terlebih untuk remaja yang pada fase ini manusia merasa paling benar, apa -- apa yang ia mau harus didapatkan karena merasa sudah besar, dimana emosi belum dapat terkontrol dengan stabil, dimana seakan -- akan dunia harus  tunduk kepadanya. Dan melihatnya. Dengan adanya pembelajaran ini diharapkan mampu sedikit menekan beberapa hal yang menggebu dalam proses menuju masa dewasanya dengan baik. Salamsharing  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun