Mohon tunggu...
dian apendiani
dian apendiani Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga, sesekali jadi guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Golongan Darah

19 Maret 2014   05:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Golongan Darah


Bukan tidak ada alasan, ketika kita mengisi bio data, ada pertanyaan mengenai golongan darah. Informasi mengenai golongan darah biasanya harus kita isi pada bio data sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Alasannya, paling tidak kalau terjadi kecelakaan (mudah-mudahan tidak terjadi kan!), pihak sekolah  (atau institusi manapun), mengetahui golongan darah kita dan bisa melakukan pertolongan dengan cepat.


Tapi lain halnya dengan anak saya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, masalah golongan darah rupanya merupakan masalah yang cukup membuat galau. Sudah berbulan-bulan yang lalu, dia bertanya mengenai golongan darahnya. Karena saya belum punya waktu (atau malas) untuk memeriksakan golongan darahnya ke puskesmas, tentu saja saya jawab bahwa kemungkinan golongan darahnya B, sama seperti abang-abangnya. Tapi karena belum pernah diperiksa, rupanya anak saya meragukan jawaban yang saya berikan.


Kegalauannya terus berlanjut. Selidik punya selidik, sumber kegalauannya adalah ketakutannya mempunyai golongan darah yang berbeda dengan abang-abangnya dan takut disebut anak pungut.


Saya, sebagai orang tua yang mengaku sibuk, rupanya tidak terlalu memikirkan kegalauannya tersebut. Malahan, kami sering menggoda ketakutannya sebagai anak yang tertukar. Tadinya hanya bercanda saja, tapi rupanya sikap itu bukanlah sikap yang bijaksana sebagai orang tua. Karena menganggap remeh masalah golongan darahnya. Alhasil kegalauannya bertambah-tambah. Makin seringlah anak saya meminta untuk diperiksa golongan darahnya.


Akhirnya kesadaran sebagai orang tua melihat sikap galau anaknya membuat saya membawa anak saya ke poliklinik untuk memeriksa golongan darahnya. Sebelum berangkat ke poliklinik, kegundahan anak saya meningkat. Ini membuat saya tersenyum simpul, karena tentu saja saya yakin dia anak kandung saya(wong saya yang melahirkannya).


Hasil pemeriksaan golongan darah anak saya ternyata bukan golongan B, tapi golongan darahnya O. Tapi, anak saya tetap tersenyum ceria karena tahu bahwa golongan darah bapaknya B, tapi golongan darah mamanya O.


Mungkin kita harus mulai melihat segala sesuatu bukan dari pandangan kita, tapi melihatnya dari pandangan anak kita. Kadang, kita sebagai orang tua, terlalu meremehkan hal-hal yang oleh anak kita dianggap sebagai masalah yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun