“tolong ditanda tanganin ,wak,””kusodorkan surat itu depan wak safar,aku juga membukakan pulpen bertinta hitam untuknya,tangan wak safar terlihat gemetar saat menggerakkan jemari,membubuhkan tanda tangan diatas namanya,tapidia tetapberusaha tersenyum ketika mengembalikan surat itu padaku,
Kembali hening,danaku tak kuasa untuk berkata apa-apa sampai berpamitan padanya selain ucapan,
Saya pulang wak,jaga kesehtan,dia mengangguk,kutinggalkan saja sebuah amplop yang sudah kusiapkan sejak dari Jakarta,wak safar berusaha menolaknya,tapi aku tak mengubris,aku bergegaspergi dan hatiku tersa basah,,
“Abang yakin izinkan ibu pulang dan tinggal dirumah itu?tanya istriku,,Aku memandangnya dan menganggukkan kepala
“sendiri?”
“dengan siapa lagi?kita?aku balik bertanya
“Tapi ibu sudah tua,bang,”istriku meletakkan majalah langganannya,dia menarik punggungnya dari sandaran ranjang dan menatapku yang berbaring disebelahnya,kututup buku yang sedang kubaca,menatapnya lama,,,
“Rayu ibu agar mengurungkan istrinya,pinta uwaksafar kembali kekampung dan menunggu rumah itu,aku gak tega membayangkan ibu sendiri disana.”
“masak iya,abangtega suruh ibu tinggal sendiri,”istriku merengut,
Aku terdiam,hentilah,kita bicarakan denagn ibu lagi,,’”mataku kembali menekuni halaman buku yang ku baca,sesungguhnya aku tak bisa konsenterasi,,pikiranku berkecamuk,antar ingin menurutipermintaan ibu dan mendengarkan ucapan istriku,
Keinginan ibu untuk pulang kampung dan menjaga rumah limas keluhurnya benar-benar tak bisa digoyahkan,,,segala cara sudah aku lakukan,pun istriku,termasuk memintanya untuk merayu uwak safar kembali kekampung kami,dia memang melakukan itu,dia memang ingin wak safar yang menunggunya seperti yang lumrahnya terjadi,tapi wak safar tak ingin,dia tak bisa ,aku tahu wak safar punya harga diri dia pasti merasa malu pada ibu,