Mohon tunggu...
dian anggraini
dian anggraini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Limas Ibu

1 Juni 2016   15:07 Diperbarui: 1 Juni 2016   15:15 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“bagi ibu rumah ini adalah sebagian dari dirinya,hidupnya setiap jengkalnya merekam semua tentang dia,cinta kerinduan,kebahagiaan,bahkan kesepian dan kegalauan yang perlahan-lahan menggoritinya akhir-akhir ini.

“ibu yakin ingin menebus rumah itu?”dan aku menatap lekat-lekah wajahnya,mata ibu semakain berkaca-kaca aku paham dengan isi kepalaku saat ini,seperti yang kami pahami bersama,tak seharusnya anak perempuan yang menjaga rumah limas,menghidupkan garis keluarga,,,tak seharusnya,tapi,,,ibu,,,,

“ibu yakin,,,”desisnya terdengar gamang,bergetar,tapi ingin terdengar begitu mantap,aku menghela nafas lagi,,

Tekat ibu benr-benar bulat dan aku tak kuasa untuk menolaknya,atas desakan ibu,aku minta cuti,dari kantor dan menemui uwak safar yang sudah dipindah ke prabumulih.ternyata dia sudah membuang dirinya lantaran malu karena harta bendanya habis bahkan ruamah leluhur satu-satunya terancam hilang.

“ibumu yakin ingin menebus rumah itu?”suara uwak safar terdengar gemetar,jelas sekali kegalauan menyatapi tiap jengkal wajahnya,akupun paham dengan isi kepala uwak safar,ini bukan hal yang lumrah,pasti orang-orang akan mencibir wak safar,dia akan dianggap anak laki-laki yang tak berguna,tak bisa meneruskan garis leluhurnya,dan pastinya wak safar akan benar-benar terbuang setelah ini,dia tak akan mau lagi menjejakan kakinya dikampung kami,apalagi menyetor wajah-wajahnya pada orang-orang disana,,,,

“ibu yakin,wak,,”aku tak sanggup menatap mata wak safar yang dipenuhi kuncup-kuncup basah,hatinya pasti perih,tapi tak berdaya ,,”ibu tak iklas jika rumah ini sampai berpindah tangan yang bukan dari keturunan kita,,,uwak safar menganggu-angguk kepalanya

“”kata ibu”suaraku melirih “berapa yang harus bayar ke uwak?

Uwak safar mengangkat wajah tuanya dan aku tak menduga sama sekali ketika sepasang air mata meluncur jatuh dilandai pipinya yang sudah mengeriput,tergesa-gesa dia menghapus air mata itu dengan telapak tangannya,aku jadi serba salah,,

“Tak usah ,,wak sudah bersyukur jika ruamh itu jatuh ketanganmu,bukn ketangan orang lain,menebusnya juga tak murah,,

Aku makin terdiam,rasanya aku ingin memeluk uwak safar dengan erat,menguatkan hatinya yang terluka,tapi aku justru bergeming,aku bingung harus berbuat apa,melihat sosoknya yang makin ringgih,aku jadi teringat almarhum ayah,seharusnya dimasa itu wak safar dia bisa hidup bahagia dengan istri,anak menantu dan cucu-cucunya,menghabiskan sisa usia tanpa memikirkan hidup yang ruwet,

Aku membuka tas,mengeluarkan selembar surat berpindah tangannya rumah itu dari wak safar dan ahli warisnya kepada ibu dan aku,adapula surat yang sudah kusiapkan untuk ditanda tangani surat diatas materai,agar tak terjadi hal yang diinginkan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun