Pekanbaru -- Satreskrim Polresta Pekanbaru mengamankan 2 pemuda berinisial RS (22) dan MB (17) beserta 12 orang remaja dibawah umur dikarenakan keterlibatan mereka dalam aksi penganiayaan di Jalan Jenderal Sudirman, Minggu (18/12) sekitar pukul 03.00 WIB.
Penganiayaan tersebut bermula saat korban berinisial DW (22) dan R (20) sedang melintas di Jalan Jenderal Sudirman, tepat di seberang gedung pengadilan tinggi Riau. Tiba-tiba gerombolan remaja tersebut datang dan memukul kepala DW menggunakan besi.
Pria Budi, Kapolresta Pekanbaru menjelaskan bahwa pemuda berinisial RS memerintahkan MB untuk memukul korban tanpa alasan yang jelas. Korban berusaha melarikan diri, akan tetapi mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh di depan Hotel Tjokro. Saat mereka terjatuh, para pelaku kembali memukuli DW sementara R berhasil melarikan diri. detik.comÂ
Beberapa hari kemudian, para pelaku akhirnya berhasil diamankan di Bangkinang, Kampar pada hari Senin (26/12). Mereka ditangkap ketika berusaha kabur dari kejaran polisi Pekanbaru.
Kejadian tersebut lantas menimbulkan keresahan bagi warga sekitar. Banyak juga pihak yang mempertanyakan akhlak anak-anak zaman sekarang mengingat pelaku penganiayaan tersebut masih berusia dibawah umur. Pihak kepolisian juga berpesan kepada seluruh orang tua agar lebih mengawasi kegiatan anak-anak mereka.
Dosen Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Deceu Berlian Purnama juga memberikan tanggapan berupa analisa kasus berdasarkan sudut pandang psikologi.
"Penganiayaan tersebut jelas mengindikasikan terdapat masalah dalam komunitas remaja." Ujar Deceu Berlian ketika diwawancara pada hari Jumat (30/12).
"Pada usia pubertas, para remaja mengalami gejolak emosi yang diakibatkan oleh perubahan fisik, hormon, dan psikologis secara bersamaan. Fase ini juga merupakan fase ketika manusia mulai mencari jati dirinya. Hal-hal tersebut menyebabkan para remaja menjadi sangat mudah dipengaruhi oleh komunitas maupun lingkungannya."
"Konklusinya adalah setiap stakeholder wajib memiliki pengertian atau pengetahuan bahwa pada fase remaja ini perlu diberikan perhatian khusus. Diantaranya dengan tindakan promotif atau preventif."
"Jadi harus ada edukasi tentang psikologi remaja dengan ditambahkan ilmu dari pakar agama maupun kesehatan sehingga dapat tersampaikan bahwa perubahan dalam diri remaja membutuhkan ruang untuk menunjukkan eksistensi mereka.
Selanjutnya, pemerintah perlu memfasilitasi remaja di berbagai bidang. Contohnya seperti geng motor, mereka suka ngebut di jalan raya. Seharusnya jika ada track khusus, mungkin minat dan hobi mereka dapat tersalurkan dengan lebih baik.
Jadi dengan kata lain, apabila semua pihak memahami dan menyediakan sarana, tidak hanya dari segi infrastruktur namun juga dari program-program yang memiliki nilai edukasi ataupun kompetisi yang sehat, maka niscaya remaja tersebut akan tumbuh kembang secara sehat pula. Hal-hal tersebut akan memberikan kontribusi kepada remaja yang kemudian menumbuhkan kepribadian yang lebih baik serta dewasa.
Semoga kejadian ini tidak terulang lagi dan dapat memicu concern dari berbagai pihak. Tetap kita pertahankan optimisme bahwa hanya sebagian remaja saja yang melakukan hal tersebut."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H