Keberadaan bahasa daerah sangat dipengaruhi oleh penuturnya. Kemungkinan paling buruk yang disebabkan penuturnya dalam suatu bahasa yaitu kepunahan bahasa itu sendiri karena ditinggalkan penuturnya. Bahkan fenomena tersebut kini sudah sering kita jumpai, misalnya menggunakan bahasa Jawa yang di campur dengan bahasa lain (karena ada beberapa kosa kata yang belum atau tidak tahu dalam bahasa Jawanya). Mungkin hal tersebut terlihat sepele, tetapi jika menjadi kebiasaan akan fatal juga. Bahasa Jawa yang sedikit demi sedikit diganti dengan bahasa lain lama kelamaan akan hilang. Meskipun saat ini penutur bahasa Jawa sangatlah banyak, kemungkinannya untuk punah juga besar (apabila fenomena menggantikan dengan bahasa lain terulang terus).
Dengan demikian, kita harus mulai dari diri kita sendiri untuk mempelajarinya, menggunakannya sebagai alat komunikasi, memperkenalkannya di sekitar lingkungan kita agar bahasa ini tidak terlupakan dan tetap lestari. Ingat, lestarikan bahasa daerah, gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa (dengan antar suku yang ada di Indonesia), dan kuasai juga bahasa asing agar dapat bersaing di era globalisasi. Perkembangan zaman sudah menjadi konsekuensi pasti yang dialami oleh setiap generasi.Â
Memang kita tidak bisa mengelak perubahan, namun tidak semua harus bergerak mengikuti zaman. Perlu juga pemertahanan bahasa utamanya bahasa daerah agar tidak hilang ditelan zaman, karena bahasa daerah merupakan aset budaya yang bernilai tinggi. Jadi, meskipun tidak ada yang abadi, karena yang abadi terjadi hanyalah perubahan, namun kita masih bisa berupaya mempertahankannya, bukan? Agar bahasa Jawa sebagai salah satu aset nasional bangsa tetap terjaga eksistensinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H